Monitorday.com – Abdullah bin Mubarak, seorang ulama besar yang dikenal zuhud, tengah dalam perjalanan ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di Kufah, ia menyaksikan pemandangan yang mengguncang hatinya. Seorang perempuan miskin tengah memungut bangkai itik untuk dimakan bersama anak-anaknya.
Abdullah menghampiri perempuan itu dan menegurnya bahwa memakan bangkai adalah haram. Namun, perempuan tersebut menjelaskan bahwa mereka terpaksa melakukannya karena sudah tiga hari kelaparan. Mendengar itu, hati Abdullah bergetar. Tanpa ragu, ia menyerahkan seluruh bekal hajinya, termasuk keledai dan barang bawaannya, agar keluarga itu bisa bertahan hidup.
Keputusannya membuat Abdullah tidak memiliki bekal untuk melanjutkan perjalanan ke Makkah. Ia pun batal menunaikan haji tahun itu. Namun, ketika kembali ke kampung halamannya, ia disambut dengan hangat oleh orang-orang yang mengira ia baru saja pulang dari Tanah Suci.
Abdullah dengan jujur mengatakan bahwa ia tidak pergi berhaji. Namun, sejumlah jamaah haji bersaksi bahwa mereka melihat Abdullah di Makkah, membantu mereka membawa barang dan menyediakan minum. Abdullah bingung hingga malam harinya ia mendapat jawaban dalam mimpi.
Dalam mimpinya, ia mendengar suara berkata, “Wahai Abdullah, Allah telah menerima sedekahmu. Sebagai gantinya, Allah mengutus malaikat menyerupai dirimu untuk menunaikan ibadah haji.”
Kisah ini mengajarkan bahwa prioritas dalam ibadah adalah hal yang penting. Abdullah bin Mubarak menunjukkan bahwa menyelamatkan nyawa orang lain dapat mendahului ibadah individual seperti haji. Kaidah fiqih pun menyatakan bahwa ibadah yang manfaatnya menyebar lebih utama daripada yang bersifat pribadi.