Monitorday.com – Banyaknya berita bohong atau hoaks menjelang masa Pemilu harus bisa diantisipasi. Masyarakat bawah yang kerap menjadi korban, harus diberikan pemahaman agar tidak termakan hoaks yang berseliweran di sosial media.
Demikian dikatakan akademisi dan juga pegiat literasi digital, Dr. Muchlas Rowi, SS, SH, MM, saat memberikan ceramah dalam acara bertajuk “Munajat Untuk Kelanjutan Pembangunan Bangsa”, di kediaman Ketua Dewan Pembina Relawan Sahabat PaGi, yang juga Ibu mertua Kaesang Pangarep, Sofiyatun Gudono, di Yogyakarta, Sabtu (6/1) malam.
Muchlas mengatakan, dalam Islam, sikap yang harus dilakukan terhadap sebuah informasi atau berita yang datang sebenarnya telah tercantum dalam Alquran. Dimana pentingnya ‘tabayun’ atau memverifikasi setiap berita yang ada.
“Dalam surat Al-Hujurat ayat 6, ditekankan agar kita bertabayun terhadap berita yang datang. Jadi sebenarnya dalam Islam telah diperintahkan bagaimana sikap yang harus dilakukan di tengah fenomena banyaknya hoaks menjelang pemilu ini,” ujarnya.
Muchlas menyebut bahwa berita hoaks terkadang dibuat bukan oleh sembarang orang. Di zaman Nabi, bahkan berita hoaks menimpa istri tercinta Nabi, Aisyah, yang dibuat dan disebarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul.
“Jadi memang hoaks ini sudah ada dari zaman dulu, dan dampaknya bahaya. Karenanya kita semua harus waspada, dan memeriksa kembali sebagaimana yang diajarkan dalam Islam,” kata Muchlas.
Dalam konteks Pemilu, menurut Muchlas, Hoaks juga bisa berakibat pada berkurangnya kepercayaan publik dan meningkatkan angka golput di tengah masyarakat. Karena mereka bosan, sekaligus kesal kontestasi politik hanya melahirkan kegaduhan dibanding kemajuan.
Dalam kesempatan itu, Muchlas juga menyoroti soal pentingya kehadiran pemilih muda. Menurut dia, anak muda harus diberi kesempatan agar bisa melakukan terobosan dan inovasi bagi bangsa.
Muchlas mencontohkan bagaimana dalam sejarah Islam sosok anak muda diberi kesempatan untuk memimpin pasukan muslim. Ialah bernama Usamah bin Zaid yang diangkat menjadi panglima muslim termuda dan berhasil menorehkan prestasi gemilang.
“Jadi ketika ada anak muda yang maju, kita beri kesempatan mereka untuk berbuat, untuk memimpin, jangan sampai anak-anak muda ini langkahnya kita hentikan,” kata Muchlas.
Dia juga menyebut contoh lain sahabat Nabi yang menjadi sosok hebat di usia muda. Antara lain Atab bin Usaid, di usia 18 tahun diberikan amanah oleh Rasulullah untuk menjadi Gubernur Makkah.
Lalu di bidang keilmuan ada Zaid bin Tsabit, sosok muda cerdas yang dipercaya menjadi penulis wahyu oleh Rasulullah di usia 13 tahun. Serta juga mampu menguasai berbagai bahasa dalam tempo singkat.
Karena itu, kata Muchlas, jika ada anak-anak muda yang muncul, harus didukung bersama agar mereka bisa berbuat maksimal untuk kemajuan bangsa.
“Misalnya anak muda seperti Mas Gibran dan Mas Kaesang Pangarep, yang ketika diberi kesempatan dan kepercayaan mereka bisa memberi inovasi menorehkan prestasi,” demikian Muchlas Rowi.