Ruang Sujud
Inilah Sosok Pendeta Yang Ketahui Ciri Kenabian Rasulullah SAW
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanDi masa silam, pada sebuah perjalanan dagang Quraisy ke Syam yang dipimpin oleh Abu Thalib, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam memiliki pengalaman yang penting. Abu Thalib, paman beliau, membawa bersamanya Rasulullah dalam rombongan dagang tersebut, meskipun masih sangat muda saat itu.
Ketika rombongan Quraisy tiba di Busra, mereka berhenti di dekat rumah ibadah seorang pendeta Kristen bernama Bahira. Bahira adalah seorang yang sangat mengenal agama Kristen dan hidup sebagai seorang pendeta. Ia tinggal di rumah ibadahnya yang berisi sebuah kitab yang diwariskan secara turun temurun, generasi ke generasi, kepada umat Nasrani.
Pada tahun tersebut, Bahira yang sebelumnya selalu acuh tak acuh kepada rombongan Quraisy, tiba-tiba memutuskan untuk menyambut mereka dengan menghidangkan makanan berlimpah. Tindakan ini mengejutkan rombongan Quraisy, dan mereka bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada Bahira.
Bahira menjawab, “Aku adalah tuan rumah bagi kalian hari ini. Aku ingin semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa, budak, dan orang merdeka, untuk menikmati hidangan ini.”
Namun, sesuai dengan klaim banyak ulama, tindakan Bahira ini terinspirasi oleh penglihatannya saat berada di dalam rumah ibadahnya. Bahira mengatakan bahwa saat itu, ia melihat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam berada di tengah-tengah rombongan Quraisy, dengan awan menaunginya.
Ketika rombongan Quraisy tiba di bawah pohon dekat rumah Bahira, pohon itu merunduk sebagai tanda hormat kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam yang berlindung di bawahnya. Bahira melihat tanda-tanda kenabian pada beliau, seperti bekas bekam di antara kedua pundaknya.
Setelah makan selesai, Bahira mendekati Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan memeriksa tubuh beliau dengan teliti. Bahira pun bertanya kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam tentang berbagai hal, termasuk kondisi tidur beliau dan postur tubuh beliau. Semua jawaban Rasulullah sesuai dengan yang dia ketahui.
Kemudian, Bahira melihat tanda kenabian pada punggung Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Ia pun menghampiri Abu Thalib, paman Rasulullah, dan bertanya apakah Rasulullah adalah anaknya. Abu Thalib mengonfirmasi bahwa Rasulullah adalah keponakannya.
Namun, Bahira mengatakan bahwa Rasulullah tidak memiliki ayah yang masih hidup, karena ayahnya meninggal saat masih dalam kandungan ibunya. Bahira memperingatkan Abu Thalib untuk membawa Rasulullah kembali ke Mekkah dan menjaganya dari orang-orang Yahudi yang bisa mengancam keselamatannya.
Abu Thalib mengikuti saran Bahira dan membawa pulang Rasulullah ke Mekkah setelah menyelesaikan urusan bisnis di Syam. Bahira juga mengingatkan Ahli Kitab lainnya, seperti Zurair, Tamam, dan Daris, tentang sifat-sifat kenabian yang ada pada Rasulullah, melindungi beliau dari niat jahat mereka.
Seiring berjalannya waktu, Rasulullah tumbuh menjadi seorang pemuda yang penuh kebaikan dan ketakwaan, dijaga dan dilindungi oleh Allah dari kejahilan jahiliyah. Allah memuliakan beliau dan memberikan risalah yang agung kepadanya. Rasulullah menjadi pahlawan di tengah kaumnya, dikenal dengan julukan “Al-Amin” karena sifat-sifat baik yang dimilikinya. Rasulullah sendiri pernah menceritakan perlindungan Allah terhadapnya sejak masa kanak-kanak, saat beliau dipanggil untuk memakai pakaian oleh seseorang yang tidak dikenal, yang kemudian dinyatakan sebagai Bahira. Dengan demikian, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam tumbuh dan berkembang dalam perlindungan dan bimbingan Allah, siap untuk memimpin umatnya ke jalan yang benar.