Monitorday.com – Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah merilis softlaunch buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan di Jakarta.
Peluncuran ini merespons tantangan pengelolaan energi dan menekankan perlunya transisi energi bersih yang adil.
Buku ini melanjutkan komitmen kolaborasi MOSAIC dalam solusi iklim sejak Risalah Umat Muslim untuk Indonesia Lestari 2021.
Pemanfaatan energi harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial, bukan hanya pendekatan ekonomi.
Ketua MLH PP Muhammadiyah berharap buku ini memicu terobosan dalam energi terbarukan demi masa depan generasi mendatang.
Fikih Transisi Energi Berkeadilan melanjutkan Fikih Muhammadiyah sebelumnya, seperti Fikih Air dan Fikih Agraria.
Niki Alma Febriana Fauzi menekankan transisi energi harus berkeadilan, karena masyarakat sering tak mendapat akses energi.
Hening Parlan menambahkan bahwa fikih ini bukan hanya ideologi, tapi juga aksi nyata untuk beralih ke energi bersih.
Inisiatif ini sejalan dengan program MLH untuk mencapai emisi nol bersih melalui ekonomi regeneratif dan program 1000 Cahaya.
Sahid Djunaedi dari Kementerian ESDM menyatakan potensi energi baru terbarukan Indonesia besar, tapi baru sedikit dimanfaatkan.
Dia mengapresiasi dukungan Muhammadiyah dalam transisi energi untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060.
RUU Energi Baru Terbarukan sedang disusun pemerintah untuk menjadi dasar hukum kebijakan pengembangan energi terbarukan.
Buku ini berdasarkan nilai-nilai Islam seperti Tauhid, Amanah, dan Adil, serta membahas prinsip regulasi dan konservasi.
Selain konsep, buku ini mencakup praktik di level global hingga akar rumput dalam transisi energi.
Buku ini akan diluncurkan resmi di Tanwir Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur beberapa bulan mendatang.
Fikih ini juga menjadi acuan inisiatif Sedekah Energi dan Bengkel Hijrah Iklim untuk mengedukasi pemuka agama muda.
Pendanaan inisiatif ini akan dikumpulkan melalui sedekah atau filantropi Islam untuk memulai transisi energi mandiri.