Monitorday.com – Operasi Badai Al-Aqsa telah memberikan dampak signifikan bagi Israel dan ekonominya.
Kepercayaan diri akan keamanan Israel hancur pada 7 Oktober, dan mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih.
Dinas keamanan Israel yang dianggap tak tertembus terbukti tidak efektif, menyebabkan perusahaan menarik modal mereka.
Sekitar setengah juta warga Israel melarikan diri, merusak arus masuk migran yang dibutuhkan untuk kelangsungan negara.
Pemerintah Israel khawatir tentang migrasi balik setelah menarik orang-orang Yahudi dengan janji stabilitas selama 70 tahun terakhir.
Biaya perang melawan Palestina di Gaza, lebih dari 60 miliar dolar AS, menjadi beban berat bagi Israel.
Meskipun demikian, pajak belum dinaikkan secara signifikan untuk menutupi biaya ini.
Isolasi Israel dari Turki dan mitra dagang lainnya memperparah kesulitan ekonomi yang mereka hadapi.
Pemerintah Israel juga khawatir tentang ancaman demografis dengan menurunnya populasi Yahudi dan meningkatnya populasi Palestina.
Tawaran menggiurkan bagi imigran Yahudi belum berhasil meningkatkan populasi Israel yang kurang dari 10 juta jiwa.
Orang-orang yang melarikan diri dari Israel mungkin akan menceritakan pengalaman buruk mereka, mempengaruhi calon imigran Yahudi.
Israel harus menemukan cara baru untuk menarik imigran Yahudi dan mengembalikan kepercayaan pada “Tanah Perjanjian.”
Krisis migrasi ini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan negara Yahudi.
Populasi yang menurun dan masalah ekonomi terus mengancam stabilitas Israel di masa depan.
Tindakan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengatasi situasi kritis yang sedang dihadapi negara tersebut.
Perubahan strategi sangat dibutuhkan untuk mempertahankan arus migran dan memperbaiki citra Israel di mata dunia.