Monitorday.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengurai skor keunggulan komparatif (revealed comparative advantage/RCA) lima komoditas prioritas. Kelima komoditas tersebut yakni udang, rumput laut, tilapia, kepiting-rajungan, dan lobster.
“RCA adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan keunggulan komparatif suatu komoditas atau daya saing produk suatu negara di pasar global,” terang Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo di sela Indonesia Marine and Fisheries Business Forum (IMFBF) 2024.
Budi pun memaparkan RCA udang olahan misalnya, memiliki skor 1,01 di pasar Tiongkok dan 3,49 untuk pasar Jepang. Kemudian rumput laut memiliki skor RCA karaginan sebesar 6,25 untuk pasar Uni Eropa dan tilapia memiliki skor RCA fillet beku sebesar 12,89 untuk pasar Kanada.
Ini hasil analisa kami, skor lebih dari 1 menandakan produk kita memiliki daya saing di pasar tersebut, terlebih apabila petumbuhan pangsa pasarnya positif, maka negara itu menjadi pasar optimis dan potensial untuk terus dikembangkan” urai Budi di depan para peserta IMFBF 2024.
Karenanya, Budi memprediksi nilai pasar udang global sebesar USD61,90 miliar di tahun 2045. Kemudian rumput laut bisa menyentuh USD11,14 miliar, tilapia USD1,94 juta, kepiting-rajungan USD16,93 miliar serta lobster USD11,30 miliar di tahun 2045.
“Tentu ini nilai yang besar dan Indonesia berpeluang untuk menjadi salah satu pemain utama di tahun 2045,” tutur Budi.
Guna menampung minat investasi untuk komoditas tersebut, Budi memastikan KKP siap memberikan fasilitasi kemudahan berusaha, akses permodalan dan investasi, hingga dukungan kelembagaan dan mitra usaha. Dikatakannya, saat ini KKP juga telah mengimplementasikan ekosistem logistik ikan yang efektif dan efisien serta sistem rantai dingin dari hulu – hilir.
Melalui dukungan tersebut, Budi berharap para pelaku usaha tak ragu untuk menanamkan modal atau mengembangkan usaha di sektor kelautan dan perikanan.
“Kita baru membuka koridor logistik Biak-Surabaya sebagai bentuk komitmen pengelolaan berbasis ekosistem yakni mendekatkan rantai pasok hasil perikanan dari hulu ke hilir, khususnya dari pusat produksi ke pusat distribusi ikan,” tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membuka Indonesia Marine and Fisheries Business Forum (IMFBF) 2024 untuk mendorong geliat investasi biru di sektor kelautan dan perikanan. Forum ini mempertemukan berbagai entitas yang berasal dari dalam dan luar negeri.