ADI bin Hatim adalah seorang penduduk di sekitar Madinah yang awalnya tidak menganut agama jahiliah seperti mayoritas penduduk di kota tersebut. Ketika dia mendengar bahwa Nabi Muhammad SAW akan hijrah ke Madinah, dia sangat tidak menyukai ide ini, bahkan dengan kebencian yang mendalam. Akibatnya, Adi memutuskan untuk pergi jauh ke wilayah Romawi, mencari tempat yang lebih cocok baginya.
Sementara itu, di tempat lain, pasukan berkuda Nabi SAW menangkap beberapa orang, salah satunya adalah seorang wanita tua, bibi Adi bin Hatim, yang hidup sendirian. Saat menghadap Nabi SAW, wanita tua tersebut memohon belas kasihan, mengatakan bahwa dia tidak memiliki dukungan, dan anaknya telah pergi. Dia meminta Nabi untuk berbuat baik padanya, berharap agar Allah juga berbuat baik kepada Nabi.
Ketika Nabi bertanya tentang duta yang telah pergi, wanita tua itu menjawab, “Adi bin Hatim.” Ali bin Abi Thalib yang hadir mendekatkan diri kepada Nabi SAW dan menyarankan wanita tersebut untuk meminta hewan tunggangan agar bisa mencari Adi. Nabi SAW memenuhi permintaannya, dan wanita tua itu pergi mencari keponakannya di wilayah Romawi.
Wanita tua itu menemukan Adi di daerah Aqrab, yang termasuk wilayah Romawi. Dia memberitahu Adi bahwa Nabi Muhammad SAW telah menemuinya dan memberinya sesuatu. Adi, yang merasa kurang bahagia di Romawi, memutuskan untuk kembali ke Madinah, dengan harapan menguji kebenaran Nabi SAW.
Adi bin Hatim bertemu Nabi SAW sesuai saran bibinya. Nabi mengajaknya untuk memeluk Islam, tetapi Adi awalnya menolak, mengklaim bahwa dia sudah memiliki agama. Namun, Nabi SAW dengan pengetahuan gaib-Nya mengungkap bahwa Dia mengetahui lebih banyak tentang agama Adi daripada yang Adi ketahui sendiri. Nabi menyebut agama Adi, Ar-Rukuusiyyah, dan mengungkapkan bahwa Adi mengambil seperempat ghanimah dari kaumnya, sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan agamanya.
Adi akhirnya mengakui bahwa apa yang Nabi katakan adalah benar. Nabi juga meramalkan peristiwa masa depan, termasuk tentang wanita dari Hiirah yang akan pergi ke Baitullah sendirian dengan aman dan perbendaharaan kekayaan Kisra bin Hurmuz yang akan dibagi-bagikan. Adi kemudian memeluk Islam, meskipun belum sepenuhnya memahami ramalan-ramalan tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Adi bin Hatim melakukan thawaf di Ka’bah dan melihat seorang wanita dari Hiirah melakukan thawaf sendirian tanpa pengawalan. Hal ini memperkuat keyakinannya pada ramalan Nabi SAW. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Adi juga ikut dalam pasukan yang mengalahkan tentara Persia dan membuka harta kekayaan Kisra bin Hurmuz, memastikan bahwa ramalan Nabi menjadi kenyataan.
Kisah Adi bin Hatim adalah contoh bagaimana keyakinan seseorang bisa berubah setelah menghadapi bukti-bukti nyata. Dia awalnya skeptis terhadap Islam, tetapi akhirnya memeluk agama ini setelah melihat pemenuhan ramalan Nabi SAW dan pengalaman pribadinya yang menguatkan keyakinannya.