Anas bin Malik, seorang anak muda berusia 10 tahun saat itu, menjadi salah satu sosok istimewa dalam kehidupan Nabi Muhammad di Madinah. Ibunya, Al Ghumaisha’ binti Milhan, membawanya kepada Nabi dengan niat tulus untuk memberikan hadiah kepada Rasulullah. Dengan rambut poni yang menutupi keningnya, Anas yang manis bergabung dengan keluarga Nabi.
Ketika Al Ghumaisha’ menyampaikan salam dan menghadiahkan anaknya kepada Rasulullah, dia berkata, “Ya Rasulullah, suku Anshar yang datang menghadapmu selalu memberikan hadiah. Aku hanya memiliki anak ini, ambillah dia, dan jadikanlah dia sebagai orang yang bisa membantumu.”
Rasulullah menerima Anas dengan senyum dan wajah penuh kebahagiaan. Dia membelai kepala dan rambut Anas dengan tangan lembutnya. Dengan penuh kasih sayang, Nabi Muhammad menerima Anas sebagai anggota keluarganya, sehingga Anas resmi menjadi salah satu sahabat pilihan Nabi.
Anas, yang juga dikenal dengan panggilan manja Unais di Madinah, mengabdikan dirinya untuk Nabi selama 10 tahun. Selama periode ini, ia menjadi dekat dengan Rasulullah dan memperoleh petunjuk langsung dalam menjalani kehidupan yang penuh berkah dan kesucian. Ia juga menjadi salah satu individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran-ajaran Nabi.
Anas bukan hanya memahami ajaran Nabi secara mendalam, tetapi juga mengetahui cerita, rahasia, dan kebiasaan baik yang jarang diketahui oleh orang lain. Dalam periode yang panjang tersebut, Anas belajar banyak dari Nabi Muhammad dan menjadikan ajaran-ajaran itu sebagai pedoman dalam hidupnya.
Rasulullah sering memberikan nasihat dan wejangan penting kepada Anas yang mengisi hati dan pikirannya. Salah satu nasihat yang diberikan oleh Nabi adalah, “Anakku, jika kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah! Hal ini adalah salah satu sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barang siapa yang mencintaiku, ia akan bersamaku di surga.”
Rasulullah juga mengajarkan kepada Anas tentang etika yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Beliau mengatakan, “Anakku, jika kau memasuki rumah, ucapkanlah salam, karena itu akan membawa berkah bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.”
Anas bin Malik adalah contoh nyata bagaimana pendidikan dan bimbingan langsung dari Rasulullah Muhammad dapat membentuk karakter seseorang. Ia menggambarkan kesetiaan, cinta, dan kesucian dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang menjadi warisan berharga bagi generasi setelahnya. Anas menjadikan ajaran dan nasihat Nabi sebagai pedoman dalam hidupnya dan menyebarkan kebaikan itu kepada orang lain, sehingga mewariskannya ke dalam sejarah Islam.
Dalam hidupnya yang singkat di samping Nabi, Anas bin Malik telah menjadi contoh bagaimana cinta dan kepercayaan kepada Nabi membawa berkah dan kebahagiaan. Melalui pengabdian dan ketulusan hati, ia meraih tempat istimewa dalam hati Rasulullah dan sekaligus menjadi teladan bagi umat Islam dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan sepenuh hati.