Film horor berjudul ‘Kiblat’ arahan sutradara Bobby Prasetyo telah menjadi pusat perbincangan hangat di kalangan sineas, warganet, dan tokoh agama. Dalam film yang direncanakan untuk tayang tahun ini (2024), Bobby Prasetyo membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyajikan karya tersebut kepada penonton.
Namun, sejumlah kritikan negatif mulai muncul terutama di media sosial terkait dengan isi dan narasi film ‘Kiblat’. Banyak yang menilai bahwa film ini tidak mendidik dan dinilai menistakan agama.
Salah satu adegan yang menjadi sorotan adalah ketika tokoh utama melakukan rukuk dan tubuhnya tiba-tiba berbalik hingga kepalanya menghadap ke atas.
Tidak hanya masyarakat, para pemuka agama pun ikut mengutarakan ketidaksetujuan mereka terhadap film ini. Ustaz Hilmi Firdausi, salah satu tokoh agama, secara terbuka menyatakan kekecewaannya terhadap film ‘Kiblat’.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Gina S Noer, seorang sineas dan sutradara, yang merasa gelisah dengan tren film horor Indonesia yang menggunakan unsur agama sebagai alat untuk menakuti penonton.
Cholil Nafis, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, bahkan menyatakan bahwa film ‘Kiblat’ tidak pantas tayang di bioskop. Meskipun Cholil mengaku belum mengetahui isi filmnya, namun poster film tersebut telah menimbulkan kekhawatiran karena dinilai menyeramkan dan tidak pantas terkait dengan judulnya.
Belum ada tanggapan resmi dari pihak sutradara maupun produksi film atas kritikan yang disampaikan. Namun, pada Sabtu (23/3), tim produksi film tersebut memutuskan untuk menarik poster dan trailer dari peredaran.
‘Kiblat’ mengisahkan perjalanan seorang gadis bernama Ainun yang mengetahui bahwa pemimpin padepokan yang selama ini ia kagumi ternyata adalah ayah kandungnya.
Dalam pencariannya, Ainun menemukan hal-hal ganjil yang menjauhkannya dari ajaran agama, dan akhirnya berusaha untuk melepaskan diri dari kesesatan yang dia temukan.