Monitorday.com – PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM), duo entitas usaha Grup Pelindo, kompak menorehkan laba tahun berjalan masing-masing bertumbuh sebesar 4,28% dan 1,10% pada periode Januari-September 2024.
Manajemen IPCC mengklaim, trafik IPCC secara konsolidasi sampai September 2024 telah mengalami pertumbuhan sebesar 13,5% yoy atau setara 90.820 unit, berkat pembukaan terminal Semayang di Balikpapan dan pengoperasian satelit baru di Trisakti, Banjarmasin pada Oktober 2024.
Lebih spesifik lagi, Manajemen IPCC juga menyebutkan, penanganan kargo alat berat dan truk/bus di seluruh wilayah kerja perseroan melambung sebesar 74,1%.
Direktur Keuangan, SDM dan Manajemen Risiko IPCC, Wing Megantoro menyampaikan, dari sisi rasio profitabilitas, IPCC memperlihatkan kinerja cukup positif sehubungan dengan naiknya laba tahun berjalan yang membuat Net Profit Margin IPCC pada kuartal III-2024 menguat menjadi 26,24% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 25,89%.
Diikuti dengan kenaikan EBITDA Margin sebesar 46,7%. Menurut Wing, IPCC concern untuk meningkatkan efisiensi operasi pada semua lini yang diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi investor.
“Hingga saat ini, IPCC memiliki pondasi keuangan yang solid ditandai dengan tidak memiliki pinjaman dalam bentuk obligasi, perbankan atau instrumen keuangan lainnya sehingga ruang pendanaan untuk melakukan ekspansi bisnis terbuka,” papar Wing dalam keterangan resminya, Selasa (29/10/2024).
Merujuk rilis laporan keuangan interim yang berakhir 30 September 2024, IPCC mengumumkan telah membukukan pendapatan operasi IPCC naik sebesar 6,87% dari sebelumnya Rp 548 miliar, menjadi Rp 585 miliar. Didukung oleh pendapatan dari bisnis pelayanan jasa terminal perseroan yang lebih tinggi 8,63% dari Rp 504 miliar menjadi Rp 548 miliar.
Lantaran, terminal IPCC kebanjiran unit kendaraan listrik (electric vehicle/EV) seperti BYD, Wuling, Citroen, Vinvast dan AION serta merek-merek lain khususnya cabang Jakarta terhitung sejak Juni 2024 di mana per bulannya meningkat 19% dengan total 15.988 unit.
Sayangnya, pendapatan IPCC dari bisnis pelayanan jasa barang justru agak terpukul dari semula berkontribusi Rp 30 miliar, pada kuartal III-2024 terpangkas menjadi Rp 18,29 miliar. Sebaliknya, bisnis pelayanan rupa-rupa usaha dan pengusahaan tanah, bangunan, air dan listrik secara serempak menunjukkan kenaikan.
Beban pokok pendapatan IPCC membengkak sebanyak 19,12% menjadi Rp 343 miliar, akibat meningkatnya beban konsesi, bahan dan utilitas, hingga beban eksploitasi lainnya.
Yang pada gilirannya, peningkatan beban pokok pendapatan tersebut menggerus laba kotor IPCC cukup dalam dari Rp 259 miliar pada kuartal III-2023, menjadi Rp 242 miliar pada kuartal III-2024.
Beban operasi lain IPCC pada sembilan bulan tahun ini juga membengkak dari Rp 12,58 miliar, menjadi Rp 14,97 miliar, disebabkan oleh kenaikan tipis pajak final pendapatan keuangan dan lain-lain.