Review
Kejutan itu Gibran
Published
11 months agoon
By
Muchlas RowiINI betul-betul mengejutkan. Banyak pihak tak menyangka. Jika orang yang dalam beberapa minggu terakhir ini dibully habis-habisan bisa tampil sangat memukau.
Namanya kita sama-sama sudah tahu, yaitu ‘samsul’. Eh, maksud saya Gibran Rakabuming Raka.
Setelah peristiwa putusan MK Nomor 90, pencawapresannya sempat menuai polemik. Apa pun yang dilakukannya selalu dinilai negatif oleh sebagian besar warga dunia maya.
Laporan Drone Emprit 21-23 Oktober 2023 misalnya, menyebut sebanyak 41% percakapan soal pencawapresan Gibran bernada negatif. Publik netizen seolah ingin memberinya hukuman tanpa ampun.
Apa pun yang dikatakan dan dilakukan Gibran selalu salah di mata publik. Termasuk soal asam sulfat [samsul]. Gibran diserupakan dengan belimbing sayur, asem bin sepet.
Hebatnya, Gibran memilih untuk diam, tak banyak bicara. Jika pun terpaksa tampil di muka umum, ia memilih untuk hemat bicara.
Gibran tak merespon perkataan yang menyudutkan tentang dirinya. Soal sapaan ‘samsul’ misalnya, ia malah menulis nama itu di akun x miliknya. Gibran seolah menikmati sapaan barunya itu.
Berkat sentimen negatif itu, publik netizen menghadapi fenomena yang disebut Nassim Talleb sebagai ‘Black Swan’. Hanya karena kejadian tak mengenakan di awal pencawapresan Gibran, publik terjebak seolah Gibran tak bisa apa-apa. Alih-alih memberi efek kejut buat pasangannya, Gibran dinilai hanya menjadi beban elektoral.
Es Ge IE
Dalam acara Debat Capres-Cawapres kedua pada Jum’at 22 Desember 2023, tadi malam persepsi negatif itu betul-betul runtuh. Di saat lawan-lawannya sibuk memoles citra dan menciptakan gimik, Gibran malah asyik memasak. Lets him cook, begitu kata para netizen.
Gus Imin yang awalnya disebut-sebut bakal memberi efek kejut untuk Anies Baswedan, dan terkenal dengan jargon slepet nomicnya, nyata-nyata malah menyelepet mukanya sendiri. Gugup, hingga micnya terjatuh setelah diselepet ‘si bocah kemaren sore’.
Seperti diketahui, dalam Debat Cawapres tersebut muncul pertanyaan dari Gibran Rakabuming Raka kepada Gus Imin soal SGIE yang terkait dengan ekonomi Islam. Gibran memanfaatkan kesempatan bertanya kepada Gus Imin soal tema tersebut lantasan dia merupakan seorang Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang notabene berbasis konstituen muslim.
Terlepas dari penilaian publik tentang jawaban Muhaimin, Gibran telah mencuri perhatian dengan mengungkap indikator yang terkait dengan ekonomi Islam. “Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, Indonesia sangat relevan menggagas perannya dalam pengembangan ekonomi Islam atau ekonomi syariah,” ujar Gibran dengan santai.
Kembali ke soal SGIE. Istilah State Global Islamic Economy ini mengacu pada status dan perkembangan ekonomi global yang mengikuti prinsip-prinsip ekonomi Islam. Status yang dimaksud mencakup berbagai sektor ekonomi, termasuk keuangan, perbankan, asuransi, investasi, perdagangan, pariwisata, dan lainnya, yang diatur oleh prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Prinsip-prinsip ini mencakup konsep seperti larangan riba (bunga), larangan risiko dan ketidakpastian berlebihan (gharar), larangan perjudian (maisir), serta prinsip berbagi risiko dan keuntungan dalam transaksi keuangan (syirkah). Dalam konteks ekonomi Islam, ada juga penekanan pada konsep keadilan, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan.
Dengan upaya kolaboratif dan kemitraan yang kuat, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan peringkat SGIE-nya, memberikan kontribusi yang lebih besar dalam ekonomi global, dan memperluas kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Dengan demikian, peran Indonesia dalam mengembangkan SGIE bukan hanya tentang peningkatan peringkat, tapi juga soal bagaimana mewujudkan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan.
Carbon Capture and Storage
Kejutan memukau juga berhasil diciptakan Gibran dalam sesi tanya jawab kepada cawapres dari pasangan nomor urut 3, Mahfud MD. Titel Guru besarnya tak cukup kuat untuk menangkis serangan mendadak yang dilayangkan. Gibran tetiba saja melontar pertanyaan soal carbon capture and storage [CCS].
Ibarat permainan sepakbola. Baik Gus Imin maupun Prof. Mahfud seumpama klub Liga Inggris yang terlampau nyaman dengan permainan lama kick and Rush. Sementara Gibran datang dengan membawa gaya bermain cantik ala tiki-taka yang belakangan menginspirasi klub-klub medioker macam Brighton, Totenham Hotspur, hingga Girona yang saat ini justru bertengger di papan atas Liga Inggris dan Spanyol.
Soal CCS ini, Indonesia sendiri sebetulnya sudah mengumumkan kemajuan strategis dalam penanganan teknologi carbon capture and storage ini sebagai komitmen kuat untuk pembangunan berkelanjutan dengan kapasitas penyimpanan karbon dioksida (CO2) potensial mencapai 400 hingga 600 gigaton dalam depleted reservoir dan saline aquifer. Indonesia bahkan berdiri di garis depan pada era industri hijau.
Dengan upaya tersebut, memungkinkan penyimpanan emisi CO2 nasional selama 322 hingga 482 tahun dengan perkiraan puncak emisi 1,2 gigaton CO2 ekuivalen pada 2030. Inisiatif ini menandakan era baru bagi Indonesia.
Nantinya, CCS akan diakui sebagai license to invest untuk industri rendah karbon, seperti blue ammonia, blue hydrogen, dan advanced petrochemical. Pendekatan ini akan menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia karena membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.
Dari penjelasan ini, jelas Prof Mahfud keliru menganggap isu CCS sekadar isu lingkungan ansich. Sebaliknya isu ini memegang peranan penting dalam era industri hijau. Era baru, yang mestinya mendapat perhatian semua pasangan capres dan cawapres.
Dengan penampilan memukau Gibran di ajang debat capres dan cawapres ini, maka posisi klasmen sementara saat ini bisa dikatakan Pasangan Nomor Urut 1 dan 2 sama-sama memiliki poin 1. Sementara pasangan nomor urut 3 masih 0.
Baik pasangan Anies-Muhaimin [AMIN] maupun Prabowo-Gibran [PAGI], sama-sama mampu memenangkan debat satu kali. Bedanya, kemenangan pasangan Prabowo-Gibran dilakukan secara cantik dan atraktif. Sementara pasangan Anies-Muhaimin, memenangkan debat capes-cawapres pertama dengan permainan keras, mirip permainan sepakbola kick and rush yang meyakini kemenangan dapat diraih dengan berlari lebih kencang, melompat lebih tinggi, dan bahkan menubruk orang lebih keras.
Terlepas bahwa Gibran mengcopy paste strategi ayahnya di 2014 dan 2019 atau tidak, nyatanya hal yang sama ketika diejawantahkan oleh orang yang berbeda bisa menciptakan efek kejut yang tak sama. Dalam konteks Gibran, magnitudonya bahkan lebih luar biasa.