Monitorday.com – Warga Gaza menghendaki agar pendudukan oleh pasukan IDF Israel di Gaza segera dihentikan, sudah terlalu banyak penderitaan yang di alami Palestina.
Begitupun di sebuah kafe kecil di Tel Aviv, seorang ibu berbagi cerita tentang putranya yang baru saja kembali dari garis depan.
“Dia bilang tidak ada yang menang di sini. Hanya kehilangan,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Namun ada sosok yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Jiwa terorismenya yang mendalam di lubuk hati Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, berbicara dengan nada yang jauh berbeda. Baginya, gencatan senjata adalah kekalahan. Bukan akhir dari konflik, melainkan kesalahan fatal.
Smotrich, tokoh keras dari Partai Zionisme Religius, mengancam akan menggulingkan pemerintahan Benjamin Netanyahu jika Israel tidak menduduki Jalur Gaza.
Pernyataannya mencerminkan ambisi untuk perang tanpa akhir, sebuah visi yang bertolak belakang dengan mayoritas rakyat Israel yang menginginkan perdamaian. “Kita harus mengambil alih Gaza,” katanya dengan penuh keyakinan. Namun, benarkah perang adalah satu-satunya jalan?
Gencatan senjata yang mulai berlaku pada Minggu lalu menjadi angin segar bagi warga yang lelah dengan konflik berkepanjangan.
Sebanyak 33 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dalam tahap awal kesepakatan, sebuah langkah yang membuka peluang untuk negosiasi lebih lanjut. Di tengah harapan ini, Smotrich datang dengan ancaman. Ia ingin Israel tidak hanya berperang, tetapi juga menduduki Gaza dan memerintahnya secara militer. Sebuah ide yang, bagi banyak pihak, tidak hanya berbahaya tetapi juga tidak realistis.
Pernyataan Smotrich memicu perdebatan sengit di Israel. Banyak yang merasa bahwa gencatan senjata adalah langkah pertama menuju perdamaian. Namun, bagi Smotrich dan pendukungnya, itu adalah tanda kelemahan. Mereka melihat konflik ini sebagai perang eksistensial, di mana tidak ada ruang untuk kompromi.
Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Setiap bom yang dijatuhkan, setiap nyawa yang hilang, membawa luka yang mendalam bagi kedua belah pihak. Perang bukan hanya tentang strategi militer, tetapi juga tentang kemanusiaan. Apakah kita benar-benar ingin melanjutkan siklus kekerasan ini tanpa akhir?
Smotrich mungkin merasa bahwa pendudukan Gaza adalah solusi, tetapi sejarah menunjukkan sebaliknya. Pendudukan hanya akan memperdalam kebencian dan memperpanjang konflik. Sementara itu, rakyat di kedua sisi perbatasan terus menderita. Mereka yang kehilangan orang yang dicintai, mereka yang hidup dalam ketakutan, mereka yang hanya ingin hidup damai.
Gencatan senjata ini adalah kesempatan untuk berhenti sejenak, untuk berpikir ulang tentang apa yang benar-benar diinginkan. Perang selamanya bukanlah solusi. Dunia membutuhkan lebih banyak suara yang menyerukan perdamaian, bukan mereka yang menginginkan perang tanpa akhir.
Mungkin saatnya bagi kita semua untuk mendengarkan suara ibu di kafe kecil itu, suara yang mewakili jutaan orang yang hanya ingin hidup dalam damai. Karena pada akhirnya, kemenangan sejati bukanlah tentang menduduki wilayah, melainkan tentang menemukan cara untuk hidup berdampingan.