Monitorday.com – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan kabar gembira bahwa nilai ekspor produk industri farmasi Indonesia mengalami peningkatan 8,78 persen di tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.
“Nilai ekspor produk obat kimia dan obat tradisional pada tahun 2023 mencapai peningkatan sebesar 8,78 persen,” kata Agus Gumiwang di Jakarta, Selasa.
Meskipun menunjukkan tren positif, Menperin menyoroti kontribusi Indonesia terhadap pasar obat bahan alami yang masih rendah. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah yang dapat dioptimalkan untuk pengembangan industri Obat Bahan Alam (OBA).
“Pasar obat bahan alam dunia pada tahun 2023 mencapai 200,95 miliar dolar AS dan diperkirakan terus meningkat, namun kontribusi Indonesia masih rendah,” ujar Agus Gumiwang.
Ia mendorong pengembangan industri OBA agar mampu bersaing di pasar global, terlebih dengan pengakuan UNESCO terhadap jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia.
Saat ini, terdapat berbagai perusahaan industri OBA di Indonesia, mulai dari Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) hingga Industri Obat Tradisional (IOT), yang menghasilkan beragam produk herbal, termasuk 17.000 obat bahan alam golongan jamu, 79 jenis obat herbal terstandard, dan 22 jenis fitofarmaka.
Berdasarkan data Bank Indonesia, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional menunjukkan optimisme dengan nilai PMI-BI di triwulan IV tahun 2023 mencapai 52,50 atau berada pada fase ekspansi.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Januari 2024 yang mencapai 52,35, menunjukkan peningkatan 1,03 poin dibandingkan Desember 2023.
Peningkatan ini didorong oleh ekspansi di beberapa variabel, termasuk Pesanan Baru, Produksi, dan Persediaan Produk.
Dengan potensi yang besar dan berbagai upaya pengembangan yang dilakukan, diharapkan industri OBA Indonesia dapat terus berkembang dan meningkatkan kontribusinya terhadap pasar global.