Monitorday.com – Ketua Umum Masyarakat Peduli Pangan (Mappan), Wignyo Prasetyo, menilai program strategis nasional Food Estate atau lumbung pangan merupakan proyek jangka panjang yang krusial untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Wignyo menyampaikan bahwa proyek Food Estate tidak bisa dianggap sebagai keputusan yang dapat diubah secara instan. Ia menekankan bahwa program ini memerlukan waktu yang cukup panjang untuk memberikan hasil yang signifikan.
“Jadi tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Ini butuh waktu,” ujar Wignyo, Dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (23/1).
Wignyo juga menanggapi perbincangan hangat seputar Food Estate yang muncul dalam debat calon wakil presiden (Cawapres) pada 21 Januari 2024. Sebagian pihak, termasuk LSM yang fokus pada isu lingkungan, menyatakan kekhawatiran bahwa proyek ini dapat merusak lingkungan.
“Membuka lahan baru memang tidak mudah, butuh waktu untuk dijadikan sentra produksi pangan, lahan tersebut kan harus direstorasi terlebih dahulu,” tambahnya.
Wignyo melihat Food Estate sebagai program yang mutlak diperlukan dan membutuhkan dukungan kuat dari semua pihak. Ia menyoroti perlunya inovasi dalam pengembangan benih-benih tanaman yang dapat beradaptasi dengan lahan baru. Riset terus dilakukan untuk mendukung kelancaran program Food Estate nasional.
Meskipun program Food Estate sempat terkendala relokasi anggaran akibat pandemi pada tahun 2020 hingga 2021, proyek ini telah mencetak sawah dan kebun seluas 3.000 hektare di Kalimantan Tengah, 5.000 hektare di Nusa Tenggara Timur, dan 215 hektare di Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.
“Program itu masih terus berjalan dengan segala kekurangan dan kelebihannya, tapi kita harus optimis,” tutup Wignyo.