Connect with us

Ruang Sujud

Istidraj: Nikmat yang Menyesatkan atau Ujian Tersembunyi?

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Dalam kehidupan, kita sering melihat orang-orang yang jauh dari ajaran agama tetapi tetap mendapatkan kekayaan, kekuasaan, dan kesuksesan. Mereka hidup dengan kemewahan tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Fenomena ini dalam Islam dikenal sebagai istidraj, yaitu ketika Allah memberikan nikmat duniawi kepada seseorang, padahal sebenarnya itu adalah bentuk hukuman yang terselubung.

Apa Itu Istidraj?

Istidraj berasal dari kata “daraja” yang berarti naik bertahap. Dalam konteks agama, istidraj adalah kondisi ketika seseorang diberikan kenikmatan yang terus meningkat meskipun mereka terus berbuat maksiat. Allah membiarkan mereka menikmati dunia seakan-akan tanpa batas, padahal itu hanyalah jalan menuju kebinasaan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

Ayat ini menjelaskan bahwa istidraj bukanlah tanda keberkahan, melainkan sebuah peringatan bahwa seseorang sedang berada di ambang kebinasaan akibat kelalaian mereka.

Ciri-Ciri Istidraj

1. Nikmat Bertambah, tetapi Jauh dari Ketaatan
Orang yang mengalami istidraj akan semakin kaya, sukses, atau terkenal, tetapi hatinya semakin keras dan jauh dari agama. Mereka tidak merasa perlu bersyukur kepada Allah atau bertobat dari kesalahan mereka.

2. Tidak Ada Rasa Bersalah dalam Maksiat
Mereka terus berbuat dosa, tetapi tidak ada rasa takut atau penyesalan. Mereka merasa hidupnya baik-baik saja, padahal sejatinya mereka sedang dijauhkan dari rahmat Allah.

3. Tidak Mendapat Peringatan atau Kesulitan
Berbeda dengan orang beriman yang diuji dengan kesulitan untuk meningkatkan keimanan mereka, orang yang mengalami istidraj justru mendapatkan segala yang mereka inginkan tanpa hambatan. Ini membuat mereka semakin lalai dan sombong.

4. Hidup dalam Keangkuhan
Mereka merasa semua pencapaian adalah hasil kerja keras mereka sendiri tanpa menyadari bahwa itu adalah ujian. Mereka lupa bahwa Allah bisa mengambil semua itu kapan saja.

Perbedaan Istidraj dan Ujian

Banyak orang yang salah paham dan mengira bahwa setiap kesuksesan adalah tanda keberkahan, padahal tidak selalu demikian. Perbedaan utama antara istidraj dan ujian adalah dampaknya terhadap keimanan.

Ujian diberikan kepada orang beriman agar mereka semakin dekat kepada Allah. Biasanya, ujian berupa kesulitan yang menguji kesabaran dan ketakwaan seseorang.

Istidraj diberikan kepada orang yang lalai sebagai bentuk hukuman tersembunyi. Nikmat yang mereka dapatkan justru menjauhkan mereka dari Allah.

Contoh sederhana: Jika seseorang semakin kaya tetapi semakin jauh dari agama, itu bisa jadi tanda istidraj. Sebaliknya, jika seseorang diuji dengan kemiskinan tetapi semakin mendekatkan diri kepada Allah, itu adalah ujian.

Bagaimana Menghindari Istidraj?

1. Selalu Bersyukur dan Tidak Lalai
Jangan sampai nikmat dunia membuat kita sombong dan lupa bahwa semuanya datang dari Allah. Biasakan untuk selalu bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan.

2. Perbanyak Istighfar dan Taubat
Jika merasa hidup terlalu nyaman tetapi jauh dari ibadah, itu adalah alarm bagi kita untuk segera bertobat dan kembali kepada Allah sebelum terlambat.

3. Gunakan Harta dan Kesuksesan untuk Kebaikan
Jika Allah memberi kita rezeki yang berlimpah, gunakan itu untuk membantu orang lain dan berkontribusi dalam kebaikan. Jangan biarkan harta menjadikan kita lalai.

4. Jangan Bangga dengan Dunia
Ingat bahwa dunia ini hanya sementara, dan semua yang kita miliki bisa diambil kapan saja. Keberkahan sejati adalah ketika kita memiliki ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah, bukan sekadar kekayaan atau jabatan.

Kesimpulan

Istidraj adalah kondisi di mana seseorang diberikan kenikmatan dunia secara berlimpah sebagai bentuk hukuman terselubung dari Allah karena kelalaiannya. Bukan tanda keberkahan, istidraj justru merupakan peringatan bahwa seseorang sedang dijauhkan dari rahmat Allah.

Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dengan nikmat yang kita miliki. Jangan sampai kesuksesan dan kenyamanan dunia membuat kita lalai dari akhirat. Perbanyak syukur, taubat, dan gunakan nikmat dengan cara yang diridai Allah agar kita tidak terjebak dalam istidraj.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ruang Sujud

Inilah Pengertian dan Syarat Zakat Mal Yang Perlu yang Perlu Kamu Tahu

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Zakat mal merupakan zakat yang dikenakan atas kepemilikan harta setelah memenuhi syarat tertentu dalam Islam.

Zakat mal wajib ditunaikan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, terutama untuk membantu fakir miskin dan orang yang membutuhkan.

Dalam Seri Fiqih Kehidupan oleh Ahmad Sarwat, terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat mal, termasuk fakir, miskin, amil zakat, dan mualaf.

Menurut buku Fikih Jilid 2 karya Hasbiyallah, zakat mal adalah kewajiban yang harus dipenuhi umat Islam atas harta yang telah mencapai batas tertentu.

Syarat Wajib Zakat Mal

1. Milik Penuh
Harta harus berada dalam kendali penuh pemiliknya dan dapat dikelola secara bebas.

2. Memiliki Nilai Ekonomi
Harta yang wajib dizakati mencakup emas, perak, hewan ternak, hasil pertanian, harta perniagaan, hasil tambang, dan harta temuan.

3. Mencapai Nisab
Nisab adalah batas minimum kepemilikan harta yang wajib dizakatkan, misalnya emas sebesar 85 gram.

4. Melewati Haul
Harta harus dimiliki selama satu tahun penuh sebelum wajib dizakati, sesuai hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Daruquthni.

Continue Reading

Ruang Sujud

Keutamaan Lailatul Qadar dalam Al-Qur’an dan Hadis

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa dalam Islam. Malam ini disebut sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana segala amalan yang dilakukan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Keutamaan Lailatul Qadar dijelaskan baik dalam Al-Qur’an maupun hadis Rasulullah SAW.

1. Lailatul Qadar dalam Al-Qur’an

Allah SWT mengabadikan keutamaan Lailatul Qadar dalam surah khusus, yaitu Surah Al-Qadr:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5)

Ayat ini menegaskan bahwa malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan luar biasa karena pada malam inilah Al-Qur’an diturunkan dan para malaikat turun membawa berkah serta rahmat.

2. Keutamaan Lailatul Qadar dalam Hadis

Rasulullah SAW juga banyak menyebutkan keutamaan Lailatul Qadar dalam berbagai hadis, di antaranya:

a. Diampuni Dosa yang Telah Lalu

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mendapatkan pengampunan dari Allah.

b. Lebih Baik dari Seribu Bulan

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW menceritakan tentang seorang laki-laki dari Bani Israil yang beribadah selama seribu bulan tanpa henti. Para sahabat pun takjub, lalu Allah menurunkan Surah Al-Qadr sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada umat Islam, agar mereka dapat memperoleh pahala ibadah yang lebih besar hanya dalam satu malam.

c. Turunnya Malaikat Membawa Kedamaian

Lailatul Qadar juga dikenal sebagai malam yang penuh dengan ketenangan dan keberkahan. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya pada malam itu bumi dipenuhi oleh para malaikat yang membawa rahmat dan keberkahan hingga terbit fajar.” (HR. Ahmad)

3. Kapan Terjadinya Lailatul Qadar?

Rasulullah SAW tidak menyebutkan tanggal pasti terjadinya Lailatul Qadar, tetapi beliau memberikan petunjuk bahwa malam ini terjadi pada salah satu dari sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama di malam-malam ganjil.

Dalam hadis disebutkan:

“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Karena itu, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadahnya pada malam-malam tersebut agar tidak melewatkan keutamaan Lailatul Qadar.

4. Amalan yang Dianjurkan

Untuk mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar, Rasulullah SAW menganjurkan beberapa amalan, seperti:

Salat malam (Qiyamul Lail) untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.

Membaca Al-Qur’an sebagai bentuk penghormatan terhadap wahyu yang diturunkan pada malam ini.

Memperbanyak doa, terutama doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku.)

Bersedekah untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Kesimpulan

Lailatul Qadar adalah malam penuh kemuliaan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. Pada malam ini, Allah SWT memberikan keberkahan, pengampunan, dan pahala yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya memanfaatkan malam-malam terakhir Ramadan untuk beribadah dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan keutamaan yang luar biasa dari Lailatul Qadar.

Continue Reading

Ruang Sujud

Amalan yang Dianjurkan di Malam Lailatul Qadar

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana amal ibadah yang dilakukan pada malam ini mendapatkan pahala yang luar biasa besar. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menghidupkan malam ini dengan berbagai amalan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

1. Salat Malam (Qiyamul Lail)

Salat malam, seperti tahajud dan witir, merupakan amalan utama yang dianjurkan di Lailatul Qadar. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salat ini menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah serta memohon ampunan dan keberkahan hidup.

2. Membaca dan Merenungkan Al-Qur’an

Lailatul Qadar adalah malam turunnya Al-Qur’an, sehingga membacanya pada malam ini sangat dianjurkan. Selain membaca, kita juga dianjurkan untuk memahami dan menghayati maknanya. Menghafal ayat-ayat baru atau mentadabburi tafsir Al-Qur’an juga bisa menjadi pilihan ibadah yang bermanfaat.

3. Memperbanyak Doa

Salah satu doa yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk dibaca pada malam Lailatul Qadar adalah:

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.”
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku.)

Selain itu, kita juga bisa memohon hajat pribadi, keselamatan, keberkahan hidup, serta kebaikan dunia dan akhirat.

4. Berdzikir dan Bershalawat

Memperbanyak dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil, dapat menambah keberkahan di malam ini. Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW juga termasuk amalan yang sangat dianjurkan.

5. Bersedekah

Sedekah di malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan besar karena pahala amal di malam ini dilipatgandakan. Sedekah bisa berupa uang, makanan untuk berbuka puasa, atau bantuan kepada orang yang membutuhkan.

6. I’tikaf di Masjid

I’tikaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah, adalah salah satu sunnah yang dianjurkan di sepuluh malam terakhir Ramadan. Rasulullah SAW rutin melakukan i’tikaf di malam-malam terakhir Ramadan untuk mencari Lailatul Qadar.

7. Memperbanyak Istighfar dan Muhasabah

Malam Lailatul Qadar adalah waktu yang tepat untuk memohon ampunan dan melakukan introspeksi diri. Dengan memperbanyak istighfar, kita berharap agar Allah menghapus dosa-dosa kita dan memberikan kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Kesimpulan

Lailatul Qadar adalah malam penuh berkah yang hanya datang sekali dalam setahun. Dengan mengisi malam ini dengan berbagai amalan seperti salat malam, membaca Al-Qur’an, berdoa, berdzikir, dan bersedekah, kita bisa meraih keutamaan yang luar biasa. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar dan diampuni segala dosa-dosa kita.

Continue Reading

Ruang Sujud

Bolehkah Memberi Zakat Fitrah untuk Kyai Kampung?

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Zakat fitrah wajib ditunaikan oleh setiap Muslim pada bulan Ramadan sebagai bentuk penyucian jiwa dan kepedulian terhadap sesama.

Dalam Al-Qur’an dan hadis, zakat fitrah disebutkan sebagai kewajiban yang harus diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya.

Buya Yahya menjelaskan bahwa seorang ustadz atau kyai kampung tidak otomatis berhak menerima zakat hanya karena statusnya sebagai ustadz.

Jika seorang ustadz tergolong fakir atau miskin, maka ia boleh menerima zakat sebagaimana fakir miskin lainnya.

Sebaliknya, jika ia tidak dalam kondisi membutuhkan, maka memberikan zakat kepadanya dapat mengabaikan hak fakir miskin yang lebih berhak.

Selain itu, seorang ustadz yang mengurus zakat tetapi bukan amil resmi juga tidak boleh menerima zakat sebagai bagian dari pengelolaan.

Dalam surah At-Taubah ayat 60, Allah SWT menetapkan delapan golongan yang berhak menerima zakat, termasuk fakir, miskin, amil zakat, dan ibnu sabil.

Wallahu a’lam.

Continue Reading

Ruang Sujud

Keutamaan Lailatul Qadar: Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Dalam Al-Qur’an, malam ini disebut lebih baik dari seribu bulan, menjadikannya waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam. Banyak orang berlomba-lomba menghidupkan malam ini dengan ibadah, doa, dan dzikir.

Keistimewaan Lailatul Qadar

Allah SWT menyebutkan dalam surah Al-Qadr bahwa Lailatul Qadar adalah malam turunnya Al-Qur’an. Para malaikat, termasuk Malaikat Jibril, turun ke bumi membawa rahmat dan keberkahan. Malam ini juga menjadi waktu di mana segala urusan ditetapkan oleh Allah SWT.

Keutamaan lainnya adalah pahala ibadah pada malam ini dihitung lebih baik dari ibadah selama seribu bulan. Jika dikonversi, seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun, yang berarti beribadah satu malam di Lailatul Qadar sama nilainya dengan beribadah seumur hidup.

Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Meskipun tanggal pastinya tidak disebutkan secara spesifik, Rasulullah SAW memberikan beberapa petunjuk tentang tanda-tanda Lailatul Qadar, di antaranya:

Malamnya terasa tenang, damai, dan penuh ketenangan.

Udara dan suhu cenderung sejuk, tidak terlalu panas atau dingin.

Matahari keesokan paginya bersinar tanpa sinar yang menyilaukan.

Tidak ada suara-suara bising dari makhluk di malam itu, seakan semuanya berserah diri.

Amalan yang Dianjurkan di Lailatul Qadar

Karena keutamaannya yang besar, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah di malam ini. Beberapa amalan yang bisa dilakukan antara lain:

1. Salat Malam (Qiyamul Lail) – Menunaikan salat tahajud dan witir untuk mendekatkan diri kepada Allah.

2. Membaca Al-Qur’an – Menghayati dan memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an.

3. Berdoa dan Berdzikir – Memperbanyak doa, terutama doa yang diajarkan Rasulullah:
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.”
(Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku.)

4. Bersedekah – Memberikan sedekah kepada yang membutuhkan agar keberkahan malam ini semakin bertambah.

Kapan Lailatul Qadar Terjadi?

Lailatul Qadar biasanya terjadi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, terutama di malam-malam ganjil, seperti malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah selama periode ini agar tidak melewatkan malam penuh berkah tersebut.

Kesimpulan

Lailatul Qadar adalah malam yang luar biasa istimewa dalam Islam. Keutamaannya yang lebih baik dari seribu bulan membuatnya menjadi momen yang sangat dinanti oleh umat Muslim. Dengan meningkatkan ibadah, doa, dan amal kebaikan, kita dapat meraih keberkahan malam ini dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Continue Reading

Ruang Sujud

Hati-Hati dengan Istidraj: Ketika Kemewahan Dunia Menjadi Tanda Azab

Yusuf Hasyim

Published

on

Dalam hidup, kita sering melihat orang yang hidupnya penuh kemewahan dan kesuksesan, tetapi mereka justru semakin jauh dari agama. Mereka menikmati segala fasilitas dunia tanpa hambatan, seakan-akan hidup mereka sempurna. Namun, tahukah kita bahwa hal ini bisa jadi bukan keberkahan, melainkan istidraj—sebuah bentuk azab tersembunyi dari Allah?

Apa Itu Istidraj?

Istidraj adalah keadaan di mana seseorang terus-menerus diberi kenikmatan duniawi oleh Allah, padahal mereka berada dalam kesesatan. Nikmat tersebut bukanlah tanda kasih sayang, melainkan jebakan yang membuat mereka semakin jauh dari Allah.

Allah SWT berfirman:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah bisa saja membiarkan seseorang hidup dalam kelimpahan sebagai bentuk hukuman tersembunyi. Mereka merasa nyaman, tetapi sesungguhnya mereka sedang ditarik menuju kebinasaan tanpa mereka sadari.

Tanda-Tanda Seseorang Terkena Istidraj

1. Makin Kaya, tetapi Makin Jauh dari Allah
Orang yang mengalami istidraj akan terus bertambah kekayaannya, tetapi ibadahnya justru semakin berkurang. Mereka merasa tak perlu berdoa atau bersyukur karena menganggap semuanya adalah hasil usaha mereka sendiri.

2. Terus Berbuat Maksiat tanpa Rasa Bersalah
Mereka melakukan dosa tanpa merasa takut atau menyesal. Bahkan, mereka menganggap kemaksiatan sebagai gaya hidup dan terus menikmatinya.

3. Kesuksesan Datang dengan Mudah tanpa Ujian
Berbeda dengan orang beriman yang diuji sebelum mendapatkan sesuatu, mereka yang mengalami istidraj justru mendapatkan segalanya dengan mudah. Ini membuat mereka semakin lalai dan angkuh.

4. Merasa Tidak Butuh Allah
Mereka jarang berdoa dan menganggap agama hanya untuk orang yang lemah. Mereka merasa dunia ada dalam genggaman mereka dan lupa bahwa segalanya bisa lenyap dalam sekejap.

Istidraj vs Keberkahan: Apa Bedanya?

Banyak orang salah mengira bahwa kemewahan adalah tanda keberkahan. Padahal, keberkahan dan istidraj memiliki perbedaan yang jelas:

Keberkahan adalah nikmat yang membawa seseorang semakin dekat kepada Allah. Orang yang diberi keberkahan tetap rendah hati, bersyukur, dan taat kepada Allah.

Istidraj adalah nikmat yang justru menjauhkan seseorang dari Allah. Orang yang terkena istidraj merasa dunia adalah segalanya dan lupa pada kehidupan akhirat.

Bagaimana Menghindari Istidraj?

1. Selalu Bersyukur dan Mengingat Allah
Jangan biarkan nikmat dunia membuat kita lupa pada Allah. Biasakan untuk selalu bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut untuk hal yang bermanfaat.

2. Perbanyak Taubat dan Istighfar
Jika kita merasa hidup terlalu nyaman tetapi jauh dari ibadah, itu adalah tanda bahaya. Segeralah bertobat sebelum nikmat berubah menjadi azab.

3. Gunakan Rezeki untuk Kebaikan
Jika Allah memberikan kita kekayaan, gunakan itu untuk membantu sesama dan berkontribusi dalam amal kebaikan. Jangan biarkan harta menjadikan kita lupa diri.

4. Ingat bahwa Dunia Sementara
Semua yang kita miliki bisa hilang dalam sekejap. Keberkahan sejati bukan terletak pada harta, tetapi pada ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah.

Kesimpulan

Istidraj adalah ketika Allah memberikan kenikmatan duniawi kepada seseorang bukan sebagai tanda keberkahan, tetapi sebagai bentuk azab yang terselubung. Orang yang terkena istidraj sering kali merasa hidupnya sempurna, padahal sebenarnya mereka sedang dijauhkan dari rahmat Allah.

Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati terhadap nikmat yang kita terima. Jangan sampai kekayaan, kesuksesan, dan kenyamanan dunia membuat kita lalai. Perbanyak syukur, taubat, dan gunakan rezeki dengan cara yang diridai Allah agar kita terhindar dari istidraj.

Continue Reading

Ruang Sujud

Lailatul Qadar: Memahami Makna dan Signifikansinya dalam Kehidupan Seorang Muslim

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Lailatul Qadar, atau Malam Kemuliaan, adalah malam yang sangat istimewa dalam bulan Ramadan. Dalam tradisi Islam, malam ini diyakini sebagai waktu di mana Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Keberadaan Lailatul Qadar disebutkan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Al-Qadr, yang menegaskan bahwa malam ini lebih baik daripada seribu bulan. Dalam artikel ini, kita akan membahas makna Lailatul Qadar, keutamaannya, serta signifikansinya dalam kehidupan seorang Muslim.

Makna Lailatul Qadar

Secara harfiah, Lailatul Qadar berarti “Malam yang Ditentukan” atau “Malam yang Memiliki Kemuliaan.” Kata “Qadar” dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, termasuk “ukuran,” “ketentuan,” dan “kemuliaan.” Dalam konteks ini, Lailatul Qadar adalah malam di mana Allah SWT menentukan takdir hamba-Nya untuk tahun yang akan datang. Malam ini juga merupakan waktu di mana doa-doa dan permohonan hamba-Nya lebih mudah diterima.

Keutamaan Lailatul Qadar

  1. Lebih Baik dari Seribu Bulan Salah satu keutamaan terbesar dari Lailatul Qadar adalah bahwa malam ini lebih baik daripada seribu bulan. Dalam Surah Al-Qadr ayat 3, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.” Ini menunjukkan betapa besar pahala yang bisa diperoleh bagi mereka yang menghidupkan malam ini dengan ibadah.
  2. Turunnya Al-Qur’an Lailatul Qadar adalah malam di mana Al-Qur’an diturunkan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 185, Allah SWT menyatakan, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.” Dengan demikian, malam ini memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Islam, karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi mereka.
  3. Pengampunan Dosa Malam Lailatul Qadar juga merupakan waktu di mana Allah SWT memberikan pengampunan kepada hamba-Nya yang bertaubat. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Ini menunjukkan betapa pentingnya malam ini dalam mendapatkan ampunan dari Allah.
  4. Doa yang Mustajab Doa yang dipanjatkan pada malam Lailatul Qadar diyakini lebih mudah diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu, banyak umat Islam yang memanfaatkan malam ini untuk berdoa dan memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk, keberkahan, dan perlindungan.

Cara Mencapai Lailatul Qadar

  1. Meningkatkan Ibadah Salah satu cara untuk mencapai Lailatul Qadar adalah dengan meningkatkan ibadah selama bulan Ramadan. Ini termasuk shalat malam (tahajud), membaca Al-Qur’an, berdoa, dan melakukan amal baik. Semakin banyak ibadah yang dilakukan, semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan malam yang penuh berkah ini.
  2. Mencari Lailatul Qadar di Sepuluh Malam Terakhir Lailatul Qadar diyakini terjadi pada salah satu malam di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah mereka pada malam-malam ini. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.”
  3. Bertaubat dan Memohon Ampunan Memanfaatkan malam Lailatul Qadar untuk bertaubat dan memohon ampunan adalah langkah yang sangat penting. Umat Islam dianjurkan untuk merenungkan kesalahan dan dosa-dosa mereka, serta berusaha untuk memperbaiki diri. Dengan bertaubat, mereka dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan keberkahan malam ini.
  4. Berdoa dengan Khusyuk Doa yang dipanjatkan dengan penuh khusyuk dan keyakinan akan diterima oleh Allah SWT. Umat Islam disarankan untuk memanjatkan doa-doa yang baik, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun umat manusia secara keseluruhan. Mengingat bahwa malam ini adalah malam yang penuh berkah, doa yang dipanjatkan akan lebih mudah diterima.

Signifikansi Lailatul Qadar dalam Kehidupan Seorang Muslim

Lailatul Qadar memiliki signifikansi yang sangat besar dalam kehidupan seorang Muslim. Malam ini bukan hanya sekadar waktu untuk beribadah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merenungkan diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Dengan menghidupkan malam ini, seorang Muslim dapat merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta dan mendapatkan keberkahan yang melimpah.

Selain itu, Lailatul Qadar juga mengajarkan umat Islam tentang pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam beribadah. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tantangan dan ujian sering kali datang silih berganti. Namun, dengan mengingat keutamaan Lailatul Qadar, seorang Muslim diharapkan dapat terus berusaha dan tidak mudah putus asa dalam mencari ridha Allah.

Kesimpulan

Lailatul Qadar adalah malam yang penuh berkah dan keutamaan, yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan memahami makna dan signifikansinya, umat Islam diharapkan dapat memanfaatkan malam ini sebaik mungkin untuk meningkatkan ibadah, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk meraih Lailatul Qadar dan mendapatkan keberkahan yang melimpah di bulan Ramadan ini.

Continue Reading

Ruang Sujud

Malam Lailatul Qadar: Keutamaan dan Cara Mencapainya dalam Bulan Ramadan

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – Malam Lailatul Qadar, yang sering disebut sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, merupakan salah satu malam yang paling dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Dalam Al-Qur’an, malam ini disebutkan dalam Surah Al-Qadr, yang menegaskan betapa istimewanya malam ini dan betapa besar pahala yang bisa diperoleh bagi mereka yang menghidupkannya dengan ibadah. Artikel ini akan membahas keutamaan Lailatul Qadar serta cara-cara untuk mencapainya selama bulan Ramadan.

Keutamaan Lailatul Qadar

  1. Malam yang Penuh Berkah dan Ampunan

Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan berkah dan ampunan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa malam ini adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk bertaubat dan memohon ampunan atas segala kesalahan yang telah dilakukan.

  1. Lebih Baik dari Seribu Bulan

Salah satu keistimewaan Lailatul Qadar adalah bahwa ibadah yang dilakukan pada malam ini lebih baik daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. Dalam Surah Al-Qadr ayat 3, Allah SWT berfirman, “Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.” Ini menunjukkan betapa besar nilai ibadah yang dilakukan pada malam ini, sehingga setiap detik yang dihabiskan untuk beribadah akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

  1. Turunnya Al-Qur’an

Lailatul Qadar juga merupakan malam di mana Al-Qur’an diturunkan. Dalam Surah Al-Qadr ayat 1, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadar.” Ini menunjukkan bahwa malam ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam sejarah Islam, karena merupakan awal dari wahyu yang menjadi petunjuk hidup bagi umat manusia.

  1. Malam yang Dipenuhi dengan Rahmat dan Kedamaian

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang dipenuhi dengan rahmat dan kedamaian. Dalam Surah Al-Qadr ayat 5, Allah SWT berfirman, “Malam itu penuh dengan kesejahteraan; sampai terbit fajar.” Ini menunjukkan bahwa malam ini adalah waktu yang tepat untuk berdoa dan memohon kepada Allah, karena Allah akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang tulus.

Cara Mencapai Lailatul Qadar

  1. Meningkatkan Ibadah di Bulan Ramadan

Salah satu cara untuk mencapai Lailatul Qadar adalah dengan meningkatkan ibadah selama bulan Ramadan. Ini termasuk melaksanakan shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan melakukan amal baik. Semakin banyak ibadah yang dilakukan, semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan malam yang penuh berkah ini.

  1. Mencari Lailatul Qadar di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mencari Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Carilah Lailatul Qadar di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi setiap Muslim untuk meningkatkan ibadahnya pada malam-malam tersebut, terutama pada malam-malam ganjil seperti malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29.

  1. Berdoa dengan Tulus dan Khusyuk

Doa adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam sebuah hadis, Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang doa yang sebaiknya dibaca pada malam Lailatul Qadar. Rasulullah menjawab, “Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Ya Allah, Engkau adalah Maha Pemaaf, Engkau menyukai pemaafan, maka maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi). Mengucapkan doa ini dengan tulus dan khusyuk di malam Lailatul Qadar dapat mendatangkan ampunan dan rahmat dari Allah.

  1. Meningkatkan Amal Kebaikan

Selain ibadah ritual, meningkatkan amal kebaikan juga merupakan cara untuk mencapai Lailatul Qadar. Memberikan sedekah, membantu sesama, dan melakukan kebaikan lainnya dapat mendatangkan keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah. Setiap amal baik yang dilakukan dengan niat yang tulus akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, terutama pada malam yang penuh berkah ini.

  1. Bersihkan Hati dan Niat

Mencapai Lailatul Qadar juga memerlukan hati yang bersih dan niat yang tulus. Sebelum beribadah, penting untuk membersihkan hati dari segala bentuk kebencian, iri, dan dendam. Memperbaiki niat untuk beribadah semata-mata karena Allah akan membuat ibadah yang dilakukan lebih bermakna dan diterima oleh-Nya.

Kesimpulan

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan keutamaan dan berkah. Dengan memahami keistimewaan malam ini dan melakukan berbagai cara untuk mencapainya, setiap Muslim memiliki kesempatan untuk mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya, terutama pada malam-malam terakhir, untuk beribadah dan memohon kepada Allah agar kita dapat meraih Lailatul Qadar. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk menghidupkan malam yang penuh berkah ini dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Continue Reading

Ruang Sujud

Menggali Makna I’tikaf: Tradisi dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – I’tikaf adalah praktik spiritual yang memiliki makna mendalam dalam tradisi Islam, terutama selama bulan Ramadan. Istilah “i’tikaf” berasal dari bahasa Arab yang berarti “berdiam diri” atau “mengasingkan diri.” Dalam konteks ibadah, i’tikaf merujuk pada tindakan menghabiskan waktu di masjid dengan tujuan untuk beribadah, merenung, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Praktik ini tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga membawa banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan menggali makna i’tikaf, tradisi yang menyertainya, serta manfaat yang dapat diperoleh dari praktik ini.

Makna I’tikaf dalam Islam

I’tikaf memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam dan merupakan sunnah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu mencampuri istri-istrimu, sedang kamu dalam keadaan i’tikaf di masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187)

Ayat ini menunjukkan bahwa i’tikaf dilakukan di masjid dan melibatkan penghindaran dari aktivitas duniawi, termasuk interaksi dengan keluarga. I’tikaf biasanya dilakukan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, di mana umat Islam berusaha untuk mendapatkan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Tradisi I’tikaf

Tradisi i’tikaf telah menjadi bagian integral dari praktik keagamaan di banyak komunitas Muslim. Selama bulan Ramadan, masjid-masjid di seluruh dunia sering kali dipenuhi oleh jamaah yang melakukan i’tikaf. Mereka menghabiskan waktu untuk berdoa, membaca Al-Qur’an, dan melakukan ibadah lainnya.

I’tikaf biasanya dimulai pada malam ke-21 Ramadan dan berlangsung hingga akhir bulan. Selama periode ini, para pelaku i’tikaf berusaha untuk menjauhkan diri dari kesibukan duniawi dan fokus pada hubungan mereka dengan Allah. Mereka juga sering kali terlibat dalam kegiatan sosial, seperti memberikan makanan kepada yang membutuhkan, sebagai bentuk amal.

Manfaat I’tikaf

  1. Mendekatkan Diri kepada Allah

Salah satu manfaat utama dari i’tikaf adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan menghabiskan waktu di masjid, umat Islam dapat lebih fokus pada ibadah dan merenungkan makna hidup. I’tikaf memberikan ruang untuk berdoa dan berzikir, yang dapat memperkuat iman dan spiritualitas seseorang.

  1. Meningkatkan Kualitas Ibadah

I’tikaf memungkinkan individu untuk meningkatkan kualitas ibadah mereka. Dalam suasana yang tenang dan khusyuk, jamaah dapat lebih mudah berkonsentrasi dalam shalat, membaca Al-Qur’an, dan melakukan dzikir. Hal ini membantu mereka untuk merasakan kedekatan dengan Allah dan meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan.

  1. Refleksi Diri dan Introspeksi

Selama i’tikaf, individu memiliki waktu untuk merenung dan melakukan introspeksi. Mereka dapat mengevaluasi diri, memperbaiki kesalahan, dan merencanakan langkah-langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Proses refleksi ini sangat penting dalam perjalanan spiritual seseorang.

  1. Membangun Komunitas

I’tikaf juga berfungsi sebagai sarana untuk membangun komunitas. Ketika banyak orang berkumpul di masjid untuk beribadah, mereka dapat saling mendukung dan memperkuat ikatan sosial. Kegiatan bersama, seperti berbagi makanan dan berdiskusi tentang agama, dapat mempererat hubungan antar sesama jamaah.

  1. Mendapatkan Pahala yang Berlipat Ganda

Dalam bulan Ramadan, setiap amal baik dilipatgandakan pahalanya. I’tikaf adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan, dan pelakunya berpeluang untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, setiap detik yang dihabiskan dalam i’tikaf akan dihitung sebagai amal baik di sisi Allah.

  1. Menemukan Ketenangan dan Kedamaian

Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, i’tikaf memberikan kesempatan untuk menemukan ketenangan dan kedamaian. Suasana masjid yang tenang dan penuh dengan ibadah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk merenung dan berdoa. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang sering dialami dalam kehidupan modern.

Kesimpulan

I’tikaf adalah praktik yang kaya makna dan manfaat dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan menghabiskan waktu di masjid, umat Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kualitas ibadah, dan melakukan refleksi diri. Selain itu, i’tikaf juga memperkuat ikatan komunitas dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah, i’tikaf menjadi salah satu cara untuk memperdalam spiritualitas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya hubungan dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk melakukan i’tikaf dan meraih keberkahan yang ada di dalamnya.

Continue Reading

Ruang Sujud

I’tikaf: Memperdalam Spiritualitas di Bulan Ramadan

Yusuf Hasyim

Published

on

Monitorday.com – I’tikaf adalah salah satu praktik spiritual yang sangat dianjurkan dalam agama Islam, terutama selama bulan Ramadan. Praktik ini melibatkan pengasingan diri di masjid dengan tujuan untuk beribadah, merenung, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam artikel ini, kita akan membahas makna, tujuan, dan manfaat dari i’tikaf, serta bagaimana praktik ini dapat memperdalam spiritualitas seorang Muslim selama bulan suci.

Makna I’tikaf

Secara etimologis, kata “i’tikaf” berasal dari bahasa Arab yang berarti “berdiam diri” atau “mengasingkan diri.” Dalam konteks agama, i’tikaf merujuk pada tindakan seseorang yang menghabiskan waktu di masjid dengan niat untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. I’tikaf biasanya dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, yang dianggap sebagai waktu yang paling mulia untuk beribadah, terutama karena di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Tujuan I’tikaf

Tujuan utama dari i’tikaf adalah untuk meningkatkan kualitas ibadah dan spiritualitas seorang Muslim. Dalam kesibukan sehari-hari, sering kali kita terjebak dalam rutinitas yang membuat kita jauh dari Allah. I’tikaf memberikan kesempatan untuk menjauh dari kesibukan duniawi dan fokus sepenuhnya pada ibadah. Dengan mengasingkan diri di masjid, seorang Muslim dapat lebih mudah melakukan shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan merenungkan ajaran-ajaran Islam.

Selain itu, i’tikaf juga bertujuan untuk memperkuat hubungan sosial antar sesama Muslim. Selama i’tikaf, jamaah berkumpul di masjid, berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam ibadah. Hal ini menciptakan suasana kebersamaan yang dapat memperkuat ikatan persaudaraan di antara umat Islam.

Manfaat I’tikaf

  1. Mendekatkan Diri kepada Allah Salah satu manfaat utama dari i’tikaf adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menghabiskan waktu di masjid, seorang Muslim dapat lebih fokus dalam beribadah dan berdoa. I’tikaf memberikan kesempatan untuk merenungkan kehidupan, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas iman.
  2. Meningkatkan Kualitas Ibadah I’tikaf memungkinkan seorang Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadahnya. Dalam suasana yang tenang dan khusyuk, seseorang dapat lebih mudah melakukan shalat dengan baik, membaca Al-Qur’an, dan melakukan dzikir. Hal ini berkontribusi pada peningkatan spiritualitas dan kedekatan dengan Allah.
  3. Mendapatkan Pahala yang Berlipat Ganda Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, dan setiap amal baik yang dilakukan di dalamnya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dengan melakukan i’tikaf, seorang Muslim berpeluang untuk mendapatkan pahala yang lebih besar, terutama jika dilakukan pada sepuluh hari terakhir Ramadan.
  4. Merenungkan Hidup dan Memperbaiki Diri I’tikaf memberikan waktu untuk merenungkan hidup dan memperbaiki diri. Dalam kesunyian dan ketenangan, seseorang dapat mengevaluasi tindakan dan perilakunya, serta merencanakan langkah-langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ini adalah kesempatan untuk bertaubat dan berkomitmen untuk menjalani hidup yang lebih sesuai dengan ajaran Islam.
  5. Mendapatkan Malam Lailatul Qadar Salah satu keistimewaan dari i’tikaf adalah kesempatan untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Malam ini diyakini sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana doa-doa dikabulkan dan amal ibadah diterima. Dengan melakukan i’tikaf, seorang Muslim berharap dapat meraih keberkahan malam tersebut.

Praktik I’tikaf

I’tikaf biasanya dilakukan di masjid, dan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktik ini. Pertama, niat yang tulus untuk beribadah kepada Allah sangat penting. Seorang Muslim harus memulai i’tikaf dengan niat yang jelas dan ikhlas. Kedua, selama i’tikaf, jamaah diharapkan untuk menjaga adab dan etika, seperti tidak mengganggu orang lain, menjaga kebersihan, dan tidak terlibat dalam pembicaraan yang tidak bermanfaat.

Selama i’tikaf, seorang Muslim dapat melakukan berbagai ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir. Selain itu, penting untuk menjaga kesehatan fisik dengan cukup makan dan tidur agar dapat menjalani ibadah dengan baik.

Kesimpulan

I’tikaf adalah praktik yang sangat berharga dalam Islam, terutama selama bulan Ramadan. Dengan mengasingkan diri di masjid, seorang Muslim dapat memperdalam spiritualitas, meningkatkan kualitas ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah. Manfaat yang diperoleh dari i’tikaf tidak hanya dirasakan selama bulan suci, tetapi juga dapat membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk melakukan i’tikaf dan meraih keberkahan yang Allah janjikan. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat kepada-Nya.

Continue Reading

Monitor Saham BUMN



News5 hours ago

Ramadhan Inklusi 2025: Muhammadiyah-Kemendikdasmen Gelar Buka Puasa Bersama 1000 Difabel

Sportechment5 hours ago

Jelang Duel Kontra Bahrain, Patrick Kuivert: Timnas Indonesia Siap Tempur

Ruang Sujud7 hours ago

Inilah Pengertian dan Syarat Zakat Mal Yang Perlu yang Perlu Kamu Tahu

Ruang Sujud9 hours ago

Keutamaan Lailatul Qadar dalam Al-Qur’an dan Hadis

Ruang Sujud11 hours ago

Amalan yang Dianjurkan di Malam Lailatul Qadar

Ruang Sujud12 hours ago

Bolehkah Memberi Zakat Fitrah untuk Kyai Kampung?

Ruang Sujud15 hours ago

Keutamaan Lailatul Qadar: Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

News16 hours ago

Hasil Survei: Warga Gaza Anggap Negara-negara Arab Tak Banyak Bantu Mereka

News19 hours ago

Lupa Rakaat Shalat? Ini Tuntunan Sujud Sahwi dan Doa yang Dibaca

Sportechment21 hours ago

UEFA Nations League: Antar Portugal Tembus Semifinal, Ronaldo Ukir Gol ke-929

News21 hours ago

Serangan Udara Israel Tewaskan Biro Politik Hamas di Gaza

Sportechment21 hours ago

Igor Tudor Jadi Pelatih Baru Juventus, Gantikan Thiago Motta

Sportechment22 hours ago

Erick Thohir Ungkap Persiapan GBK Jelang Indonesia vs Bahrain, AFC Respon Begini

News1 day ago

ANTAM Hadirkan Aplikasi Logam Mulia untuk Kemudahan Investasi Emas

Keuangan1 day ago

Berkat Layanan Ini BNI Tuai Apresiasi Kementerian BUMN

Sportechment1 day ago

Ne Zha 2 Sukses Kocok Perut Penonton Indonesia, Film Animasi Terlaris di Dunia

News1 day ago

Dukung Perjalanan Mudik Lebaran 2025, AION Indonesia Hadirkan Layanan Bengkel Siaga

Sportechment2 days ago

Meta Uji Coba Fitur AI untuk Bantu Pengguna Menulis Komentar di Instagram

News2 days ago

Negara-negara Eropa Perbarui Peringatan Perjalanan ke AS, Ada Apa?

Sportechment2 days ago

“Snow White” Meraup 16 Juta Dolar AS di Hari Pertama Pemutaran