Sejarah hidup Rasulullah SAW adalah panduan bagi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, satu kenyataan yang mendalam dan menggetarkan hati adalah fakta bahwa tidak ada putra Rasulullah yang hidup sampai usia dewasa. Ali bin Abi Thalib (ra), sepupu Rasulullah dan suami putri beliau, Fatimah, adalah satu-satunya putra yang hidup sampai dewasa, namun ia juga meninggal dalam usia muda.
Mengapa Allah memilih agar Rasulullah SAW tidak memiliki keturunan yang hidup sampai usia dewasa? Pertanyaan ini mungkin menggelitik pikiran banyak umat Islam, namun, kita dipandu untuk memahami bahwa setiap keputusan Allah memiliki hikmah dan rahasia yang mungkin melebihi pemahaman manusia.
1. Pengujian Kesabaran dan Iman
Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan yang hidup sampai dewasa dapat dianggap sebagai ujian kesabaran dan iman bagi Rasulullah SAW. Sebagai seorang manusia, beliau mengalami kehilangan yang mendalam dengan meninggalnya anak-anaknya pada usia dini. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 155). Ujian ini menjadikan Rasulullah sebagai teladan kesabaran dan keteguhan hati di hadapan cobaan.
2. Pengingat Keterpisahan Dunia dan Akhirat
Ketidakmampuan Rasulullah untuk memiliki keturunan yang hidup sampai usia dewasa juga menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia ini sementara dan penuh dengan cobaan. Semua yang dimiliki di dunia ini, termasuk keturunan, akan kembali kepada Allah. Rasulullah SAW sendiri mengingatkan umatnya bahwa hubungan sejati dan abadi adalah dengan Allah, dan bukan dengan duniawi.
3. Meningkatkan Kasih Sayang kepada Umat
Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan yang hidup sampai dewasa bisa menjadi sarana bagi Rasulullah SAW untuk meningkatkan kasih sayang dan perhatiannya kepada umatnya secara keseluruhan. Dengan tidak memiliki keturunan yang hidup sampai usia dewasa, Rasulullah menjadi figur yang lebih dekat dan lebih terbuka bagi seluruh umat, tanpa adanya preferensi terhadap keluarganya sendiri.
4. Pembukaan Pintu Kasih Sayang kepada Anak Yatim
Ketidakmampuan Rasulullah untuk memiliki keturunan yang hidup sampai usia dewasa juga membuka pintu kebaikan dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim. Rasulullah secara pribadi merasakan kesedihan dan kehilangan, dan oleh karena itu, beliau menjadi teladan dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak yatim. Memberdayakan dan melindungi mereka menjadi suatu tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
5. Menghindari Kultus Individu Kepada Keturunan Rasulullah SAW
Pakar Ilmu Alquran KH Ahsin Sakho menjelaskan, kemungkinan besar ditiadakannya keturunan dari garis anak-anak lelaki Nabi dikarenakan kehendak Allah sendiri. Menurut beliau, ditiadakannya keturunan dari garis anak lelaki lantaran dikhawatirkan umat Islam akan mengkultuskan atau mendewakan keturunan Nabi Muhammad SAW itu.