Monitorday.com – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, menyoroti krisis moral dan etika yang melanda bangsa akhir-akhir ini.
Kasus seperti diberhentikannya Ketua MK, KPK, dan KPU menunjukkan erosi moral para pejabat publik.
Baru-baru ini, seorang pejabat yang juga tokoh agama mundur karena persoalan etika sosial.
Haedar menegaskan bahwa pelanggaran moral oleh pejabat publik tidak bisa dianggap remeh.
Dalam orasi di UGM, ia menyebut bahwa masalah moral ini adalah bagian dari krisis kebudayaan.
Ia mencatat bahwa masyarakat mulai terjebak dalam korupsi, hedonisme, dan oportunisme.
Fenomena seperti judi online, kekerasan seksual, dan rendahnya kesopanan di media sosial turut menjadi perhatian.
Bagi Haedar, moral dan etika adalah representasi martabat manusia yang harus dijunjung tinggi.
Ia menyoroti bahwa bangsa maju pun menghargai etika, apalagi Indonesia dengan nilai agama dan Pancasila.
Haedar menekankan pentingnya transformasi kebudayaan untuk memperkuat mentalitas bangsa.
Nilai-nilai seperti gotong royong dan harmoni perlu disesuaikan dengan tantangan zaman.
Transformasi karakter bangsa mendesak dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Generasi muda harus religius, cerdas, dan berkepribadian unggul untuk menjadi pilar masa depan.
Sri Sultan HB X menilai kepemimpinan Haedar di Muhammadiyah membawa visi kemajuan umat.
Haedar berhasil membangun institusi seperti UMAM, MAC, dan Markaz Dakwah Muhammadiyah.
Rektor UGM menyebut Haedar sebagai tokoh yang konsisten mengabdi di bidang pendidikan dan sosial.