Monitorday.com – Tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) turut angkat bicara terkait pembentukkan panitia khusus angket pengawasan haji atau Pansus Angket Haji oleh DPR RI.
Menurut mereka, pemerintah telah berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam ibadah haji untuk masyarakat Indonesia seperti penerapan haji ramah lansia dan rekrutmen petugas yang terbuka.
“Yang paling penting bahwa inovasi pelayanan haji ini ada,” ujar tokoh muda Muhammadiyah, Sunanto, dalam Diskusi Publik Forjukafi: Haji Antara Transformasi dan Politisasi di Hotel Oasis Amir, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2024).
Cak Nanto menyebut bahwa permasalahan di Mina juga dihadapi oleh jamaah dari negara lain.
Bahkan Kerajaan Arab Saudi harus melonggarkan fatwa, sehingga muncul area di sekitar Mina yang selama ini dikenal sebagai ‘Mina Jadid’.
Sementara itu, kata Cak Nanto, perbedaan fasilitas antara jamaah haji reguler, khusus, dan jemaah dari negara lain bukanlah hasil dari pembeda-bedaan oleh pemerintah.
Perbedaan fasilitas tersebut telah ditetapkan oleh Kerajaan Arab Saudi sebagai tuan rumah.
“Saya rasa (pembentukan Pansus Haji) hanya mencari-cari alasan,” jelas Cak Nanto.
Kalaupun dinilai perlu diperbaiki, sudah telat karena tidak akan ada perubahan lagi.
Para petugas haji dinilai telah bekerja maksimal menangani segala urusan, mulai dari memandikan dan menyucikan hingga berbagai kebutuhan pribadi jamaah.
“Selama ibadah haji itu masih ada, maka pengelolaan haji itu pasti akan ada masalah,” tegasnya.
Tokoh NU Lukman Edy memberikan respons positif terhadap transformasi pelayanan haji yang semakin membaik.
Hal ini terbukti dengan penurunan angka jamaah haji yang meninggal meskipun jumlah jemaah haji terus meningkat setiap tahunnya.
“Pelayanan haji semakin dinamis dengan menyesuaikan perkembangan zaman,” ucap Lukman.
Lukman menegaskan bahwa pembentukan Pansus Haji dalam waktu yang terbatas ini sangat mungkin mengandung muatan politisasi di dalamnya.
Ia mengaku miris melihat hal tersebut.
“Kita setuju dengan transformasi haji, tetapi jangan dipakai barang yang bernuansa ibadah tebal ini jadi mainan untuk dilakukan politisasi,” tukasnya.