Monitorday.com – Suatu hari, seorang suami datang menghadap Umar bin Khattab dengan wajah ragu dan gelisah. Ia ingin menceraikan istrinya. Alasannya? Ia sudah tak lagi mencintainya.
Mendengar itu, Umar justru menatapnya tajam dan bertanya, “Apakah rumah tangga hanya dibangun di atas cinta?”
Pertanyaan itu menusuk. Sebuah tamparan halus bagi siapa saja yang mengira pernikahan hanya tentang rasa berbunga-bunga. Umar ingin mengingatkan bahwa cinta bukan satu-satunya bahan bakar yang menjaga pernikahan tetap berjalan. Ada tanggung jawab, komitmen, dan kesetiaan yang jauh lebih bernilai daripada sekadar perasaan sesaat.
Dalam perjalanan rumah tangga, cinta bisa naik turun. Ada hari-hari penuh gairah, ada pula saat-saat hambar. Ketika masa-masa sulit datang, pasangan sering kali lupa alasan mereka menikah. Mereka hanya fokus pada kekurangan, lupa akan segala kebaikan yang pernah ada.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 19)
Pesan ini begitu dalam. Jangan buru-buru menceraikan pasangan hanya karena rasa cinta memudar. Mungkin ada kebaikan yang belum terlihat.
Coba lihat lebih dekat. Apakah dia istri yang setia? Apakah dia ibu yang baik bagi anak-anakmu? Apakah dia mendukungmu dalam agama dan kehidupan? Jika jawabannya ya, maka cinta bukan segalanya.
Kita hidup di era media sosial, di mana kehidupan orang lain tampak sempurna. Kita melihat pasangan yang saling memuji, berbagi kebahagiaan, penuh kemesraan. Tapi benarkah itu gambaran nyata? Tidak semua yang tampak indah di luar benar-benar indah di dalam. Ada yang penuh kepalsuan, ada yang menyimpan luka.
Kita sering kali mencari kesempurnaan dalam diri pasangan, berharap mereka selalu memenuhi ekspektasi kita. Padahal, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Jika kita terus mencari tanpa pernah menerima, kita hanya akan terjebak dalam kekecewaan.
Umar bin Khattab mengajarkan satu hal penting: jika cinta memudar, maka pernikahan harus tetap berdiri di atas kebaikan dan kebersamaan. Jika semua rumah tangga bergantung pada cinta semata, maka banyak yang akan runtuh. Namun, mereka yang membangunnya di atas komitmen, saling menghormati, dan memahami, akan bertahan dalam ujian kehidupan.
Mungkin kamu merasa tidak lagi mencintainya. Tapi coba tanyakan pada dirimu, apakah itu alasan yang cukup untuk menghancurkan rumah tangga yang telah dibangun bertahun-tahun?
Cinta bisa tumbuh kembali. Dengan kesabaran, dengan usaha, dengan mengingat semua kebaikan yang pernah ada. Jika kamu merasa kehilangan cinta, temukan kembali alasan mengapa kamu memilihnya dulu. Karena pada akhirnya, bukan hanya tentang mencintai, tapi juga tentang memilih untuk tetap bersama, dalam suka dan duka.