Monitorday.com – Pada 19 September 1945, terjadi insiden Hotel Yamato di Surabaya, Jawa Timur, yang melibatkan bendera kebangsaan Belanda.
Penduduk kota, terutama para pemuda, mendatangi hotel tersebut karena melihat bendera Belanda berkibar.
Bendera tersebut menandakan bahwa tentara NICA tidak menghormati Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Keributan tak terhindarkan, dan seorang kader Pemuda Anshor, Cak Asy’ari, berhasil merobek bagian biru dari bendera tersebut.
Sepanjang September 1945, situasi di Surabaya sangat tegang, dengan laskar rakyat berusaha mengambil alih persenjataan dari gudang milik tentara Jepang.
Barisan Hizbullah dan Sabilillah, yang dibentuk oleh KH Abdul Wahid Hasyim, melakukan konsolidasi dan persiapan strategi.
Hizbullah dan Sabilillah adalah wadah perjuangan fisik umat Islam, khususnya kaum santri, untuk mempertahankan kemerdekaan.
Situasi semakin memanas pada 15 Oktober 1945 dengan pertempuran lima hari di Semarang antara pasukan Jepang dan laskar rakyat.
Beberapa hari setelahnya, PBNU menggelar rapat konsolidasi se-Jawa dan Madura di Surabaya dan mengukuhkan Resolusi Jihad.
Resolusi Jihad merupakan penguatan fatwa yang dikeluarkan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari pada 17 September 1945.
Memasuki November, situasi mendekati perang besar, yang menjadi pertaruhan eksistensi Republik Indonesia.
Pada 7-8 November 1945, Resolusi Jihad dikukuhkan dalam Kongres Umat Islam (KUI) di Yogyakarta sebagai respons atas ultimatum Sekutu.
Sehari sebelum pertempuran besar di Surabaya, KH Hasyim Asy’ari memerintahkan santri untuk memasuki Surabaya dan tidak menyerah.
KH Abbas Buntet Cirebon diperintahkan memimpin pertempuran, dengan dukungan dari KH Abdul Wahab Hasbullah, Bung Tomo, dan lainnya.
Bung Tomo berpidato melalui radio, membakar semangat rakyat Indonesia dengan pekik takbir: “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”
Tanggal 10 November 1945 dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional, dengan Resolusi Jihad menunjukkan ketegasan perjuangan kalangan santri.
Ribuan pejuang menemui syahid pada hari itu, namun laskar rakyat berhasil mengacaukan strategi Tentara Sekutu.
Tiga unit pesawat tempur RAF Inggris jatuh ditembak oleh laskar rakyat Indonesia, menandai perlawanan heroik mereka.