MONITORDAY.COM — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir bertemu pimpinan gereja Katolik, Paus Fransiskus di Vatikan bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf. Pertemuan tersebut dalam rangka audiensi, setelah keduanya dicalonkan sebagai salah satu penerima Zayed Award for Human Fraternity pada akhir tahun lalu.
Haedar disebutkan tiba di Roma pada Rabu (24/1/2024) kemarin pukul 05:45 didampingi istrinya, Siti Noordjannah Djohantini, dan Kepala Kantor PP Muhammadiyah Abdoel Malik. Bersama tim Zayed, Haedar kemudian beraudiensi dengan Paus pada Rabu pukul 08.00 di Dell’Aula Paolo VL Juni 1971 oleh Paus Paulus VI.
Sementara Yahya Cholil Staquf yang tiba di Roma pukul 09.45 dijadwalkan bertemu Paus Fransiskus sehari setelahnya, pada Kamis (25/1/2024). Kedua pimpinan organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia itu datang ke Roma dan beraudiensi dengan Paus atas undangan Zayed Award for Human ss‘ Fraternity.
Zayed Award merupakan penghargaan yang diadakan untuk mengapresiasi individu dan entitas yang berkontribusi besar terhadap kemajuan peradaban manusia dan hidup berdampingan secara damai.
NU dan Muhammadiyah tercatat menjadi nomine untuk menerima anugerah di bidang perdamaian dan kemanusiaan. Penominasian kedua ormas itu sebelumnya dibahas pada awal Desember 2023 di Roma.
Salah satu jurinya adalah Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI, yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan. Juri Zayed Award 2024 lainnya adalah Kardinal Leonardo Sandri (Prefect Emeritus of the Holy See Dicastery for Oriental Churches), Rebeca Grynspan Mayufis (Secretary General of The United Nation Conference on Trade and Development/Untac), Rabbi Abraham Cooper (Chair of the US Commission on International Religious Freedom), Irina Bokova Gmantan Director General of UNESCO), dan Mohamed Abdelsalam (Secretary General of Zayed Award for Human Fraternity and Secretary General of the Muslim Council of Elders).
Zayed Award for Human Fraternity didirikan pada 4 Februari 2019 sebagai kelanjutan dari pertemuan antara Imam Besar Al-Azhar Ahmed al-Tayeb dengan Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi yang disebut Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan.
Penghargaan ini disebut-sebut merupakan rekognisi atas peran yang selama ini dilakukan Muhammadiyah. Bahwa Muhammadiyah berusaha terus berkiprah bagi persaudaraan dan kemanusiaan yang sejati.
Penghargaan dan audiensi ini, juga menjadi bukti bagaimana dua agama besar dunia—Islam dan Katolik—dapat bekerja sama. Upaya yang mudah-mudahan dapat mendorong kerjasama serupa di level akar rumput.