Nabi Muhammad SAW mengunjungi rumah-rumah kaum Tsamud dalam perjalanannya ke pertempuran Tabuk, di mana ia berhenti bersama dengan para pengikutnya. Selama kunjungannya, orang-orang tersebut mengambil air dari sumur-sumur yang biasa digunakan oleh kaum Tsamud. Mereka juga menyiapkan adonan untuk dipanggang dan mengisi kantung kulit mereka dengan air dari sumur tersebut.
Rasulullah SAW memberikan instruksi kepada mereka untuk mengosongkan kantung kulit air mereka dan memberikan adonan yang telah mereka siapkan kepada unta-unta. Mereka melanjutkan perjalanannya bersama-sama hingga mereka tiba di sebuah sumur tempat unta-unta milik Nabi Shaleh biasa minum.
Ketika mereka sampai di sana, Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada mereka agar tidak memasuki daerah di mana kaum Tsamud telah mengalami azab yang mengerikan. Beliau mengungkapkan kekhawatirannya bahwa para pengikutnya mungkin akan terkena dampak dari hukuman yang menimpa kaum Tsamud. Oleh karena itu, ia meminta mereka untuk tidak memasuki daerah tersebut.
Sejarah menyebutkan bahwa kaum Tsamud telah mengalami kehancuran yang sangat hebat oleh Allah di antara matahari terbit dan matahari terbenam, kecuali satu individu yang berada di tempat suci Allah yang dilindungi dari hukuman-Nya. Ketika ditanya siapa orang itu, Nabi Muhammad SAW menyebutkan nama “Abu Righal.”
Ketika Nabi Muhammad dan para sahabatnya tiba di kota Tsamud, Beliau memberikan instruksi kepada mereka agar tidak memasuki kota tersebut atau minum air dari sumur mereka. Nabi Muhammad juga menunjukkan lokasi tempat unta muda yang dikenal sebagai gunung al-Qarah melarikan diri ketika ibunya dibunuh.
Riwayat serupa juga disampaikan oleh Ibnu Imran, di mana Nabi Muhammad memberi nasihat kepada para sahabatnya tentang tidak mengunjungi orang-orang yang telah dihukum oleh Allah, kecuali jika mereka ingin menangis. Beliau mengingatkan mereka bahwa jika mereka tidak ingin menangis, mereka sebaiknya tidak mendekati tempat-tempat yang telah mengalami hukuman Allah, karena nasib serupa bisa menimpa mereka.
Al-Tabari juga mencatat bahwa dalam Kitab Taurat, tidak terdapat kisah tentang kaum Ad, kaum Tsamud, Nabi Hud, atau Nabi Shaleh. Meskipun begitu, di kalangan masyarakat Arab, baik pada masa Jahiliyah maupun di masa Islam, kisah-kisah tentang kelompok ini sangat dikenal, sebagaimana kisah tentang Nabi Ibrahim dan umatnya. Kisah-kisah ini menjadi bagian penting dari warisan budaya dan sejarah mereka.