Pemerintah Indonesia sedang menjajaki kerja sama dengan China dalam implementasi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang diharapkan minim risiko dan memberikan manfaat maksimal bagi kedua negara. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria dalam siaran pers Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta pada hari Selasa.
Nezar menyatakan, “Dengan China, kami coba perkuat kerja sama dalam bentuk program-program khusus untuk pengembangan AI.” China dipandang sebagai salah satu negara yang secara konkret telah menerapkan teknologi AI di dalam negerinya.
Menurut Nezar, saat ini sekitar 40 ribu mahasiswa Indonesia sedang menempuh pendidikan di China, dengan sebagian besar dari mereka memilih untuk fokus studi dalam bidang digitalisasi teknologi.
Informasi ini diperoleh setelah pertemuan bilateral antara Wamenkominfo dan Wakil Menteri Pendidikan Republik Rakyat China, Wang Jiayi, di Brdo Congress Centre, Slovenia, pada hari Senin (5/2). Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Usman Kansong, dan Staf Ahli Menkominfo bidang Media Massa, Widodo Muktiyo.
Nezar mengungkapkan bahwa data sains dan machine learning memiliki relevansi kuat dalam pengembangan ekosistem AI nasional, dan pengembangan serta pemanfaatan AI akan memperkuat kerja sama antara kedua negara.
“Artinya, kami lebih konkret lagi dalam soal kolaborasi dengan China. Karena selama ini sudah ada kolaborasi yang dilakukan, terutama dalam soal peningkatan kapabilitas talenta digital Indonesia,” tambahnya.
Nezar juga menekankan bahwa kolaborasi tersebut akan memperkuat posisi Indonesia dalam politik yang bebas dan aktif, memungkinkan pemerintah untuk berkolaborasi dengan banyak negara untuk memaksimalkan manfaat penggunaan AI serta meminimalkan risikonya.