Monitorday.com – Gunawan Benjamin, seorang ekonom dari Universitas Islam Sumatera Utara, menyatakan bahwa tambahan anggaran pupuk bersubsidi sebesar Rp14 triliun dari pemerintah memiliki potensi untuk menurunkan harga beras dengan memangkas ongkos produksi petani.
“Saya lebih setuju upaya untuk menurunkan harga beras melalui penggelontoran lebih banyak pupuk bersubsidi,” ujar Gunawan di Medan, Jumat (19/1).
Menurut Gunawan, dengan penambahan dana untuk pupuk bersubsidi, biaya produksi petani dapat dikurangi, dan akhirnya, harga gabah di tingkat petani dapat merosot. Hal ini, menurutnya, akan mencegah petani terganggu dengan penurunan harga beras di pasar.
Sebaliknya, Gunawan menyatakan risiko jika harga beras ditekan melalui impor besar-besaran yang didistribusikan pemerintah. Meskipun harga beras dapat turun, petani berpotensi mengalami kerugian.
“Kita memang perlu melindungi konsumen dari kenaikan harga beras. Akan tetapi, penurunan harga beras akibat pasokan beras impor yang melimpah akan merugikan petani,” kata Gunawan.
Ia menyoroti kerugian petani karena harga gabah kering baik panen (GKP) maupun giling (GKG) masih tinggi. Di Sumut, Gunawan memberikan contoh harga rata-rata berada di kisaran Rp6.180-Rp6.588 per kilogram pada Desember 2023.
Gunawan menyarankan agar beras impor dari program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dialokasikan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan sosial. Namun, ia menekankan kewaspadaan terhadap intervensi berlebihan atau penjualan di pasar pada tahun 2024.