Monitorday.com — Kementerian Pertanian dan Perum BULOG menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan pangan nasional seiring menurunnya jumlah petani dan masalah kelelahan tanah.
Kalimat yang sering diungkapkan oleh Direktur Utama Perum BULOG, Bayu Krisnamurthi, yaitu “No farmer, no food, no future”, menggambarkan kekhawatiran mendalam tentang masa depan sektor pertanian Indonesia.
Menurut Bayu Krisnamurthi, jumlah petani di Indonesia semakin berkurang, dan sebagian besar yang tersisa sudah berusia tua. Hal ini menyebabkan sektor pertanian kurang menarik bagi generasi muda dan menjadi masalah serius dalam regenerasi petani.
“Pertanian menjadi semakin tidak menarik bagi generasi muda yang akan datang. Hal ini menjadi masalah serius dalam regenerasi pertanian kita,” ungkap Bayu.
Di samping menurunnya jumlah petani, sektor pertanian juga menghadapi masalah kelelahan tanah atau soil fatigue. Prof. Dr. M. Ikhsan, Ekonom Pangan dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa stagnasi produktivitas disebabkan oleh penggunaan pupuk berlebihan yang membuat lahan menjadi tidak subur.
“Untuk memperbaiki hal ini, maka harus direkayasa ulang secara agronomi, sehingga lahan pertanian kembali menjadi subur,” katanya.
Prognosa dari Badan Pangan Nasional menunjukkan kebutuhan beras Indonesia mencapai 31,2 juta ton, sementara Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan produksi beras pada empat bulan pertama tahun 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini dipengaruhi oleh krisis iklim, penurunan jumlah petani, dan fenomena El Nino.
Sandi Octa Susila, Ketua Umum Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI, menyoroti situasi sulit yang dihadapi petani saat ini.
“Kita saat ini menghadapi situasi yang berbeda. Bila dahulu kita mengalami kekeringan, maka tidak sedahsyat yang saat ini dihadapi, apalagi tahun ini kita menghadapi gorila El Nino yang jauh lebih besar lagi,” ujarnya.
Sandi menambahkan bahwa petani membutuhkan pendampingan khusus, termasuk dalam aplikasi pupuk yang berimbang, penggunaan benih terbaru, dan jaminan asuransi untuk kegagalan panen.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Perum BULOG meluncurkan program percontohan bernama Mitra Tani. Program ini bertujuan untuk mendampingi petani dalam mengatasi berbagai masalah, seperti kekurangan akses pupuk dan bibit unggul, serta memberikan penjaminan pembiayaan produksi.
Bayu Krisnamurthi menjelaskan, “Tujuan program Mitra Tani adalah untuk bersama-sama dengan petani mengatasi problem yang mereka hadapi baik mengenai persoalan kesuburan lahan, menghadapi kekurangan modal, masalah pupuk, benih, dan lain-lain.”
Program Mitra Tani telah mencakup 1.000 hektare lahan sawah di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dengan target pengelolaan 200.000 hektare.
Perum BULOG juga menjalin kerjasama dengan PT. Pupuk Indonesia dan Universitas Hasanuddin, dan terbuka untuk kolaborasi lebih lanjut untuk mengembangkan program ini.
Melalui program Mitra Tani, Perum BULOG berkomitmen untuk menjadi mitra petani dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional dan menghadapi berbagai tantangan di sektor pertanian.