Monitorday.com – Masalah perubahan iklim belum menjadi kesadaran umum di kalangan umat Islam, Lazismu PP Muhammadiyah mendorong ini menjadi perhatian bersama untuk menciptakan keseimbangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Imam Mujadid Rais, pada Sabtu (3/8) saat membuka Workshop Dampak Perubahan Iklim di Indonesia dan Peran Lazismu.
Isu perubahan iklim di Lazismu masuk dalam Pilar keenam, yaitu tentang Lingkungan, namun memiliki serapan paling rendah dibandingkan pilar program lain.
Imam Mujadid Rais menekankan bahwa Lazismu ikut menjadi problem solver atau fasilitator bagi masyarakat dalam penyelamatan lingkungan.
Rais mengacu pada penelitian PPIM UIN Syarif Hidayatullah yang menunjukkan bahwa isu perubahan iklim adalah pekerjaan rumah bagi Muhammadiyah dan seluruh umat.
Lazismu melalui Muhammadiyah telah bergerak di isu perubahan iklim dan mendirikan Climate Center pada 2023 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Imam Mujadid Rais mencontohkan program reklamasi di Wonosobo dan pendampingan masyarakat adat di pegunungan Meratus Kalsel sebagai upaya konkret.
Di Yogyakarta, Lazismu bekerja sama dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) untuk mendampingi kelompok pemulung di TPST Piyungan dalam melakukan recycling sampah.
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Sopa, menekankan bahwa manusia memiliki tugas sebagai hamba Allah dan khalifatullah dalam menjaga alam.
Dalam Islam, alam diciptakan untuk manusia dan ditugaskan untuk memakmurkannya, namun kerusakan alam bisa disebabkan oleh ulah manusia.
Sopa menyayangkan bahwa perubahan iklim hanya dianggap sebagai kesadaran oleh muslim dan seringkali dilihat sebagai takdir.
Sopa menambahkan bahwa agama, jika dipahami dengan manhaj yang tepat, bisa menjadi kekuatan transformatif dan instrumen publik yang efektif dalam kampanye kesadaran ekologis.