Monitorday.com – Setiap musim haji selalu menghadirkan kisah-kisah menyentuh dari jutaan umat Islam yang menunaikan rukun Islam kelima. Dari sekian banyak kisah, pengalaman jemaah haji Indonesia selalu menjadi sorotan karena menyimpan pelajaran tentang kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan iman.
Salah satu kisah yang viral di media sosial adalah perjuangan seorang kakek berusia 83 tahun dari pelosok Jawa Timur. Meski tubuhnya renta dan jalannya lambat, ia tetap bersemangat mengikuti setiap rangkaian ibadah haji tanpa menggunakan kursi roda. Ia berkata, “Saya ingin setiap langkah saya jadi saksi cinta saya kepada Allah.” Kesungguhan beliau membuat banyak jemaah terharu dan menjadikannya inspirasi dalam menyempurnakan ibadah.
Ada juga kisah seorang ibu penjual gorengan dari Yogyakarta yang menabung selama 22 tahun demi bisa berangkat ke Tanah Suci. Setiap hari ia menyisihkan sebagian kecil dari penghasilannya, tak peduli untung atau rugi. Ketika akhirnya ia mendapat undangan haji, ia menangis bahagia dan berkata bahwa perjuangan panjangnya tidak sia-sia karena Allah telah menjawab doanya.
Cerita lain datang dari seorang dokter muda asal Sumatera yang rela mengambil cuti panjang untuk menjadi pendamping haji lansia secara sukarela. Di luar tugas medisnya, ia membantu para jemaah berjalan, memberi minum, dan bahkan memandikan mereka yang sakit. Baginya, itu bukan beban, tapi kesempatan untuk berkhidmat kepada tamu-tamu Allah.
Di Tanah Suci, batas-batas sosial dan status ekonomi seolah menghilang. Semua jemaah saling membantu dan menyemangati, menciptakan rasa persaudaraan sejati. Jemaah Indonesia dikenal dengan sikap ramah dan ringan tangan, sehingga sering mendapat pujian dari petugas dan jemaah negara lain.
Kisah-kisah ini membuktikan bahwa ibadah haji bukan hanya soal ritual, tetapi juga soal cinta, pengorbanan, dan kemanusiaan. Setiap langkah dan peluh yang tercurah di sana menjadi saksi ketulusan hati yang ingin lebih dekat kepada Allah.
Semoga kisah-kisah inspiratif ini menjadi pelecut semangat bagi kita semua, bahwa selama masih ada tekad dan doa, tidak ada yang mustahil untuk berangkat ke Baitullah.