Dalam sejarah agama Islam, terdapat kisah-kisah yang menggambarkan pelajaran moral dan etika yang penting bagi umat manusia. Salah satu kisah yang menggugah adalah kisah tentang pembangkangan yang dilakukan oleh Samiri terhadap Nabi Musa AS dan umat Bani Israel.
Dalam Al-Quran, kisah Samiri tercatat dalam kisah penyebaran ajaran tauhid dan pengarahan Nabi Musa AS kepada umatnya. Samiri merupakan salah satu pengikut yang tidak setia terhadap ajaran yang dibawa oleh Musa AS.
Ketika Musa AS pergi untuk menerima wahyu dari Allah di bukit Thur, umat Bani Israel diperintahkan untuk menunggu kepulangannya. Namun, mereka tergoda oleh kesabaran yang berlebihan dan mulai mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai obyek penyembahan selain Allah. Inilah saat Samiri tampil dengan tindakan yang sangat membangkitkan kemarahan Nabi Musa AS.
Samiri berhasil mengumpulkan serbuk emas dari jejak kaki binatang yang dimaksudkan agar serbuk ini dilemparkan ke dalam api untuk membentuk patung anak sapi yang kelak dianggap sebagai tuhan pengganti Allah oleh sebagian umat Bani Israel.
Ketika Nabi Musa AS kembali dan mengetahui apa yang telah terjadi, beliau sangat marah dan kecewa dengan tindakan Samiri. Samiri telah memanfaatkan kesempatan ketidakhadiran Musa untuk menghasut dan mempengaruhi sebagian umat untuk membuat patung anak sapi tersebut.
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman tentang perbuatan Samiri dan hukuman yang dijatuhkan atas perbuatannya: “Dan dia (Samiri) mengeluarkan bagi mereka (Bani Israel) sebuah anak lembu (patung) yang bernyawa suaranya. Maka apakah mereka tidak melihat bahwa patung itu tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan tidak dapat memberikan petunjuk kepada mereka? Padahal mereka menyembahnya dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-A’raf: 148).
Kisah pembangkangan Samiri memberikan pelajaran yang sangat penting bagi umat Muslim. Ini adalah pelajaran tentang kesetiaan kepada ajaran tauhid dan ketaatan terhadap perintah Allah. Samiri adalah contoh nyata tentang bahaya ketidaksetiaan, pengaruh buruk, dan pemahaman yang sesat dalam ajaran agama.
Kisah ini juga menunjukkan pentingnya kehati-hatian dan waspada terhadap pengaruh-pengaruh negatif dalam masyarakat. Samiri memanfaatkan kesempatan untuk mempengaruhi orang lain dan mengajak mereka menyimpang dari ajaran yang benar.
Bagi umat Islam, kisah ini menjadi peringatan agar selalu waspada terhadap godaan dan fitnah yang dapat menyebabkan kita menyimpang dari jalan yang benar. Ketaatan kepada ajaran Allah dan kesetiaan terhadap nilai-nilai kebenaran adalah hal yang sangat penting untuk dipegang teguh.
Dari kisah Samiri, kita belajar pentingnya kesetiaan, ketaatan, dan kehati-hatian dalam menjaga keimanan dan keyakinan. Semoga kita sebagai umat Muslim dapat mengambil pelajaran yang berharga dari kisah ini dan senantiasa berusaha untuk tetap setia dan taat kepada ajaran yang benar menurut Islam.