Monitorday.com – Tidak ada orang yang suka dengan pengkhianatan. Kalaupun ada, kemungkinan besar hanya dari pihak yang diuntungkan oleh orang yang berkhianat itu. Karakter yang jelas dimiliki seorang yang berkhianat adalah ketidaksetiaan.
Menjelang pemilu 2024, aroma ketidaksetiaan dalam politik tampaknya terulang kembali.
Hal ini bisa dilihat dari resminya Gibran menjadi wakil presiden Prabowo, dunia politik Indonesia tak perlu lagi menebak-nebak kemana arah dukungan Presiden Jokowi. Kader PDIP langsung angkat suara, ramai-ramai bicara soal lawan menjadi kawan hingga ketidaksetiaan.
Kader PDIP sepertinya lupa jika mereka pun pernah merangkai adegan serupa yang hingga kini dikenal dengan sejarah mistis Istana Batu Tulis.
Istana angker ini mengemuka, ingatan publik kembali kepada Pemilu 2009. Kala itu, Megawati bersama Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto membuat Perjanjian Batu Tulis. Perjanjian itu dibuat pasangan Megawati-Prabowo yang akan maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009, terkait dukungan pada Pemilu 2014.
Prabowo berkenan menjadi calon wakil presiden (cawapres) Megawati ketika menghadapi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono pada Pilpres 2009. Sebagai imbalanya, Megawati harus mendukung pencalonan Prabowo pada Pilpres 2014.
Sayangnya, janji itu urung terlaksana. Prabowo tidak mendapat dukungan Megawati, yang lebih memilih memajukan Joko Widodo (Jokowi). Alhasil, Prabowo harus berhadapan dengan Jokowi pada Pilpres 2014. Setelah kalah, Prabowo lawan Jokowi kembali terulang pada Pilpres 2019, dengan hasil serupa.
Menurut komunikator politik dan hukum nasional, Tamil Selvan alias Kang Tamil, dengan resminya Gibran menjadi wakil presiden Prabowo, dunia politik Indonesia tak perlu lagi menebak-nebak kemana arah dukungan terhadap Jokowi.
“Jokowi jelas dan pasti mendukung Prabowo. Jadi apakah ini pengkhianatan terhadap PDIP? Nanti lagi. Dari yang saya lihat, ini sebenarnya karma politik PDIP,” kata Kang Tamil, Senin (23/10/2023).
Kang Tamil mengingatkan, PDIP belum berkomitmen pada Perjanjian Batu Tulis pada tahun 2009. Dimana, Megawati akan mendukung Prabowo menjadi Presiden RI pada Pilpres 2019.
“Tapi kesepakatan itu dengan mudah ditolak oleh Megawati dan PDIP. Jadi menurut saya apa yang dilakukan Jokowi hari ini adalah karma politik bagi PDIP,” pungkas Kang Tamil.