Kantor Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat tingkat inflasi di daerah tersebut selama tahun 2023 sebesar 2,42 persen. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 6,65 persen.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Wilayah NTT, Agus Sistyo Widjajati, menyatakan bahwa penurunan ini terjadi di semua kota inflasi di NTT. Pada tahun 2022, inflasi NTT mengalami kenaikan akibat lonjakan harga bahan bakar minyak di akhir tahun tersebut.
“Dalam 2023, inflasi NTT mengalami penurunan karena normalnya kegiatan ekonomi, dampak dari tingginya harga beberapa komoditas pada tahun sebelumnya,” jelas Agus Sistyo Widjajati di Kupang.
Ia menambahkan bahwa penurunan inflasi, terutama disebabkan oleh penurunan tekanan harga pada kelompok administrated price, terutama bensin.
Meskipun demikian, Bank Indonesia memprediksi inflasi NTT pada tahun 2024 akan berada pada kisaran target 2,5 persen, dengan variabilitas 1 persen ke atas dan ke bawah. Agus menegaskan bahwa Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi di NTT.
Salah satu langkah yang diambil adalah penambahan dan penguatan ekosistem pola kemitraan dalam penanganan inflasi komoditas utama pangan strategis, seperti beras, cabai, bawang merah, dan lainnya. Ekosistem ini mencakup seluruh rantai pasok dari hulu ke hilir, mulai dari pembibitan hingga konsumen akhir.
“Dengan adanya ekosistem ini, diharapkan ketahanan stok dan kestabilan harga dapat tercapai,” ungkap Agus Sistyo Widjajati.