Connect with us

Review

“Ndasmu!” Ledakan Retorika Prabowo yang Menggetarkan

Pernyataan “Ndasmu” Presiden Prabowo dalam pidatonya di HUT ke-17 Gerindra menjadi simbol retorika tegas, enerjik, dan dinamis, menegaskan keteguhan sikapnya di tengah kritik publik.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Di tengah gemuruh perayaan ulang tahun ke-17 Partai Gerindra, Prabowo Subianto berdiri tegak di atas panggung megah Sentul International Convention Center.

Sorotan lampu menyorot wajahnya, senyum yang khas tersungging di bibirnya. Suasana begitu hidup, penuh semangat, ribuan hadirin menyimak tiap kata yang meluncur dari bibir sang presiden dengan penuh perhatian.

Lalu, tiba-tiba, satu kata melesat dari mulutnya, mengguncang ruang dan waktu, menggetarkan nadi publik:

“Ndasmu!”

Satu kata. Lima huruf. Ledakan retorika yang bergema jauh melampaui dinding gedung perayaan. Sontak, riuh rendah tawa dan tepuk tangan pecah seperti gelombang yang menerpa pantai. Media sosial langsung menyala-nyala. Meme bermunculan, analisis politik bertaburan, spekulasi merebak, dan publik terbelah antara pujian dan kritik.

Namun, bagi mereka yang memahami esensi pidato dan gaya komunikasi Prabowo, “Ndasmu” bukan sekadar ungkapan. Ini adalah sebuah perlawanan terhadap kritik yang tak berdasar. Ini adalah manifestasi dari seorang pemimpin yang berbicara dengan hati, tanpa kepura-puraan, tanpa polesan basa-basi.

Prabowo dikenal sebagai orator ulung. Ia tak hanya menyampaikan kata-kata, tapi menghidupkan makna. Dalam berbagai kesempatan, ia tak segan melepaskan formalitas kaku dan berbicara dengan gaya yang lebih merakyat.

Dengan “Ndasmu”, ia menegaskan keteguhan sikapnya, menolak tuduhan bahwa kabinetnya “gemuk” tanpa substansi. Ia bukan politisi yang menyelinap di balik kata-kata manis dan janji samar. Ia adalah pemimpin yang berani berujar dengan tegas, menyampaikan pesan tanpa ragu, tanpa takut gelombang kritik menghantam.

Retorika Prabowo selalu memiliki denyut emosional yang kuat. Dalam politik, kekuatan pidato sering kali menjadi penentu arah sejarah. Dari zaman Demosthenes di Yunani kuno hingga Churchill di abad modern, pemimpin besar selalu mampu menyalakan api semangat lewat kata-kata.

Dalam lanskap politik Indonesia yang kerap diselimuti eufemisme, Prabowo memilih pendekatan berbeda. Ia tidak sekadar berpidato; ia menciptakan resonansi. Ia memahami bahwa komunikasi politik bukan hanya soal isi, tapi juga soal cara penyampaian.

Energi “Ndasmu” membangun sebuah narasi yang lebih besar: keberanian untuk menolak absurditas. Ia tahu, kritik tentang kabinet “gemuk” adalah cerminan dari perspektif yang terlalu sempit, yang gagal melihat strategi besar di balik pergerakan politik dan ekonomi nasional.

Ia menjawab kritik itu bukan dengan serangkaian data yang kering, tetapi dengan sebuah ungkapan yang meledak-ledak, membakar perhatian, dan mengirimkan pesan kuat: bahwa kepemimpinan bukan sekadar tentang citra, melainkan tentang tindakan nyata.

Seperti halnya retorika yang besar, “Ndasmu” melampaui fungsinya sebagai kata. Ia menjadi simbol dari ketegasan, dari sikap tanpa kompromi terhadap kritik yang asal bunyi. Publik yang menangkap semangat di balik kata itu tidak sekadar melihat seorang presiden yang berapi-api, tapi juga seorang pemimpin yang tak mau tunduk pada narasi yang dangkal.

Fenomena “Ndasmu” juga mencerminkan bagaimana politik di era digital bekerja. Kata-kata bukan lagi sekadar pernyataan, tapi juga bahan bakar bagi perbincangan di ruang maya. Setiap kata yang diucapkan oleh seorang pemimpin memiliki potensi viral yang luar biasa. Prabowo, dengan insting politiknya yang tajam, tampaknya memahami hal ini dengan baik. Dalam sekejap, ia mengubah kritik menjadi panggung retorika. Ia mengambil alih narasi, bukan dengan defensif, melainkan dengan serangan balik yang penuh percaya diri.

Sejarah mencatat bahwa pemimpin besar adalah mereka yang mampu mengubah kritik menjadi kekuatan. Lincoln menghadapi lawan-lawannya dengan humor tajam, Roosevelt dengan keberanian tanpa takut, dan Prabowo—dengan “Ndasmu”.

Ini bukan sekadar sebuah ucapan spontan, melainkan bagian dari gaya komunikasi yang telah ia bentuk selama bertahun-tahun. Ia tidak berbicara untuk menyenangkan semua orang. Ia berbicara untuk memimpin.

Dan bukankah itu yang kita harapkan dari seorang pemimpin? Bukan hanya sosok yang pandai merangkai janji dalam kata-kata yang manis, tetapi seseorang yang berani berbicara dengan suara hatinya, yang mampu menggetarkan jiwa rakyatnya dengan satu kata penuh makna?

Di penghujung pidato, Prabowo melanjutkan dengan nada yang lebih ringan, kembali ke jalur pembicaraan yang lebih formal. Namun, kata itu sudah tertanam dalam benak jutaan orang. “Ndasmu” telah menjadi ikon, menegaskan bahwa komunikasi politik tak melulu harus kaku dan membosankan. Kadang, yang diperlukan hanyalah satu ledakan kecil untuk mengguncang kesadaran kolektif.

Maka, entah Anda menganggapnya sebagai ekspresi spontan atau strategi retorika yang brilian, satu hal tak bisa disangkal: dalam satu kata, Prabowo telah kembali menegaskan posisinya. Sebagai pemimpin yang tak takut berbicara, sebagai pemimpin yang siap menghadapi kritik, sebagai pemimpin yang, dengan satu kata, mampu mengguncang panggung politik Indonesia.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Monitor Saham BUMN



Sportechment7 hours ago

Sumbang 1 Gol, Kevin Diks Sokong FC Copenhagenke 16 Besar Conference League

Sportechment8 hours ago

Jabat Mendiktisaintek Baru, Segini Harta Kekayaan Brian Yuliarto

News8 hours ago

Megawati: Kepala Daerah PDIP Tak Hadiri Retreat Pasca Hasto Ditahan KPK

Sportechment16 hours ago

Musisi Dukung Penuh Sukatani Band Usai Tarik Lagu Bayar Bayar Bayar

News16 hours ago

Wamendikdasmen Apresiasi Kebijakan Tidur Siang di SDIT Al Falah Sukabumi

News17 hours ago

Dirjen IKMA: Indonesia Berpotensi Jadi Pemasok Fesyen Muslim Terbesar Dunia

Sportechment17 hours ago

Jaecoo Kenalkan Mobil Listrik J5 di IIMS 2025, Cek Harganya

Ruang Sujud17 hours ago

Muhasabah Diri: Kunci Meraih Keberkahan Hidup di Tahun yang Baru

News18 hours ago

Menkomdigi Dorong Generasi Muda Jadi Pemain Teknologi AI Global

Sportechment18 hours ago

Resmi Jadi Tersangka, Nikita Mirzani Respon Begini

Ruang Sujud20 hours ago

Muhasabah: Refleksi Diri untuk Meningkatkan Kualitas Diri dan Mendekatkan Diri kepada Allah

News20 hours ago

Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP Resmi Ditahan KPK

News22 hours ago

Mendikdasmen Tutup Liga Bulu Tangkis Kemendikdasmen Tahun 2025

News24 hours ago

MUI Ajak Umat Islam Intensifkan Boikot Produk Israel Selama Ramadhan

News1 day ago

Islamophobia di Inggris Meningkat Pesat, Ada Apa?

News1 day ago

Boikot BDS Buat Perusahaan Apparel Batalkan Kontrak dengan Federasi Sepak Bola Israel

News1 day ago

Arab Saudi Larang Adanya Rekaman Untuk Ibadah Selama Ramadhan

News1 day ago

Erick Thohir Siap Sinergikan Database BUMN untuk Berantas PMI Ilegal

News1 day ago

Temui Presiden Ilham Aliyev, Puan Dorong Kerja Sama RI – Azerbaijan

Sportechment1 day ago

Setara Messi, Mo Salah Layak Menangi Ballon d’Or 2025