Connect with us

Ruang Sujud

MUI Beri Penghargaan Tokoh Perdamaian Kepada 2 Sosok Ini

Published

on

Monitorday.com – Ketua Umum MUI, KH Anwar Iskandar, memuji Jusuf Kalla dan Retno Marsudi atas kontribusi mereka dalam perdamaian dan diplomasi internasional.
Pujian ini disampaikan dalam acara Penganugerahan MUI Mujahid dan Mujahidah untuk JK dan Retno Marsudi.
Gelar mujahid dan mujahidah yang diberikan kepada JK dan Retno Marsudi memiliki nilai yang sangat tinggi.
Alasan pemberian gelar ini adalah karena mereka mengedepankan perspektif kemanusiaan dari UUD 1945.
Hak kemerdekaan bagi setiap bangsa merupakan bagian penting dari prinsip-prinsip kemanusiaan, kata Kiai Anwar.
JK dan Retno Marsudi dianggap sebagai patriot bangsa yang berjuang atas nama kemanusiaan untuk Palestina.
Kampanye perdamaian di dunia internasional harus terus diperjuangkan, seperti yang telah dilakukan JK dan Retno.
Kiai Anwar menilai perjuangan mereka sangat bernilai dari segi duniawi dan agama.
Ia mengajak semua pihak untuk memahami perjuangan JK dan Retno Marsudi dari perspektif ilahi.
Kiai Anwar juga mengajak masyarakat untuk terus berjihad di jalan Allah dan kemanusiaan.
Beliau memberikan dukungan penuh kepada JK dan Retno untuk melanjutkan perjuangan mereka.
Meskipun perjuangan mereka membuat banyak orang memusuhi mereka, Kiai Anwar tetap optimis.
Kiai Anwar berpesan agar JK dan Retno tidak khawatir, karena perjuangan mereka sangat mulia di mata Allah.
MUI memberikan penghargaan ini setelah mempertimbangkan dimensi politik, kemanusiaan, dan agama.
Masyarakat diimbau untuk terus mendukung dan mendoakan perjuangan JK dan Retno Marsudi.
Perjuangan mereka dianggap sebagai jihad kemanusiaan yang sangat luhur dan patut dicontoh.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ruang Sujud

Dajjal dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer: Mitos atau Fakta?

Published

on

Monitorday.com – Perbincangan tentang Dajjal telah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga kini, menjadi salah satu tema penting dalam kajian akhir zaman. Namun seiring berkembangnya zaman, muncul perbedaan pandangan antara ulama klasik dan kontemporer dalam memahami sosok Dajjal—apakah ia harus dimaknai sebagai figur nyata atau simbol dari sistem yang menyesatkan umat manusia?

Ulama klasik, seperti Imam Nawawi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Al-Qurtubi, secara umum sepakat bahwa Dajjal adalah sosok nyata yang akan muncul menjelang kiamat. Mereka berpegang pada hadis-hadis shahih yang secara tegas menyebut ciri fisik dan sepak terjang Dajjal. Baginya, Dajjal bukan simbol atau kiasan, melainkan makhluk yang Allah SWT ciptakan sebagai ujian besar bagi umat manusia.

Dalam literatur klasik, disebutkan bahwa Dajjal akan muncul di akhir zaman dan membawa fitnah luar biasa. Ia akan mengaku sebagai Tuhan, membawa “surga dan neraka”-nya sendiri, serta mampu melakukan hal-hal yang di luar nalar. Oleh karena itu, ulama terdahulu menekankan pentingnya memperkuat iman dan menghindari fitnahnya.

Sementara itu, sejumlah ulama dan cendekiawan Muslim kontemporer mulai mencoba membaca fenomena Dajjal dengan pendekatan simbolik. Bagi mereka, Dajjal bisa dimaknai sebagai representasi dari sistem global yang menyesatkan: kapitalisme ekstrem, kekuatan media yang menipu, teknologi yang disalahgunakan, atau bahkan kekuatan adidaya yang menindas umat manusia. Mereka tidak serta-merta menolak keberadaan Dajjal sebagai makhluk, tapi mencoba memberikan tafsiran kontekstual atas hadis-hadis tentangnya.

Contohnya, Syekh Yusuf al-Qaradawi dalam beberapa penjelasan menyebut bahwa fitnah Dajjal hari ini bisa kita lihat dalam bentuk dominasi budaya materialistik yang menjauhkan manusia dari agama. Begitu pula pemikir seperti Imran Hosein yang menyatakan bahwa Dajjal tidak hanya sosok individu, tapi juga sistem keuangan dan politik global yang menipu umat manusia dengan janji kesejahteraan, namun sesungguhnya menjauhkan dari Tuhan.

Perbedaan pandangan ini tidak untuk dipertentangkan secara tajam, melainkan dipahami sebagai kekayaan tafsir dalam Islam. Islam sendiri membuka ruang ijtihad selama tidak bertentangan dengan nash yang qath’i. Yang pasti, baik sebagai sosok nyata maupun simbol, fitnah Dajjal adalah kenyataan yang patut diwaspadai dan diantisipasi oleh setiap Muslim.

Yang terpenting bukan bagaimana bentuk Dajjal, melainkan bagaimana umat Islam mampu membentengi diri dari segala bentuk penyesatan, baik yang bersifat fisik, intelektual, spiritual, maupun sosial. Dengan begitu, umat tidak akan tertipu oleh gemerlap dunia yang menipu, dan tetap teguh dalam iman di tengah badai fitnah zaman.

Continue Reading

Ruang Sujud

Strategi Umat Islam Menghadapi Dajjal: Pelajaran dari Rasulullah SAW

Published

on

Monitorday.com – Menghadapi fitnah Dajjal bukanlah perkara mudah. Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW menggambarkan bahwa fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar dalam sejarah umat manusia. Bahkan para nabi sebelum Nabi Muhammad pun telah memperingatkan umat mereka tentang bahaya makhluk ini. Maka dari itu, Islam telah memberikan strategi khusus agar umat Islam tidak tersesat ketika masa itu tiba.

Pertama dan paling utama, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperkuat akidah. Dajjal akan mengaku sebagai Tuhan dan menunjukkan berbagai keajaiban yang bisa menipu akal sehat. Hanya orang-orang yang memiliki keyakinan kokoh kepada keesaan Allah yang tidak akan tertipu. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang menemui Dajjal, maka bacalah permulaan surat Al-Kahfi.”

Surat Al-Kahfi diyakini sebagai pelindung dari fitnah Dajjal karena isinya mencerminkan berbagai bentuk ujian duniawi: ujian iman, harta, kekuasaan, dan ilmu. Dengan membaca dan memahami surat ini, seorang Muslim akan dilatih untuk tidak terpedaya oleh dunia dan tetap berpegang pada kebenaran.

Kedua, menjaga ibadah harian, khususnya salat lima waktu, adalah tameng yang sangat penting. Dalam suasana penuh fitnah dan kekacauan, hanya mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah-lah yang bisa bertahan. Salat menjadi pengingat terus-menerus bahwa manusia adalah hamba, bukan tuhan, serta bahwa dunia ini hanya sementara.

Ketiga, menjauhi daerah-daerah yang akan dimasuki Dajjal. Dalam hadis disebutkan bahwa Dajjal tidak akan bisa memasuki Makkah dan Madinah karena dijaga oleh malaikat. Oleh karena itu, jika memungkinkan, para ulama menganjurkan agar umat Islam mendekatkan diri secara spiritual dan, bila perlu, fisik ke wilayah-wilayah yang lebih religius dan kuat iman kolektifnya.

Keempat, pentingnya komunitas beriman. Menghadapi Dajjal bukanlah perjuangan individu semata. Komunitas Muslim yang saling menguatkan dalam iman dan amal bisa menjadi benteng bersama dalam menghadapi godaan dan tekanan Dajjal. Nabi SAW sendiri memberi teladan dalam membangun masyarakat Madinah yang kokoh secara spiritual dan sosial.

Kelima, pendidikan Islam yang benar sejak dini. Anak-anak harus dibekali dengan pemahaman akidah, nilai-nilai keislaman, serta kepekaan terhadap godaan dunia modern yang bisa menjadi jalan masuk bagi fitnah Dajjal. Jangan sampai generasi mendatang menjadi generasi yang mudah tertipu hanya karena minim ilmu dan lemah dalam iman.

Akhirnya, menghadapi Dajjal bukan hanya soal mengenali fisiknya, tapi juga memahami tipu dayanya yang sangat halus dan menggoda. Rasulullah SAW tidak sekadar menyuruh kita takut kepada Dajjal, tetapi mempersiapkan kita untuk melawannya dengan iman, amal, dan ilmu yang kuat. Maka marilah kita mulai dari sekarang, memperbaiki diri dan keluarga kita agar tetap berada dalam barisan orang-orang yang selamat dari fitnah Dajjal.

Continue Reading

Ruang Sujud

Tanda-Tanda Kemunculan Dajjal: Antara Hadis dan Realita Masa Kini

Published

on

Monitorday.com – Kemunculan Dajjal termasuk salah satu tanda besar menjelang hari kiamat yang dijelaskan secara rinci dalam hadis-hadis Rasulullah SAW. Umat Islam sejak dahulu hingga kini terus bertanya-tanya: apakah tanda-tanda tersebut sudah mulai terlihat? Apakah dunia tengah menuju ke arah kemunculannya?

Dalam berbagai riwayat shahih, disebutkan beberapa tanda menjelang munculnya Dajjal. Di antaranya adalah melemahnya keimanan manusia, merebaknya fitnah dan kebohongan, terjadinya kekacauan global, dan kekeringan panjang yang memaksa manusia tunduk pada kekuatan yang menjanjikan kemakmuran semu. Salah satu hadis riwayat Muslim menyebutkan bahwa sebelum Dajjal datang, akan terjadi tiga tahun paceklik berturut-turut, di mana makanan dan air akan menjadi barang langka.

Kemajuan teknologi dan media yang pesat juga sering dikaitkan dengan persiapan kedatangan Dajjal. Beberapa ulama kontemporer menyebut bahwa Dajjal mungkin memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan propaganda dan menciptakan ilusi kekuasaan. Gambaran tentang Dajjal yang mampu menipu mata manusia agar percaya pada keajaiban palsunya, kini sering ditafsirkan sebagai cerminan dari bagaimana teknologi bisa digunakan untuk memanipulasi realitas.

Beberapa ahli tafsir modern juga mengaitkan simbol mata satu Dajjal sebagai lambang pengawasan tunggal atau pengendalian informasi secara global, mengacu pada teori konspirasi tentang “mata yang melihat segalanya”. Namun pandangan ini tentu tidak boleh dijadikan kebenaran mutlak, melainkan harus ditelaah dalam cahaya ilmu yang lurus dan tidak mengabaikan teks-teks sahih dari Nabi SAW.

Tanda-tanda lain seperti munculnya banyak nabi palsu, tersebarnya kebodohan agama, dan hancurnya nilai-nilai moral masyarakat global juga dianggap sebagai sinyal-sinyal penting. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu pun nabi kecuali telah memperingatkan umatnya tentang Dajjal, dan aku adalah nabi yang paling banyak memberikan peringatan tentangnya.”

Meski kita tidak tahu pasti kapan Dajjal akan muncul, tugas seorang Muslim adalah untuk bersiaga secara spiritual. Bukan untuk hidup dalam ketakutan, melainkan untuk mempersiapkan diri dengan ilmu, akidah yang kuat, serta amal saleh yang konsisten. Membaca surat Al-Kahfi setiap Jumat dan menjaga salat lima waktu menjadi bekal utama agar terlindung dari fitnah besar itu.

Dengan memahami tanda-tanda kemunculan Dajjal, umat Islam diharapkan bisa lebih waspada terhadap berbagai bentuk fitnah modern yang menjauhkan dari Allah. Sebab, Dajjal bukan sekadar sosok di masa depan, tapi juga simbol dari semua godaan dan tipu daya yang mengancam keimanan manusia dari waktu ke waktu.

Continue Reading

Ruang Sujud

Dua Staf Kedubes Israel di Washington Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal

Published

on

Monitorday.com – Dua staf Kedutaan Besar ‘Israel’ di Washington tewas ditembak pada Rabu malam.

Penembakan terjadi di dekat Capital Jewish Museum, tidak jauh dari kantor FBI Washington.

Pejabat Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem mengkonfirmasi kematian dua staf tersebut lewat unggahan di X.

Motif penembakan belum diumumkan oleh pihak kepolisian setempat.

Namun, Dubes ‘Israel’ untuk PBB Danny Danon menyebut insiden itu sebagai “tindakan terorisme anti-semit.”

Kepala Polisi Metropolitan Pamela Smith menjelaskan kronologi penembakan kepada media.

Pelaku terlihat mondar-mandir di sekitar gedung sebelum mendekati empat orang dan menembak.

Dua korban tewas adalah pria dan wanita yang disebut sebagai pasangan.

Setelah menembak, pelaku masuk ke dalam museum Yahudi tersebut.

Ia berhasil diamankan oleh petugas keamanan acara di dalam museum.

Saat ditahan, pelaku meneriakkan “Free, free Palestine,” menurut keterangan Smith.

Teriakan tersebut memunculkan dugaan adanya motif politik di balik aksi tersebut.

Identitas pelaku diungkap sebagai Elias Rodriguez, berusia 30 tahun.

Rodriguez diketahui berasal dari Chicago, negara bagian Illinois.

Polisi menyatakan pelaku tidak memiliki catatan interaksi sebelumnya dengan aparat.

Hingga kini, belum ada penjelasan resmi apakah pelaku bertindak seorang diri.

Pihak berwenang masih menyelidiki latar belakang dan motif lengkap dari pelaku.

Insiden ini memicu perhatian luas di kalangan diplomatik dan masyarakat Yahudi.

Keamanan di sekitar gedung diplomatik Israel di AS diperketat setelah kejadian.

Pemerintah AS dan otoritas lokal tengah menyusun respons atas insiden ini.

Continue Reading

Ruang Sujud

Siapakah Dajjal? Menelusuri Sosok Penuh Misteri dalam Akhir Zaman

Published

on

Monitorday.com – Dajjal adalah salah satu sosok paling misterius dan menakutkan dalam ajaran Islam, dikenal sebagai makhluk yang akan muncul menjelang hari kiamat untuk menebar fitnah dan kesesatan luar biasa. Dalam banyak hadis shahih, Rasulullah SAW menggambarkan Dajjal sebagai manusia dengan fisik yang cacat, bermata satu, dan memiliki kemampuan luar biasa yang dapat membuat manusia terpedaya, seperti menghidupkan orang mati, menurunkan hujan, dan memerintahkan bumi untuk mengeluarkan kekayaannya.

Nama lengkap Dajjal adalah “Al-Masih Ad-Dajjal”, yang berarti “Mesias Palsu”, sebagai tandingan dari Nabi Isa AS yang merupakan Al-Masih yang benar. Dajjal disebut akan mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan meminta umat manusia menyembahnya, sehingga ujian keimanan yang dibawanya begitu besar dan bisa menjerumuskan banyak orang, termasuk mereka yang sebelumnya beriman.

Menurut berbagai riwayat, Dajjal akan muncul dari wilayah Timur, sebagian hadis menyebut wilayah Khurasan, dan akan berkeliling dunia dalam waktu singkat, memasuki hampir semua negeri kecuali Mekah dan Madinah karena dijaga oleh malaikat. Perjalanannya akan penuh dengan tipu daya, dan ia akan membawa “surga dan neraka”-nya sendiri, yang sejatinya adalah kebalikannya dari yang tampak.

Dalam Islam, keimanan kepada hal-hal gaib termasuk salah satu pilar yang harus diyakini, termasuk keberadaan dan kedatangan Dajjal. Meski banyak penjelasan tentang Dajjal yang bersifat metaforis, mayoritas ulama meyakini bahwa Dajjal adalah makhluk nyata yang akan muncul di akhir zaman, sebagai salah satu tanda besar kiamat.

Kisah tentang Dajjal mengandung banyak pelajaran bagi umat Islam agar senantiasa menjaga keimanan, memperbanyak ibadah, serta berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Salah satu amalan yang dianjurkan oleh Nabi SAW adalah membaca surat Al-Kahfi setiap Jumat sebagai perlindungan dari fitnah Dajjal, karena surat tersebut memuat kisah-kisah tentang ujian iman, kekayaan, dan kekuasaan.

Dengan segala kengerian yang dibawa Dajjal, umat Islam diajak untuk tidak hanya takut pada sosoknya, tetapi juga mewaspadai fitnah-fitnah dunia yang dapat menyerupai tipu daya Dajjal. Umat Islam harus terus memperkuat diri dengan ilmu, amal saleh, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan zaman, agar tidak terjerumus dalam kesesatan dan tetap berada dalam lindungan Allah SWT hingga akhir hayat.

Continue Reading

Ruang Sujud

Dakwah dari Rumah: Membangun Lingkungan Islami Mulai dari Keluarga

Published

on

Dakwah tidak selalu harus dilakukan di mimbar, di jalanan, atau di media sosial. Tempat paling awal dan utama untuk berdakwah adalah rumah sendiri. Keluarga adalah madrasah pertama, dan dari sinilah nilai-nilai Islam bisa tumbuh dan mengakar kuat pada generasi berikutnya.

Rasulullah SAW sendiri memulai dakwahnya kepada keluarga terdekat. Ini menunjukkan bahwa membina keluarga yang islami adalah bagian penting dari misi dakwah. Keteladanan sebagai orang tua, pasangan, atau saudara justru menjadi medium dakwah paling ampuh karena langsung terlihat dan dirasakan setiap hari.

Dakwah dalam rumah bisa dimulai dari hal-hal sederhana: mengajak salat berjamaah, membaca Al-Qur’an bersama, berdiskusi tentang akhlak, atau menyaksikan film islami bareng keluarga. Bahkan cara berbicara yang lembut, saling menghargai, dan membiasakan salam adalah bentuk nyata dari dakwah yang hidup.

Tantangan terbesar dalam berdakwah di rumah adalah konsistensi. Seringkali lebih mudah bersabar dan santun pada orang lain, tapi justru sulit saat berhadapan dengan keluarga sendiri. Padahal, dakwah yang berhasil dimulai dari rumah akan menghasilkan individu-individu yang siap membawa nilai Islam ke masyarakat luas.

Selain itu, membangun lingkungan rumah yang kondusif sangat penting. Jauhkan dari tontonan yang merusak, hadirkan bacaan-bacaan Islami, dan ciptakan suasana diskusi yang terbuka tanpa menghakimi. Ini akan menjadikan rumah sebagai tempat nyaman untuk belajar dan memperdalam iman.

Orang tua punya peran besar sebagai dai di rumah. Mereka bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga penjaga nilai-nilai. Dengan pendekatan penuh cinta, orang tua bisa menjadi guru kehidupan yang menanamkan tauhid, akhlak mulia, dan semangat untuk terus memperbaiki diri.

Dakwah dari rumah adalah pondasi utama bagi masyarakat yang lebih baik. Jika setiap rumah muslim menjadi pusat pembelajaran Islam, maka umat akan memiliki kekuatan besar untuk menghadapi tantangan zaman. Sebab perubahan besar selalu dimulai dari lingkaran yang kecil—yakni keluarga.

Continue Reading

Ruang Sujud

Peran Pemuda dalam Dakwah: Energi Baru untuk Umat

Published

on

Pemuda adalah aset terbesar umat. Dalam sejarah Islam, banyak tonggak kebangkitan yang dimulai dari tangan-tangan pemuda. Mereka adalah generasi penuh energi, idealisme, dan keberanian—yang jika diarahkan untuk dakwah, dapat menjadi kekuatan luar biasa bagi peradaban Islam.

Dakwah bukan hanya tugas para ustaz atau tokoh agama senior. Pemuda pun memiliki tanggung jawab yang sama, terutama di kalangan sebayanya. Gaya bahasa, pemahaman akan tren kekinian, serta kemampuan menggunakan teknologi adalah modal besar yang membuat dakwah pemuda lebih mudah diterima oleh generasi muda lainnya.

Dalam realitas hari ini, tantangan dakwah di kalangan anak muda cukup kompleks: dari gaya hidup hedonis, krisis identitas, sampai derasnya arus budaya luar. Namun, di sinilah justru pemuda dibutuhkan—bukan untuk menghakimi, tapi untuk hadir, mendengarkan, dan memberi alternatif yang bermakna.

Pemuda bisa berdakwah lewat banyak cara: menjadi konten kreator Islami, aktif dalam komunitas sosial, membentuk forum kajian, bahkan melalui musik, puisi, dan karya seni. Islam tidak membatasi kreativitas, selama isi dakwahnya tetap mengarah pada kebaikan dan menjunjung nilai-nilai luhur.

Selain itu, pemuda juga harus membekali diri dengan ilmu yang cukup. Semangat saja tidak cukup tanpa pemahaman yang benar. Maka, mengikuti kajian, membaca buku-buku Islam, serta terus memperbaiki diri adalah bagian dari perjalanan dakwah itu sendiri.

Dakwah pemuda juga harus kolaboratif, bukan kompetitif. Bersinergi dengan banyak pihak, termasuk organisasi dakwah, lembaga pendidikan, dan bahkan pemerintah, akan memperluas jangkauan dan dampak dakwah yang dilakukan.

Di tengah tantangan zaman, umat Islam membutuhkan sosok-sosok muda yang tangguh, cerdas, dan istiqamah. Mereka yang tak hanya bisa menyuarakan kebaikan, tetapi juga menjadi teladan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, pemuda bukan hanya harapan masa depan, tetapi juga penggerak perubahan hari ini.

Continue Reading

Ruang Sujud

Dakwah Bil Hikmah: Mengajak Tanpa Menghakimi

Published

on

Dakwah bil hikmah adalah metode dakwah yang mengedepankan kebijaksanaan, kelembutan, dan pemahaman terhadap kondisi orang yang diajak. Konsep ini berasal langsung dari Al-Qur’an, surat An-Nahl ayat 125, yang memerintahkan untuk berdakwah dengan hikmah, nasihat yang baik, dan debat dengan cara terbaik.

Mengajak kepada kebaikan tidak berarti harus keras, apalagi menghakimi. Banyak orang justru menjauh dari agama bukan karena isi ajarannya, tetapi karena cara penyampaiannya yang menyakitkan atau penuh celaan. Inilah mengapa dakwah bil hikmah menjadi sangat penting.

Dakwah bil hikmah dimulai dari empati. Kita tidak bisa langsung mengharapkan seseorang berubah tanpa tahu latar belakang hidupnya. Bisa jadi, seseorang masih jauh dari nilai-nilai Islam karena trauma masa lalu, lingkungan yang tidak mendukung, atau bahkan belum mendapatkan penjelasan yang mudah dipahami.

Menggunakan bahasa yang halus, cerita yang menyentuh hati, atau bahkan sekadar menjadi pendengar yang baik, bisa menjadi pintu masuk yang efektif untuk membuka hati seseorang. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan utama dalam hal ini. Bahkan kepada musuh sekalipun, beliau tetap menyampaikan risalah dengan kelembutan yang luar biasa.

Perlu diingat bahwa hidayah adalah hak prerogatif Allah. Tugas kita sebagai dai bukan memaksa orang untuk berubah, tetapi menyampaikan kebenaran dengan cara terbaik. Jangan sampai semangat dakwah justru menjadikan kita merasa lebih suci dan memandang rendah orang lain.

Dakwah bil hikmah juga berarti tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Kadang, memberi contoh lewat tindakan jauh lebih bermakna daripada seribu kata. Akhlak yang mulia, sikap yang sabar, dan empati yang tulus sering kali menjadi dakwah paling kuat.

Pada akhirnya, dakwah bil hikmah adalah cara Rasulullah menaklukkan hati manusia. Ia bukan tentang memenangkan argumen, melainkan memenangkan hati. Itulah mengapa pendekatan ini relevan sepanjang zaman, termasuk di tengah dunia yang penuh perbedaan seperti sekarang.

Continue Reading

Ruang Sujud

Strategi Dakwah di Era Digital: Menyebarkan Kebaikan Lewat Media Sosial

Published

on

Dakwah adalah misi suci yang tak lekang oleh zaman, namun cara menyampaikannya terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat. Di era digital ini, dakwah menemukan panggung baru: media sosial. Dari Instagram hingga TikTok, ruang-ruang virtual ini menjadi ladang dakwah yang luas dan tanpa batas geografis.

Media sosial memungkinkan jangkauan dakwah menjadi lebih luas dan cepat. Satu konten dakwah yang inspiratif bisa menyentuh jutaan hati hanya dalam hitungan jam. Ini tentu tak pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Namun, dakwah digital bukan hanya soal viralitas, tapi juga bagaimana pesan-pesan Islam tersampaikan secara bijak, santun, dan relevan.

Strategi utama dalam dakwah digital adalah memahami karakter pengguna platform. Di Instagram, visual menjadi kunci; maka konten dakwah bisa dikemas dalam bentuk infografis atau video singkat dengan desain menarik. Di YouTube, ceramah atau diskusi bisa dibuat lebih panjang dan mendalam. Sedangkan di TikTok, pesan singkat nan menyentuh lebih efektif menyentuh hati generasi muda.

Selain konten yang menarik, penting juga menjaga adab dalam berdakwah di dunia maya. Tidak menyinggung, tidak mencaci, dan tetap mengedepankan akhlak Rasulullah sebagai teladan utama. Dakwah bukan ajang debat, melainkan ajakan untuk merenung dan mendekat pada kebenaran.

Konsistensi juga menjadi kunci. Dakwah digital tidak cukup dilakukan sesekali. Perlu jadwal rutin, interaksi aktif dengan audiens, serta kemampuan merespons isu-isu aktual dengan bijak. Inilah yang akan menjadikan seorang dai digital tetap relevan dan dipercaya.

Akhirnya, dakwah digital bukan sekadar tren, melainkan peluang besar untuk menebar rahmat Islam kepada seluruh umat manusia. Dengan niat yang ikhlas dan strategi yang tepat, media sosial bisa menjadi wasilah untuk meraih pahala jariyah tanpa henti.

Continue Reading

Ruang Sujud

Teladan Nabi Muhammad SAW dalam Ikramu Dhuyuf: Menghormati Tamu Sepenuh Hati

Published

on

Monitorday.com – Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan sempurna dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal memuliakan tamu (ikramu dhuyuf). Sikap beliau terhadap tamu tidak hanya sekadar ramah, tetapi juga mencerminkan penghormatan sepenuh hati, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun.

Salah satu kisah yang sangat masyhur adalah ketika seorang tamu datang ke rumah Rasulullah SAW dalam keadaan lapar. Saat itu, di rumah beliau tidak ada apa-apa kecuali air. Rasulullah tidak membiarkan tamunya kecewa. Beliau mengarahkan para sahabatnya untuk menjamu tamu tersebut. Seorang sahabat pun mengajak tamu itu ke rumahnya, walaupun sebenarnya mereka sendiri kekurangan makanan. Namun karena meneladani akhlak Nabi, mereka rela mematikan lampu dan pura-pura makan, agar tamunya merasa nyaman makan sendirian tanpa malu. Peristiwa ini bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 9.

Nabi Muhammad SAW juga selalu menyambut tamu dengan senyum dan keramahan luar biasa. Beliau duduk bersama mereka, berbincang dengan penuh perhatian, dan tidak pernah menunjukkan sikap tergesa-gesa atau merasa terganggu. Bahkan kepada tamu yang datang dari kalangan musyrik atau yang berniat jahat, beliau tetap menunjukkan akhlak mulia.

Dalam hal jamuan, Rasulullah SAW tidak pernah pelit. Jika ada makanan, beliau akan membaginya; jika tidak ada, beliau akan berusaha mencarikan, atau setidaknya menyambut tamu dengan tutur kata yang lembut. Ketulusan beliau dalam menyambut tamu bukan karena pencitraan, melainkan karena keyakinan bahwa tamu membawa berkah dan rezeki dari Allah SWT.

Teladan Nabi ini seharusnya menjadi motivasi bagi setiap Muslim untuk tidak mengabaikan tamu yang datang. Meski zaman telah berubah, prinsip dasar dalam memuliakan tamu tetap relevan: menyambut dengan ikhlas, melayani dengan hormat, dan melepas dengan doa.

Dengan meneladani Rasulullah SAW dalam ikramu dhuyuf, bukan hanya hubungan sosial yang membaik, tetapi juga kualitas iman kita yang semakin sempurna.

Continue Reading

Monitor Saham BUMN



Sportechment27 minutes ago

Drama di Silverstone! Marco Bezzecchi Juara MotoGP Inggris 2025, Marquez Ketiga

Ruang Sujud47 minutes ago

Dajjal dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer: Mitos atau Fakta?

News48 minutes ago

Prabowo OTW Malaysia Hadiri KTT ke-46 ASEAN

Review2 hours ago

Trump Usir Mahasiswa Pro Palestina

Review2 hours ago

Membedah Ketatnya Sistem Pendidikan Rusia

News2 hours ago

Potret Mahasiswa Saat ini: Low Initiative dan Poor Networking

Review2 hours ago

Hong Kong Sambut Mahasiswa Harvard Korban Trump

News3 hours ago

Youtuber Anak Terkenal Ini Sampaikan Dukungan Terhadap Palestina

News4 hours ago

Pemuda Hijau, Harapan Baru Indonesia

News5 hours ago

Skandal Judi Online Seret Nama Budi Arie

Ruang Sujud5 hours ago

Strategi Umat Islam Menghadapi Dajjal: Pelajaran dari Rasulullah SAW

News7 hours ago

Biadab! Mantan Pejabat Israel Ini Sebut Anak-anak Gaza Layak Dibunuh

Ruang Sujud9 hours ago

Tanda-Tanda Kemunculan Dajjal: Antara Hadis dan Realita Masa Kini

Sportechment10 hours ago

China Luncurkan Satelit Superkomputer Ai di Luar Angkasa

Ruang Sujud11 hours ago

Dua Staf Kedubes Israel di Washington Tewas Ditembak Orang Tak Dikenal

Sportechment11 hours ago

Erick Thohir: Piala Presiden 2025 Bakal Dihadiri Klub Inggris dan Thailand

Ruang Sujud13 hours ago

Siapakah Dajjal? Menelusuri Sosok Penuh Misteri dalam Akhir Zaman

Review15 hours ago

Harvard Ditutup Trump, Dunia Melawan

News19 hours ago

Regulasi Ramai, Pembinaan Sunyi

Review19 hours ago

Suara dari Mekah: Fenomena KDM Tembus Batas Negara, MBS Tertarik?