Ruang Sujud
Kisah Abu Hurairah Menangkap Pencuri Zakat
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanDalam masa yang penuh berkah, Rasulullah pernah menugaskan Abu Hurairah untuk menjaga gudang hasil zakat yang sangat berharga. Malam demi malam, Abu Hurairah menjalankan tugasnya dengan penuh kesetiaan dan kegigihan. Namun, suatu malam yang gelap, dia menemui sebuah tantangan yang tidak pernah dia sangka.
Ketika Abu Hurairah berjaga di gudang zakat, dia mendapati seseorang yang mengendap-ngendap, siap untuk mencuri. Tanpa ragu, Abu Hurairah segera menangkap pencuri tersebut. Tidak ingin membiarkan tindakan jahat ini berlanjut, dia berniat untuk membawanya kepada Rasulullah.
Namun, pencuri itu merayu dan memohon agar Abu Hurairah mengasihani dirinya. Dengan mata yang penuh kasih sayang, pencuri tersebut menjelaskan bahwa dia mencuri untuk memberi makan keluarganya yang kelaparan. Abu Hurairah yang memiliki hati yang lembut, merasa terenyuh oleh cerita tersebut dan akhirnya melepaskan pencuri itu, dengan syarat bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan insiden ini kepada Rasulullah. Rasulullah tersenyum bijak, menunjukkan pemahaman mendalamnya tentang manusia dan alam pikiran mereka. Beliau dengan tegas menyatakan bahwa pencuri itu pasti akan kembali.
Ternyata, Rasulullah benar. Keesokan malamnya, pencuri tersebut datang lagi. Abu Hurairah dengan kesabaran yang luar biasa menangkap pencuri itu lagi. Sekali lagi, pencuri tersebut merayu dan menyampaikan alasan yang sama, mengklaim bahwa keluarganya masih kelaparan. Abu Hurairah, meskipun dirundung oleh dilema moral, merasa bahwa dia harus memberi peluang kedua kepada pencuri tersebut dan melepaskannya.
Pada pagi harinya, Abu Hurairah kembali melaporkan insiden ini kepada Rasulullah. Rasulullah, dengan ketenangan dan kebijaksanaan yang selalu ada padanya, mengulangi sabdanya bahwa pencuri itu pasti akan kembali.
Ancaman Abu Hurairah untuk membawa pencuri itu kepada Rasulullah jika dia tertangkap lagi menjadi nyata. Keesokan malamnya, pencuri tersebut memang tertangkap lagi. Pencuri itu merayu lagi, dengan harapan dapat membebaskannya sekali lagi. Namun, kali ini Abu Hurairah tidak bersedia membiarkannya pergi.
Pencuri tersebut kemudian berbagi suatu pengetahuan yang mendalam. Dia menjelaskan kepada Abu Hurairah bahwa jika seseorang membaca ayat kursi sebelum tidur, syaitan tidak akan mengganggunya. Perkataan ini menyentuh hati Abu Hurairah. Dia merasa bahwa ada suatu kebenaran dalam kata-kata pencuri tersebut yang harus diahargai. Oleh karena itu, Abu Hurairah memutuskan untuk melepaskan pencuri itu sekali lagi.
Keesokan harinya, Abu Hurairah bercerita kepada Rasulullah tentang insiden ini. Rasulullah dengan bijak menjelaskan bahwa meskipun pencuri itu adalah seorang pembohong besar, apa yang diajarkannya kepada Abu Hurairah adalah benar. Pencuri itu sebenarnya adalah Syaitan yang dilaknat.
Kisah Abu Hurairah dan pencuri ini mengajarkan kita tentang rasa kasih dan pemahaman dalam menghadapi kesulitan orang lain. Meskipun Abu Hurairah awalnya tertangkap dalam dilema moral, dia memilih untuk memberikan peluang kedua kepada pencuri tersebut. Dan dalam akhirnya, pencuri itu memberikan kepada kita semua pelajaran tentang kekuatan ayat kursi dalam melawan gangguan syaitan.
Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu mencari dan menghargai kebenaran, bahkan dalam situasi yang penuh teka-teki. Hal ini juga mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dan pemahaman yang harus kita tunjukkan kepada sesama manusia, bahkan ketika kita dihadapkan dengan tindakan yang salah.