Monitorday.com – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah selenggarakan Dialog Publik Terbuka, agenda ini dimaksudkan sebagai sarana untuk literasi politik warga Muhammadiyah dan publik luas.
Rakyat yang akan menentukan pilihan pada 2024 supaya memiliki pengetahuan tentang visi, misi dan gagasan para calon pemimpin yang akan berlaga. Mengingat tantangan Indonesia ke depan semakin kompleks dan tidak mudah.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, pemimpin terpilih nanti memiliki tugas yang tidak mudah. Sebab, dari kokohnya pondasi kebangsaan dan kenegaraan yang diletakkan oleh tokoh pendahulu, implementasinya hari ini masih banyak catatan dan kemandegan.
“Kemandegan masih ada, erosi peluruhan masih ada, distorsi atau deviasi penyimpangan dari cita-cita jiwa pikiran dan fondasi besar yang telah diletakkan oleh para pendiri Indonesia itu,” kata Haedar pada (22/11) dalam Dialog Terbuka Capres-Cawapres di Edutorium UMS.
Menguatkan yang disampaikan Haedar Nashir, Abdul Mu’ti selaku moderator dari dialog ini mengungkapkan agenda ini bukan kampanye, juga bukan ujian. Melainkan cara Muhammadiyah untuk menguatkan literasi dan edukasi politik publik.
“Ini menjadi bagian dari upaya kita untuk melakukan literasi dan edukasi politik, agar kita menentukan pilihan secara tepat, melihat program-programnya, menganalisis dengan kecerdasan,” tutur Mu’ti.
Abdul Mu’ti berhasil membawa acara Dialog Terbuka ini dengan cair dan menggembirakan. Dia juga sempat bergurau dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin), sebagai orang pesantren dan keturunan Kiai, Cak Imin juga biasa dipanggil Gus.
“Abdul Muhaimin Iskandar dipanggil Gus karena NU, kalau Muhammadiyah dipanggil guys,” seloroh Mu’ti disambut tawa hadirin yang memadati Edutorium UMS.
Panelis dalam Dialog Terbuka di UMS untuk Paslon Capres-Cawapres nomor urut 1 ini ada Kiai Saad Ibrahim (Ketua PP Muhammadiyah), Sofyan Anif (Rektor UMS), Aidul Fitriciada Azhari (Mantan Komisi Yudisial), Siti Zuhro (Peneliti BRIN), dan Zuly Qodir (Pakar Politik Islam dari UMY).
Setelah dialog ditutup Paslon nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar mendapat hadiah berupa Anggota Kehormatan Muhammadiyah, dan beberapa dokumen Muhammadiyah tentang pandangan keindonesiaan, keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal.