Monitorday.com – Nilai tukar rupiah berisiko melemah dan menyentuh level Rp16.000 per dolar AS. Pada perdagangan Senin pagi, rupiah tercatat menguat tipis ke level Rp15.995 per dolar AS setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga sebelum libur panjang pekan lalu.
“Rupiah masih mungkin dalam tekanan terhadap dolar AS hari ini, karena hasil notulen rapat moneter Bank Sentral AS yang dirilis pekan lalu,” kata Analis Pasar Uang Ariston Tjendra dalam analisisnya.
Risalah dari The Fed yang dirilis kemarin menunjukkan bahwa pejabat The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga acuan tahun ini, terutama jika inflasi di Amerika Serikat kembali naik.
“Ini berbeda dengan yang dikatakan oleh Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell. Pascarapat Bank Sentral AS sebelumnya, Powell mengatakan kenaikan suku bunga bukan wacana tahun ini,” ujar Ariston.
Pekan ini, tambahnya, pelaku pasar akan mengonfirmasi sikap petinggi Bank Sentral AS tersebut. Pasar akan mencermati data inflasi Core PCE Price Index AS yang akan dirilis hari Jumat pekan ini.
“Selama tidak ada indikasi baru soal peluang pemangkasan suku bunga acuan AS, rupiah masih akan berkonsolidasi. Rupiah masih akan berpotensi melemah terhadap dolar AS pekan ini,” ucap Ariston.
Sebagai informasi, Core PCE Price Index merupakan indeks harga belanja personal inti yang mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dibeli konsumen untuk konsumsi, tidak termasuk makanan dan energi.
Indeks ini menjadi kunci untuk mengukur perubahan tren pembelian dan inflasi, yang akan mempengaruhi pergerakan dolar AS.
Jika indeks ini lebih tinggi dari ekspektasi, dianggap sebagai sentimen positif atau optimis untuk dolar AS.
Sebaliknya, jika indeks ini lebih rendah dari ekspektasi, dapat dianggap sebagai sentimen negatif atau pesimis untuk dolar AS.
“Potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp16.050. Sedangkan potensi support di sekitar Rp15.990 per dolar AS,” kata Ariston menutup analisisnya.