Monitorday.com – “Sahabat sejati adalah mereka yang hadir bukan hanya saat tawa, tetapi juga saat dunia terasa sunyi.”
Sore itu, langit Jakarta seolah turut meresapi kehangatan yang terpancar dari dalam Istana Kepresidenan. Di tengah riuhnya aktivitas Ramadan, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan sebuah isyarat yang jauh lebih dari sekadar undangan makan — ia mengundang Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, untuk berbuka puasa bersama. Bukan hanya pertemuan dua tokoh bangsa, tetapi juga perjumpaan dua sahabat yang pernah berada dalam medan persaingan, lalu menemukan makna baru dalam kata persahabatan.
Jokowi tiba tepat saat langit mulai temaram, sekitar pukul 17.30 WIB. Prabowo yang mengenakan batik bernuansa hangat, menyambut langsung sang sahabat di halaman Istana. Keduanya berjabat erat, tersenyum lepas, seakan tak ada sekat, hanya ada rasa saling memahami. Di belakang mereka, turut menyambut Mensesneg Prasetyo Hadi dan Seskab Letkol Teddy Indra Wijaya yang menjadi saksi kecil dari momen bersejarah ini.
Momen seperti ini bukanlah pemandangan sehari-hari di jagat politik Indonesia. Prabowo dan Jokowi pernah berada di kubu berbeda dalam dua kali kontestasi pilpres, bersaing sengit memperebutkan kepercayaan rakyat. Namun sore itu, semua dinamika politik seperti sirna, tergantikan oleh suasana akrab di Presidential Lounge yang hangat. Di meja yang sederhana, keduanya duduk berhadapan menikmati hidangan berbuka. Tidak ada mikrofon atau podium, hanya ada percakapan ringan, senyuman, dan sesekali tawa kecil yang lepas begitu saja.
Percakapan keduanya mengalir alami. Mereka saling berbagi cerita tentang rutinitas, kesibukan, bahkan membahas hal-hal sederhana yang biasanya luput dari sorotan publik. Bagi Prabowo, yang kini memegang amanah sebagai Presiden, pertemuan ini seperti jeda sejenak di tengah padatnya tugas kenegaraan. Bagi Jokowi, momen ini adalah undangan yang penuh makna dari penerusnya. Dan bagi rakyat Indonesia yang melihat, pertemuan ini adalah gambaran nyata dari sikap kenegarawanan yang hangat dan rendah hati.
Seperti kata Sekretariat Kepresidenan, momen buka puasa bersama ini menjadi simbol pentingnya dialog dan silaturahmi antarpemimpin, apalagi di bulan suci Ramadan yang memang sarat makna kebersamaan dan saling memaafkan. Inilah momentum yang menunjukkan kepada seluruh rakyat bahwa bangsa ini lebih besar dari perbedaan, lebih luas dari sekat-sekat politik yang pernah ada.
Usai berbuka dan bercengkerama, Prabowo dengan gestur penuh hormat mengantar Jokowi hingga ke kendaraannya. Tidak ada formalitas yang berlebihan, justru terlihat natural layaknya seorang sahabat yang enggan melepas tamunya pulang terlalu cepat. Di balik lambaian tangan terakhir sebelum mobil Jokowi melaju keluar dari Istana, ada pesan dalam yang tak terucap: sahabat adalah mereka yang mampu merangkul setelah beradu, menguatkan setelah beradu pandang.
Momen ini mungkin hanya berlangsung beberapa jam, tetapi meninggalkan kesan yang panjang. Rakyat menyaksikan bahwa perbedaan dalam demokrasi tidak pernah menjadi halangan untuk saling merangkul. Justru di tengah perbedaan itulah, persahabatan, persatuan, dan harapan akan masa depan bangsa menjadi nyata. Ramadan kali ini terasa jauh lebih hangat, ketika dua pemimpin bangsa saling duduk, saling cerita, dan saling berbagi senyum.