Presiden Israel Isaac Herzog menyerukan pembebasan para sandera yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza dan menjamin perlindungan bagi rakyatnya dari ancaman teror Iran. Dia menyampaikan hal ini dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Kamis.
Herzog mengatakan bahwa Israel tidak akan berhenti menyerang Gaza sampai semua sandera dibebaskan dan terorisme dihentikan. Dia menuduh Iran sebagai dalang di balik kekerasan yang terjadi di kawasan tersebut dan meminta dukungan internasional untuk mengisolasi rezim Teheran.“Kita harus bergerak menuju normalisasi di kawasan ini, tapi itu hanya mungkin jika kita mengakhiri teror yang dimuliakan oleh tetangga kami,” kata Herzog. “Iran adalah sumber semua kejahatan di Timur Tengah dan dunia. Mereka menghabiskan miliaran dolar untuk membeli senjata dan mendukung kelompok teroris seperti Hamas dan Hizbullah.”Herzog juga mengecam gugatan genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional di Den Haag. Dia menyebutnya sebagai “keterlaluan” dan “tidak berdasar”. Dia mengatakan bahwa Israel berjuang untuk membela diri dan dunia dari ancaman teror.“Israel berperang untuk seluruh dunia. Jika bukan karena kami, Eropa dan Amerika Serikat akan menjadi target berikutnya,” ujar Herzog. “Kami tidak akan membiarkan Hamas menguasai Gaza dan mengancam keamanan kami dan rakyat Palestina. Kami ingin solusi dua negara, tapi itu harus didasarkan pada penghormatan dan kepercayaan.”Konflik antara Israel dan Hamas memanas sejak 7 Oktober, ketika kelompok Palestina itu melancarkan serangan roket lintas batas ke Israel. Israel membalas dengan melakukan serangan udara dan darat ke Gaza, yang menewaskan ribuan warga sipil dan menghancurkan infrastruktur.Menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 24.448 warga Palestina tewas dan 61.504 lainnya luka-luka akibat serangan Israel. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak. Sementara itu, Israel mengklaim bahwa sekitar 1.200 warganya tewas akibat serangan Hamas.PBB melaporkan bahwa 85 persen penduduk Gaza telah mengungsi dari rumah mereka dan mengalami krisis kemanusiaan akut. Mereka kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, dan bantuan medis. PBB juga mengatakan bahwa 60 persen infrastruktur di Gaza rusak atau hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, dan jaringan listrik.