Monitorday.com – Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Sanjaya, mengungkapkan bahwa jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 20,16 juta orang pada April 2024.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Reku Finance Flash di Jakarta, pada Selasa (28/5).
Sanjaya menyoroti pertumbuhan signifikan industri kripto, dengan nilai transaksi mencapai Rp158,84 triliun selama periode yang sama.
Namun, meskipun mengalami pertumbuhan yang pesat, industri kripto Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan.
Chief Compliance Officer (CCO) Reku dan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kripto Indonesia (Aspakrindo), Robby, menekankan kurangnya literasi tentang aset kripto sebagai salah satu tantangan utama.
Hasil riset Reku terhadap 300 responden di Jawa-Bali menunjukkan bahwa banyak masyarakat belum berinvestasi dalam kripto karena faktor risiko tinggi (44 persen), kurang pemahaman tentang fundamental (40 persen), kurangnya familiaritas dengan aset kripto (35 persen), isu negatif (34 persen), dan fluktuasi harga yang tajam (31 persen).
Robby menegaskan bahwa meskipun aset kripto sering dianggap cocok hanya untuk investor dengan profil risiko tinggi, setiap aset kripto memiliki karakteristik uniknya sendiri.
Dia juga mencatat adanya aset kripto dengan fluktuasi harga yang lebih stabil, cocok untuk investor dengan profil risiko menengah.
Selain itu, dia menyarankan adanya strategi seperti staking yang bisa dimanfaatkan oleh investor jangka panjang.
“Kesesuaian aset kripto dengan profil risiko dan tujuan investasi bergantung pada pemahaman yang mendalam dan pendekatan yang tepat,” tambahnya.