Monitorday.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan bahwa ke depan perusahaan pupuk di Indonesia harus menjadi kawasan industri petrokimia yang terintegrasi. Pernyataan ini disampaikan saat peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Amonium Nitrat di Kota Bontang, Kalimantan Timur, yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Pabrik dengan kapasitas 75.000 metrik ton per tahun ini, yang dibangun di Kawasan Industri PT Kaltim Industrial Estate (KIE) bersinergi dengan PT Dahana (Persero). Erick Thohir menyatakan bahwa pembangunan pabrik ini bukan hanya untuk meningkatkan produksi dalam negeri, tetapi juga membantu mengurangi impor amonium nitrat.
“Dengan kapasitas produksi 75.000 MTPY, diharapkan bisa mengurangi sisa impor yang tinggal 21 persen. Belum lagi nanti turunan dari asam nitrat yang bisa dikembangkan untuk industri pertahanan dan industri pupuk itu sendiri,” ujar Erick.
Menyikapi hal ini, Presiden Jokowi berharap industri PT Kaltim Amonium Nitrat dapat mendukung produktivitas pangan nasional. Pembangunan pabrik amonium nitrat di dalam negeri dianggap sangat penting karena Indonesia masih mengimpor 21 persen bahan baku pupuk tersebut.
“Dengan operasinya pabrik ini, Indonesia bisa mengurangi hingga 8 persen impor amonium nitrat,” tambah Presiden Jokowi.
Erick Thohir juga menyampaikan bahwa pemerintah telah menambah alokasi pupuk subsidi pada anggaran 2024 dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku, seperti amonium nitrat, menjadi krusial untuk mendukung peningkatan volume pupuk subsidi.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan perusahaan pupuk dapat bertransformasi menjadi kawasan industri petrokimia yang terintegrasi, mendukung kemandirian dan peningkatan produktivitas sektor pertanian dalam negeri.