Monitorday.com – Kasus rasisme dan diskriminasi terhadap muslim di Eropa mengalami lonjakan signifikan.
Laporan Badan Hak Asasi Fundamental Uni Eropa (FRA) menunjukkan satu dari dua muslim menghadapi diskriminasi harian.
Laporan tersebut menyebut muslim menjadi sasaran bukan hanya karena agama, tapi juga warna kulit dan latar belakang imigran.
Survei ini melibatkan 9.604 responden muslim di 13 negara Uni Eropa dan dilakukan oleh FRA pada 2022.
Rasisme anti-muslim meningkat tajam sejak survei terakhir pada 2016, terutama di sektor pekerjaan dan perumahan.
Angka diskriminasi rasial mencapai 47 persen, naik dari 39 persen pada 2016.
Austria mencatat kasus tertinggi (71 persen), diikuti Jerman (68 persen) dan Finlandia (63 persen).
Di sektor pekerjaan, umat Islam paling sering mengalami diskriminasi saat mencari pekerjaan (39 persen) atau di tempat kerja (35 persen).
Diskriminasi dalam perumahan juga meningkat, dengan 35 persen responden tidak dapat menyewa rumah karena diskriminasi.
Wanita yang mengenakan pakaian keagamaan menghadapi diskriminasi yang lebih besar, terutama saat mencari pekerjaan.
Angka diskriminasi untuk wanita muslim muda mencapai 58 persen.
Meski survei dilakukan sebelum serangan Hamas ke Israel, FRA menyebut ada kaitan dengan konflik di Timur Tengah.
Direktur FRA, Sirpa Rautio, menyebut lonjakan rasisme ini diperburuk oleh narasi anti-Muslim.
Menurut Rautio, konflik di Timur Tengah memicu rasisme yang mengkhawatirkan terhadap muslim di Eropa.
Ia menekankan pentingnya menjamin rasa aman, diterima, dan dihormati bagi semua orang di Uni Eropa.
Data FRA menunjukkan situasi sulit bagi populasi muslim di Uni Eropa selama lebih dari 15 tahun terakhir.