Monitorday.com, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Research Associate Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Dwi Andreas Santosa, menyatakan bahwa kenaikan harga beras memiliki dampak positif bagi petani, berpotensi meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dalam diskusi “Outlook Ekonomi Sektor-sektor Strategis 2024” di Jakarta pada Selasa (23/1/2024), Andreas menyampaikan bahwa kenaikan harga gabah kering panen (GKP) pada tingkat petani saat panen mencapai 79,1 persen.
“Sangat tidak perlu mengeluh tentang kenaikan harga beras, karena hal ini justru dinikmati oleh para petani kita melalui kenaikan harga GKP yang relatif tinggi,” ungkapnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa selama periode Juni 2022 hingga Desember 2023, terjadi kenaikan harga beras konsumen sebesar 24,9 persen. Sementara itu, kenaikan harga GKP di kalangan petani pada periode yang sama mencapai 79,1 persen.
Andreas menambahkan bahwa rata-rata harga GKP di tingkat petani selama Desember 2023 mencapai Rp6.725,00 per kg, dengan kenaikan sebesar 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa kesejahteraan petani dapat terdongkrak melalui kenaikan harga GKP.
Meskipun inflasi tahunan pada Desember 2023 masih didominasi oleh komoditas beras, Andreas menggarisbawahi bahwa Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap I menunjukkan peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian dari 26,14 juta pada 2013 menjadi 28,42 juta pada 2023.
Namun, Andreas menyampaikan keprihatinan terkait peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian tersebut. Menurutnya, ketika negara berkembang menuju berpendapatan tinggi, struktur ekonomi cenderung beralih dari sektor pertanian ke industri manufaktur dan jasa.
Ia mengingatkan bahwa kenaikan lebih dari dua juta rumah tangga usaha pertanian mungkin disebabkan oleh penurunan di sektor lain, seperti industri manufaktur dan jasa, yang kemungkinan tidak mampu menampung tenaga kerja dengan optimal.