MADINAH dalam masa krisis kelaparan yang mengguncangnya. Saat itu, Umar bin Khattab memegang kendali sebagai pemimpin. Tanggung jawabnya atas kelaparan yang melanda penduduk sangat besar.
Kondisinya sangat parah, dan korban kelaparan semakin bertambah. Sang Khalifah kemudian memberi perintah kepada para pegawainya untuk menyembelih hewan ternak dan membagikan dagingnya kepada warga.
Ketika hidangan itu siap, sahabat Umar membawakan bagian punuk dan hati unta, yang merupakan hidangan favoritnya. Akan tetapi, Umar menolak untuk mengonsumsi hidangan tersebut. Baginya, itu akan menyakiti rakyatnya.
“Darimana ini?” tanya Umar.
“Ini dari hewan yang baru disembelih hari ini,” jawabnya.
“Tidak! Tidak!” seru Umar sambil menjauhkan hidangan yang menggoda itu.
“Jika saya memakan hidangan lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat, saya akan menjadi pemimpin yang buruk,” keluh Umar.
Kemudian, Umar memerintahkan salah seorang sahabatnya, “Ambil hidangan ini dan berikan saya roti dan minyak biasa!” Beberapa saat kemudian, Umar makan dengan sederhana.
Kisah ini, yang diceritakan dalam buku Khalid Muhammad Khalid, menggambarkan perhatian besar Umar terhadap rakyatnya.
Tindakan seperti ini bukanlah insiden tunggal. Ada banyak cerita lain yang mencerminkan kedermawanan Umar bin Khattab. Meskipun ia dikenal sebagai pemimpin tegas yang ditakuti di masa Makkah, Umar tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan saat menjadi Khalifah, selalu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. []