Connect with us

News

Pemerintah Terus Benahi Tata Kelola Pekerja Migran dari Hulu ke Hilir

Tubagus F Madroi

Published

on

Pemerintah terus melakukan pembenahan tata kelola penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia. Evaluasi tata kelola dilakukan pada seluruh proses penempatan dan pelindungan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan kebijakan penempatan dan pelindungan pekerja migran yang komprehensif.

“Kami terus melakukan evaluasi proses penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia dari hulu hingga hilir, hingga kami dapat memperoleh gambaran yang komprehensif dalam melakukan pembenahan tata kelola penempatan dan pelindungan pekerja migran kita,” kata Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, dalam siaran pers, dikutip Sabtu (30/9).

Ida Fauziyah menjelaskan, evaluasi yang dilakukan di antaranya mencakup pembagian tugas dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa; kemudahan administrasi pendaftaran dan penempatan pekerja migran, pengembangan sistem SIAPkerja sebagai sistem terpadu secara end-to-end, yakni terintegrasi dengan berbagai sistem yang mengelola penempatan dan pelindungan pekerja migran, maupun sistem lain terkait WNI di luar negeri.

Kemudian, evaluasi juga dilakukan pada kemudahan akses biaya penempatan, peningkatan keterampilan pekerja migran; optimalisasi pelindungan pekerja migran Indonesia; optimalisasi Layanan Terpadu Satu Atap dan Mall Layanan Publik; perluasan lokasi pelayanan di Bandara, Pelabuhan, dan Kantor Perbatasan Lintas Negara; optimalisasi Pelindungan PMI, melalui perluasan layanan BPJS Ketenagakerjaan di luar negeri, dan pemberantasan praktik pungutan biaya tambahan dan calo/sponsor; serta pilot Plan Penataan Penempatan Pekerja Migran Indonesia di 6 Provinsi yaitu NTT, NTB, Jatim, Jateng, Jabar, dan Sumut.

“Jadi fokus evaluasi ini adalah hal-hal terkait dengan kemudahan proses penempatan serta pelaksanaan pengawasan pekerja migran Indonesia,” jelasnya.

Terkait regulasi, hal yang dilakukan di antaranya mengubah Kepmenaker Nomor 291 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Kerajaan Arab Saudi Melalui Sistem Penempatan Satu Kanal; serta mencabut Kepmenaker Nomor 294 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

Ida menjelaskan, perubahan Kepmenaker 291 berisi antara lain pembukaan kesempatan kepada seluruh Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) dan persyaratan P3MI yang akan melaksanakan penempatan PMI ke Arab Saudi melalui Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK).

“Terkait Pencabutan Kepmenaker 294 dikarenakan kondisi pandemi COVID-19 sudah berakhir, sehingga proses penempatan pekerja migran Indonesia akan dikembalikan sesuai ketentuan dalam UU PPMI,” katanya.

Ida menambahkan, saat ini pihaknya juga terus melakukan Perluasan dan Penguatan Kerja sama bilateral, Regional dan Multilateral dengan beberapa negara Timur Tengah, seperti Oman, Qatar, UAE dan Kuwait terkait penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia di negara tersebut.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News

Tampar Wajah Trump, Pimpinan Politik Greenland Justru Lebih Pilih China

Ambisi Amerika untuk menguasai Greenland kembali membara, namun China kini menjadi pesaing kuat dalam perebutan pengaruh. Pemerintah Greenland dihadapkan pada pilihan sulit antara ekonomi, geopolitik, dan kedaulatan

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Sejarah memiliki cara unik untuk berulang. Bukan dengan cara yang persis sama, tapi dengan motif yang tak berubah: kekuasaan, pengaruh, dan dominasi. Greenland, hamparan es yang selama ini hanya dianggap sebagai wilayah sunyi, kini berada di tengah pusaran geopolitik yang menegangkan. Amerika, dengan segala keperkasaannya, kembali menyalakan api ambisinya untuk menguasai wilayah ini.

Namun, kali ini, lawan yang dihadapi bukan hanya diplomasi Denmark, melainkan pengaruh China yang semakin merasuk ke dalam ekonomi Greenland. Pertanyaannya: Akankah Greenland tetap berdiri di atas kedaulatannya, atau akan jatuh ke dalam pelukan salah satu kekuatan besar dunia?

Tahun 2019, dunia dikejutkan oleh keinginan terang-terangan Donald Trump untuk membeli Greenland. Tawaran itu tak hanya ditolak mentah-mentah oleh Denmark, tapi juga dianggap sebagai penghinaan terhadap rakyat Greenland yang ingin menentukan nasib sendiri. Bagi Amerika, Greenland lebih dari sekadar tanah berselimut es. Wilayah ini memiliki cadangan mineral langka, jalur perdagangan Arktik yang strategis, serta posisi geopolitik yang menguntungkan dalam persaingan global melawan Rusia dan China.

Namun, dunia telah berubah. Jika dulu negara-negara kecil hanya bisa memilih antara tunduk atau dihancurkan, kini mereka memiliki lebih banyak pilihan. Greenland melihat ke Timur. China, dengan kekuatan ekonominya, menawarkan alternatif yang lebih menggiurkan: investasi besar-besaran di sektor perikanan, infrastruktur, dan perdagangan bebas. Para pemimpin Greenland pun mulai mengalihkan pandangan, menyadari bahwa kerja sama dengan China dapat menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi dari Denmark dan kebebasan dari bayang-bayang dominasi Amerika.

Vivian Motzfeldt, calon Menteri Luar Negeri Greenland, dengan lugas menyatakan bahwa hubungan dengan China adalah prioritas utama. Pernyataan ini bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan sinyal yang mengguncang Washington. Amerika tidak akan tinggal diam melihat China memperluas pengaruhnya di wilayah yang dianggap strategis. Sejarah mencatat, ketika kepentingan nasional Amerika terancam, mereka tidak segan untuk mengambil langkah ekstrem.

Bayangkan skenario ini: hubungan Greenland dan China semakin erat, investasi mengalir deras, jalur ekspor perikanan dan mineral semakin terbuka. Kemudian, satu demi satu tekanan datang dari Amerika. Sanksi ekonomi, intervensi diplomatik, hingga kampanye global untuk mendiskreditkan kerja sama tersebut. Jika semua itu gagal, apakah mungkin Amerika akan mengadopsi strategi yang lebih agresif?

Ada preseden yang tidak bisa diabaikan. Dari Timur Tengah hingga Amerika Latin, ketika sebuah negara dianggap terlalu dekat dengan rival Amerika, konsekuensinya sering kali lebih dari sekadar tekanan diplomatik. Kudeta, sabotase ekonomi, bahkan intervensi militer bukanlah hal yang asing dalam sejarah politik luar negeri Washington. Apakah Greenland akan menjadi babak baru dari skenario serupa?

Greenland pernah menjadi koloni Denmark hingga 1953, sebelum mendapatkan otonomi pada 1979. Tapi apakah mereka benar-benar bebas? Ketergantungan ekonomi pada Denmark masih begitu kuat, dan kini Amerika ingin memanfaatkan celah itu. Dengan dalih perlindungan dan kerja sama strategis, Washington berusaha menancapkan kukunya lebih dalam. Namun, bagaimana jika rakyat Greenland menolak? Apakah mereka akan menghadapi nasib yang sama seperti negara-negara kecil lainnya yang berani menantang status quo global?

Saat ini, semua mata tertuju pada Nuuk, ibu kota Greenland. Pemerintah baru yang terbentuk memiliki kesempatan langka untuk menentukan nasib mereka sendiri. Mereka bisa memilih untuk mempererat hubungan dengan China, tetap berpegang pada Denmark, atau membuka pintu bagi Amerika. Tapi satu hal yang pasti: setiap pilihan memiliki konsekuensi. Amerika tidak akan membiarkan Greenland jatuh ke tangan musuh geopolitiknya tanpa perlawanan.

Pertanyaannya kini, apakah Greenland cukup kuat untuk berdiri sendiri, atau akan menjadi ajang perebutan dua kekuatan raksasa dunia? Jawabannya belum pasti, tapi yang jelas, ini bukan hanya tentang sebuah pulau es di utara. Ini adalah babak baru dari perebutan pengaruh global, di mana nafsu kolonialisme Amerika sekali lagi diuji dalam permainan catur dunia yang semakin panas.

Continue Reading

News

Sambut Kemenangan! Idul Fitri 1446 H Jatuh pada 31 Maret 2025

Idul Fitri 1446 H ditetapkan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Perayaan ini disambut dengan semangat kebersamaan, mudik, dan tradisi berbagi, sambil tetap menjaga kesehatan dan keselamatan selama perjalanan.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Gema takbir segera menggema di seluruh pelosok negeri. Keputusan telah diambil: Idul Fitri 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

Keputusan ini dihasilkan dari sidang isbat yang digelar oleh Kementerian Agama di Jakarta pada 29 Maret 2025. Dengan berpegang pada metode hisab dan rukyat yang mengacu pada kriteria MABIMS, dipastikan bahwa hilal belum terlihat di seluruh Indonesia. Artinya, umat Islam harus menggenapkan Ramadan menjadi 30 hari sebelum menyambut hari kemenangan.

Momen penetapan ini selalu menjadi sorotan dan dinanti oleh jutaan umat Islam di Indonesia. Tak hanya soal kepastian hari raya, tetapi juga tentang kebersamaan dalam menjalankan tradisi. Keputusan ini menjadi penanda bagi masyarakat untuk segera menuntaskan persiapan Lebaran, dari mulai mudik, belanja kebutuhan hari raya, hingga memastikan segala sesuatunya siap untuk menyambut tamu dengan penuh suka cita.

Suasana jelang Lebaran memang selalu dipenuhi semangat dan dinamika. Jalan-jalan mulai padat dengan arus mudik yang kian deras. Terminal, stasiun, dan bandara dipenuhi oleh para perantau yang rindu kampung halaman. Di rumah-rumah, aroma kue kering, ketupat, dan opor ayam mulai menyeruak, menambah semarak perayaan yang telah dinanti selama sebulan penuh berpuasa.

Lebaran bukan hanya soal perayaan, tetapi juga tentang esensi kemenangan spiritual. Setelah sebulan penuh menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, tibalah saatnya merayakan pencapaian diri dengan penuh kebahagiaan. Momen ini juga menjadi waktu yang tepat untuk saling memaafkan, menjalin silaturahmi, dan mempererat hubungan keluarga serta sesama.

Meski suasana keceriaan menyelimuti, penting juga untuk tetap menjaga keselamatan dan kesehatan. Perjalanan mudik yang melelahkan harus diimbangi dengan kesiapan fisik yang prima. Begitu pula dengan konsumsi makanan saat hari raya, jangan sampai euforia menyantap hidangan khas Lebaran justru berdampak buruk bagi kesehatan.

Pemerintah telah memastikan segala kesiapan demi kelancaran Idul Fitri tahun ini. Berbagai fasilitas transportasi, pengamanan jalur mudik, serta ketersediaan bahan pokok terus dipantau agar masyarakat dapat merayakan hari kemenangan dengan nyaman. Selain itu, protokol kesehatan tetap menjadi perhatian bagi mereka yang bepergian atau berkumpul dalam jumlah besar.

Lebaran juga menjadi momen berbagi. Tradisi memberikan zakat fitrah dan berbagi rezeki kepada yang membutuhkan semakin menguatkan nilai sosial dalam perayaan ini. Dari masjid ke masjid, dari rumah ke rumah, senyum kebahagiaan hadir dalam setiap tangan yang memberi dan menerima. Begitulah Lebaran, tidak hanya menjadi perayaan pribadi, tetapi juga kebahagiaan bersama.

Dengan ditetapkannya 1 Syawal 1446 H pada 31 Maret 2025, kini saatnya merayakan kemenangan dengan penuh sukacita. Sambutlah hari yang fitri dengan hati yang bersih, jiwa yang penuh syukur, dan semangat baru untuk melangkah ke hari-hari yang lebih baik.

Continue Reading

News

Jembatan Kaca Waduk Gajah Mungkur Resmi Dibuka Saat Lebaran 2025

Hendi Firdaus

Published

on

Monitorday.com – Waduk Gajah Mungkur kini semakin memikat wisatawan dengan hadirnya wahana baru yang spektakuler, yakni Jembatan Kaca.

Setelah selesai dibangun pada 2024, jembatan ini akhirnya akan dibuka resmi bertepatan dengan libur Idul Fitri 2025.

Wahana ini menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan indah Waduk Gajah Mungkur dari ketinggian. Jembatan kaca ini menjadi alternatif menarik bagi para pemudik yang melintasi Wonogiri dan ingin menikmati liburan sambil menyaksikan keindahan alam sekitar.

Selama libur Lebaran, jembatan kaca akan beroperasi mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB, khususnya pada hari pertama Lebaran. Pada hari-hari libur lainnya, jembatan akan buka lebih awal, yaitu mulai pukul 07.30 WIB.

Tiket Masuk dan Cara Pembelian

Untuk menikmati pengalaman berjalan di atas jembatan kaca, pengunjung perlu membeli tiket terpisah dengan tiket masuk Waduk Gajah Mungkur. Harga tiketnya cukup terjangkau, yaitu Rp 10.000 per orang, yang bisa dibeli langsung di loket dekat area jembatan kaca. Sistem pembelian tiket menggunakan prinsip siapa cepat, dia dapat, sehingga pengunjung disarankan untuk datang lebih awal.

Pembukaan jembatan kaca ini menjadi pilihan wisata menarik bagi para pemudik yang ingin menghabiskan waktu libur Lebaran dengan menikmati pemandangan alam yang menakjubkan. Tak hanya menikmati keindahan Waduk Gajah Mungkur, pengunjung kini bisa merasakan sensasi berjalan di atas jembatan transparan yang menawarkan panorama luar biasa.

Continue Reading

News

Ini Klaim Trump Soal Rencana Akuisisi Greenland

Hendi Firdaus

Published

on

Monitorday.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menegaskan dorongannya untuk mengakuisisi Greenland, menyebut wilayah Arktik itu vital untuk “keamanan internasional” di tengah meningkatnya aktivitas militer China dan Rusia di kawasan tersebut.

Dalam pernyataannya di Ruang Oval pada Jumat (28/3), Trump menegaskan, “Kita butuh Greenland… untuk keamanan internasional. Kita harus memiliki Greenland.”

Dia menyebutkan bahwa selain kepentingan Amerika Serikat, akuisisi tersebut juga akan mendukung perdamaian dunia dan stabilitas global.

Presiden Trump merujuk pada meningkatnya kehadiran angkatan laut China dan Rusia yang melalui jalur perairan Arktik yang baru dibuka, yang menurutnya “langsung menuju China, langsung menuju Rusia.”

Ia menambahkan, “Saat ini ada kapal perang di mana-mana yang melewati Greenland. Kita tidak akan membiarkan itu terjadi. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi.”

Trump menekankan bahwa Amerika Serikat tidak akan bergantung pada Denmark atau sekutu-sekutunya dalam menghadapi isu ini. Ia mengungkapkan bahwa AS harus melindungi tidak hanya negara mereka tetapi juga dunia.

Sejak kembali menjabat pada Januari lalu, Trump telah secara terbuka menyatakan niatnya untuk mengakuisisi Greenland “dengan satu atau lain cara,” meskipun upaya tersebut terus ditolak oleh Denmark.

Greenland, yang merupakan wilayah otonomi Denmark, merupakan lokasi penting bagi instalasi militer strategis AS. Namun, tawaran untuk membeli pulau tersebut telah ditolak oleh pemerintah Greenland.

Pernyataan terbaru Trump datang menjelang kunjungan Wakil Presiden JD Vance ke pangkalan Angkatan Luar Angkasa AS di Pituffik, Greenland, yang awalnya direncanakan sebagai perjalanan wisata budaya.

Namun, kunjungan tersebut berubah fokus menjadi pembahasan masalah keamanan, setelah munculnya reaksi keras dari pejabat Greenland, Denmark, dan Uni Eropa.

Continue Reading

News

Dinamika Rutan: Keputusan Hasto dan Solidaritas di Balik Jeruji

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto awalnya meminta pindah ke Rutan Salemba, tetapi kemudian membatalkan permohonan karena merasa telah menyatu dengan warga binaan Rutan Merah Putih.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com –Di dunia politik, setiap langkah dan keputusan memiliki makna tersirat. Tidak terkecuali keputusan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang awalnya meminta pemindahan dari Rutan Merah Putih KPK ke Rutan Salemba, lalu secara mengejutkan membatalkannya. Permintaan itu sempat menjadi perbincangan hangat, terutama di kalangan politik dan hukum. Namun, dalam waktu singkat, Hasto berubah pikiran. Apa yang sebenarnya terjadi?

Permohonan pemindahan Hasto pertama kali diajukan oleh tim hukumnya dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta pada 21 Maret 2025. Alasannya sederhana: pembatasan kunjungan di Rutan Merah Putih dirasa terlalu ketat, sementara banyak kolega dan sahabat yang ingin memberikan dukungan moral. Tak hanya itu, perpindahan ke Rutan Salemba dianggap lebih memudahkan akses bagi mereka yang ingin bertemu dengannya.

Namun, hakim tidak serta-merta menyetujui permintaan ini. Mereka meminta agar daftar pengunjung dibuat lebih spesifik dengan menyertakan tanggal dan nama. Faktor keamanan menjadi pertimbangan utama dalam hal ini. Jika semua orang diizinkan berkunjung tanpa batas, tentu akan menimbulkan masalah tersendiri.

Sepekan setelah permintaan tersebut diajukan, publik dikejutkan oleh keputusan Hasto yang mencabut permohonan tersebut. Keputusan ini diumumkan oleh politikus PDIP, Guntur Romli, dalam persidangan pada 27 Maret 2025. Dalam surat yang dibacakan Guntur, Hasto mengungkapkan bahwa ia merasa sudah menyatu dengan warga binaan di Rutan Merah Putih. Keakraban yang telah terjalin di dalam rutan menjadi alasan utama untuk tetap bertahan di sana.

Hasto ternyata telah membangun sebuah rutinitas yang membuatnya nyaman. Setiap pagi, ia berolahraga bersama warga binaan lainnya dan menyanyikan lagu-lagu wajib, menciptakan suasana kebersamaan yang erat. Hal ini membuat rekan-rekan satu rutan menyampaikan keberatan jika Hasto harus dipindahkan. Keputusan untuk tetap tinggal di Rutan Merah Putih pun semakin menguat.

Dinamika ini memperlihatkan bahwa di balik jeruji, kehidupan tetap berjalan dengan pola dan kebiasaan baru yang terbentuk. Politik mungkin telah membawa Hasto ke tempat ini, tetapi hubungan sosial dan solidaritas yang tercipta menjadikannya lebih dari sekadar tahanan. Dalam kondisi penuh keterbatasan, manusia tetap mampu menemukan cara untuk beradaptasi dan bertahan.

Keputusan Hasto juga mencerminkan bagaimana seseorang dapat menemukan ketenangan bahkan dalam situasi yang sulit. Rutan yang awalnya dianggap sebagai tempat penuh tekanan, justru menjadi ruang di mana ia membangun hubungan sosial yang kuat. Keputusan ini juga memberi gambaran bahwa kadang, yang kita anggap sebagai pilihan terbaik, belum tentu lebih baik daripada keadaan yang telah kita jalani dan terbiasa di dalamnya.

Meskipun kontroversi masih menyelimuti kasus yang menjeratnya, perjalanan Hasto di Rutan Merah Putih menjadi kisah tersendiri dalam babak politiknya. Entah bagaimana akhirnya nanti, satu hal yang pasti, adaptasi dan solidaritas menjadi kunci dalam menjalani setiap keadaan.

Continue Reading

News

Korea Utara Kirim Pekerja ke Ukraina? Semakin Seru!

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Korea Utara (Korut) sedang mempersiapkan langkah besar yang mengejutkan dunia. Pada awal Maret 2025, rezim Pyongyang mulai memilih pekerja dan teknisi untuk dikirim ke proyek rekonstruksi di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, terutama Donbas. Langkah ini bukan sekadar misi bantuan, tetapi lebih merupakan strategi politik dan ekonomi yang cermat. Di balik pengiriman tenaga kerja ini, terdapat tujuan utama: memperoleh mata uang asing dan memperkuat hubungan bilateral dengan Rusia.

Sejak akhir Maret 2025, berbagai sumber di Korut melaporkan bahwa pemerintah sedang meninjau rencana pengiriman sekitar 1.000 hingga 2.000 pekerja. Prioritas utama diberikan kepada pekerja konstruksi dan teknisi berpengalaman, yang nantinya akan diikuti oleh tenaga kerja tambahan sesuai kebutuhan. Pemerintah Korut ingin memastikan bahwa mayoritas tenaga kerja yang dikirim memiliki pengalaman internasional, dengan komposisi sekitar 70 persen pekerja sipil dan 30 persen tentara.

Langkah ini dikendalikan langsung oleh berbagai lembaga utama di Korut, termasuk departemen konstruksi luar negeri di Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Pertahanan Nasional, serta badan keamanan negara seperti Kementerian Keamanan Negara. Pemerintah telah menyusun daftar kandidat yang akan dikirim dan tengah melakukan diskusi intensif dengan Rusia terkait mekanisme pengelolaan tenaga kerja Korut di sana. Salah satu perhatian utama adalah pencegahan pembelotan dan perilaku yang dianggap dapat mengganggu operasional proyek.

“Kami telah mengadakan musyawarah dengan Rusia mengenai jumlah pekerja, kondisi kerja, serta sistem kompensasi. Rusia telah menyambut baik ide ini,” ujar salah satu sumber di Korut. Ini menegaskan bahwa kerja sama kedua negara tidak sekadar wacana, melainkan rencana yang sudah memiliki pijakan konkret.

Fakta bahwa sekitar 150 pekerja Korut telah lebih dulu dikirim ke Donbas pada Januari 2024 memberikan kepercayaan diri bagi Pyongyang. Mereka telah terlibat dalam rekonstruksi jalan, rumah, sekolah, serta fasilitas bisnis. Meski gencatan senjata atau perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina belum tercapai, Korut tampaknya tidak melihat ini sebagai hambatan besar. Justru, mereka melihat peluang besar dalam proyek ini. Dengan bergerak lebih dulu, Korut berharap dapat mengamankan posisi dalam rekonstruksi wilayah Ukraina yang saat ini dikuasai Rusia.

Namun, di mata dunia internasional, pengiriman tenaga kerja ini tetap menjadi isu kontroversial. Korut secara resmi tidak akan mengirim pekerja sebelum adanya gencatan senjata, tetapi secara diam-diam, mereka telah memulai persiapan. Pemeriksaan kesehatan bagi calon pekerja sudah dilakukan untuk memastikan mereka siap berangkat secepat mungkin.

Bagi Korut, keuntungan dari proyek ini bukan hanya sekadar mendapatkan posisi strategis di panggung internasional, tetapi juga menjadi solusi atas tantangan ekonomi domestiknya. Meskipun Rusia tengah mengalami kesulitan ekonomi akibat perang dan sanksi internasional, Moskow tetap berkomitmen memberikan kompensasi material kepada Korut dalam bentuk makanan, minyak, serta perlengkapan industri.

Bantuan ini sangat berarti bagi Korut yang selama ini bergantung pada sumber daya terbatas dan mengalami tekanan ekonomi berkepanjangan. Dengan suplai makanan tambahan, pemerintah Korut dapat meningkatkan distribusi ransum bagi warganya, yang pada gilirannya memperkuat legitimasi kepemimpinan Kim Jong-un. Sementara itu, pasokan minyak dan perlengkapan industri dapat mendukung kebijakan pembangunan regional yang diusung oleh Kim, yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Keputusan Korut untuk mengirim pekerja ke Ukraina yang diduduki Rusia mencerminkan kombinasi strategi ekonomi dan geopolitik yang agresif. Dengan memanfaatkan situasi global yang penuh ketidakpastian, Pyongyang mencoba memperkuat hubungannya dengan Rusia, sekaligus memastikan stabilitas ekonomi domestiknya. Namun, langkah ini juga membuka potensi kritik dari komunitas internasional yang melihat keterlibatan Korut dalam wilayah konflik sebagai tindakan yang kontroversial.

Akankah strategi ini membawa keuntungan nyata bagi Korut, atau justru menjadi bumerang yang menambah tekanan internasional terhadap negara tersebut? Waktu yang akan menjawab.

Continue Reading

News

Idul Fitri 2025 ini Serempak, Kok Bisa?

Idul Fitri 1446 H dirayakan serempak di Indonesia, menjadi momentum memperkuat kebersamaan dan toleransi. Keserempakan ini menginspirasi persatuan, mempererat silaturahmi, dan menguatkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Langit senja yang berpendar keemasan menyambut malam penuh kepastian. Setelah berbagai spekulasi dan perbedaan prediksi, akhirnya seluruh umat Islam di Indonesia menyambut Idul Fitri secara serempak. Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dalam sidang isbat resmi mengumumkan bahwa 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada 31 Maret 2025. Keputusan ini bukan sekadar penanda pergantian bulan dalam kalender hijriah, tetapi juga momentum berharga bagi seluruh masyarakat untuk memperkuat kebersamaan dan toleransi.

Idul Fitri selalu menjadi peristiwa besar yang dinanti. Bukan hanya tentang takbir yang menggema atau sajian khas lebaran yang menggoda, tetapi juga tentang pertemuan kembali dengan keluarga dan sahabat. Tahun ini, momen itu terasa lebih spesial karena keserempakan dalam perayaannya, sesuatu yang jarang terjadi dalam sejarah penetapan 1 Syawal di Indonesia. Keserempakan ini menjadi simbol harmonisasi dan persatuan umat Islam di Tanah Air.

Bagi banyak orang, perbedaan penetapan hari raya sering menjadi topik yang berulang setiap tahunnya. Namun, kali ini tidak ada perdebatan. Keputusan yang diambil pemerintah dan disepakati berbagai organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menjadi angin segar bagi masyarakat yang mendambakan kesatuan dalam keberagaman. Ini bukan hanya tentang perhitungan astronomi atau rukyatul hilal, tetapi juga soal bagaimana umat Islam bisa lebih kompak dalam kebersamaan.

Di tengah kesibukan mempersiapkan lebaran, ajakan Menag agar umat Islam tetap memanfaatkan tambahan satu hari Ramadhan dengan optimal mendapat respons positif. Bagi sebagian orang, satu hari tambahan ini menjadi kesempatan emas untuk menyempurnakan ibadah, memperbanyak doa, dan memperkuat spiritualitas. Ada pula yang menjadikannya refleksi terakhir sebelum menyambut hari kemenangan dengan hati yang lebih bersih dan jiwa yang lebih tenang.

Momen ini juga menjadi pengingat bahwa Idul Fitri bukan hanya soal merayakan kemenangan pribadi atas sebulan penuh berpuasa, tetapi juga tentang bagaimana kemenangan itu diterjemahkan dalam kehidupan sosial. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Abdullah Jaidi, menekankan bahwa kesalehan pribadi yang dibangun selama Ramadhan harus bertransformasi menjadi kesalehan sosial. Berbagi dengan sesama, saling memaafkan, dan mempererat tali silaturahmi menjadi bagian tak terpisahkan dari esensi lebaran itu sendiri.

Di berbagai daerah, gema takbir yang berkumandang serempak menjadi simbol persatuan. Dari Sabang hingga Merauke, seluruh umat Islam merayakan dengan penuh suka cita. Perbedaan mazhab dan cara pandang tak lagi menjadi jurang pemisah, tetapi justru memperkaya keberagaman dalam satu semangat yang sama. Suasana haru, bahagia, dan penuh kedamaian menyelimuti hati setiap orang yang merayakan.

Momentum Idul Fitri tahun ini mengajarkan bahwa persatuan bukan hal yang mustahil. Jika dalam perbedaan pandangan mengenai metode penetapan awal bulan saja umat Islam bisa bersatu, maka sudah seharusnya nilai-nilai kebersamaan ini juga diaplikasikan dalam aspek kehidupan lainnya. Toleransi, gotong royong, dan saling menghormati harus tetap menjadi bagian dari keseharian, bukan hanya pada momen tertentu.

Lebaran bukan hanya tentang baju baru atau makanan lezat, tetapi tentang bagaimana kita membawa semangat Ramadhan ke dalam kehidupan sehari-hari. Kebersamaan yang telah terbentuk selama bulan suci ini seharusnya tidak luntur setelah takbir terakhir dikumandangkan. Justru, semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih peduli, dan lebih menghargai sesama harus semakin dikuatkan.

Keserempakan perayaan Idul Fitri 1446 H ini akan dikenang sebagai momen bersejarah. Ini adalah bukti bahwa harmoni bisa dicapai jika ada kemauan bersama. Harapannya, semangat kebersamaan yang telah terjalin tidak hanya bertahan di hari raya, tetapi terus berlanjut di hari-hari berikutnya. Sebab, pada akhirnya, Idul Fitri bukan hanya tentang kembali ke fitrah, tetapi juga tentang bagaimana kita tetap menjaga kemurnian hati dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

Continue Reading

News

Mudik 2025: Antara Penghematan dan Harapan

Mudik Lebaran 2025 diwarnai pemangkasan anggaran signifikan oleh pemerintah, memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap tradisi mudik dan sektor terkait, meski upaya mitigasi tetap dilakukan.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Mudik Lebaran 2025 menjadi sorotan tajam di tengah kebijakan pemangkasan anggaran oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di satu sisi, langkah ini dianggap sebagai upaya penghematan yang diperlukan; di sisi lain, muncul kekhawatiran akan dampaknya terhadap tradisi mudik yang telah mengakar dalam budaya Indonesia.​

Pemerintah telah mengurangi anggaran perjalanan dinas lebih dari 50 persen, menghemat lebih dari Rp 20 triliun. Presiden Prabowo menekankan bahwa penghematan ini dapat dialokasikan untuk memperbaiki puluhan ribu gedung sekolah. Beliau juga menyoroti pentingnya efisiensi dengan mengurangi acara seremonial yang dianggap tidak esensial.

Namun, kebijakan penghematan ini membawa konsekuensi yang signifikan. Kuota mudik gratis yang biasanya disediakan pemerintah mengalami pengurangan drastis. Pada Lebaran 2024, Kementerian Perhubungan menyediakan 700 bus untuk 30.088 penumpang dan 30 truk untuk mengangkut 900 sepeda motor. Namun, pada 2025, hanya disiapkan 520 bus untuk 21.536 penumpang dan 10 truk untuk 300 sepeda motor. Bahkan, program mudik gratis sepeda motor naik kapal yang sebelumnya diadakan oleh PT Pelni tidak dilaksanakan tahun ini.

Deddy Herlambang, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pengurangan ini dapat meningkatkan jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor, yang memiliki risiko kecelakaan lebih tinggi. Ia menekankan bahwa seharusnya kuota mudik gratis ditambah untuk mengurangi penggunaan sepeda motor selama mudik. ​

Selain itu, efisiensi anggaran juga berdampak pada perbaikan infrastruktur jalan. Banyak proyek perbaikan jalan yang terabaikan, sehingga dapat mengurangi kenyamanan dan keselamatan pemudik. Instran menemukan bahwa tidak ada anggaran untuk kegiatan preservasi jalan nasional yang mencakup pemeliharaan dan perbaikan jalan secara menyeluruh.

Di tengah berbagai pemangkasan, pemerintah berupaya meringankan beban masyarakat dengan menurunkan harga tiket pesawat domestik sebesar 13 persen untuk periode 24 Maret hingga 7 April 2025. Selain itu, tarif tol diturunkan sebesar 20 persen di berbagai ruas jalur mudik selama dua minggu, dan diskon 25 persen diberikan untuk harga tiket kereta api pada tanggal tertentu. ​

Namun, langkah-langkah ini tidak sepenuhnya menenangkan kekhawatiran. Banyak industri, terutama di sektor transportasi dan pariwisata, merasakan dampak dari pengurangan anggaran. Beberapa perusahaan melaporkan penurunan pendapatan yang signifikan, bahkan ada yang terancam bangkrut. Hal ini menambah kompleksitas situasi, mengingat sektor-sektor tersebut merupakan tulang punggung ekonomi selama musim mudik.​

Meski demikian, optimisme harus tetap dijaga. Pemerintahan Presiden Prabowo berkomitmen untuk memastikan bahwa penghematan anggaran tidak mengorbankan pelayanan publik yang esensial. Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menegaskan bahwa program mudik gratis tetap berjalan meskipun dengan kuota yang berkurang. Beliau juga menekankan pentingnya efisiensi tanpa menghambat pembangunan dan perawatan infrastruktur.

Dalam perspektif filosofis, mudik bukan sekadar perjalanan fisik kembali ke kampung halaman, tetapi juga simbol dari perjalanan spiritual dan emosional. Ia mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan penghormatan terhadap tradisi. Oleh karena itu, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, semangat mudik tetap harus dijaga. Masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi ini, mencari solusi kreatif, dan tetap menjalin silaturahmi dengan cara-cara yang aman dan sesuai dengan kondisi saat ini.​

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam menghadapi tantangan ini. Transparansi dalam pengelolaan anggaran, komunikasi yang efektif, dan partisipasi aktif dari semua pihak akan menjadi kunci dalam memastikan bahwa tradisi mudik tetap dapat berlangsung dengan aman dan bermakna, meskipun dalam keterbatasan.

Continue Reading

News

Misteri Gempa Myanmar: Bencana atau Karma

Gempa bumi kerap dikaitkan dengan peristiwa besar, baik sosial maupun spiritual. Benarkah ada pesan tersembunyi di baliknya, atau semua hanya kebetulan belaka?

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Suara gemuruh menggetarkan tanah, bangunan berderak, dan dalam hitungan detik, kehancuran melanda. Gempa bumi tak hanya mengguncang tanah di bawah kaki, tapi juga memukul keras kesadaran manusia. Apakah ini hanya fenomena alam biasa, atau ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam, dan lebih misterius yang ingin disampaikan oleh bumi?

Salah satu gempa yang mengundang perdebatan terjadi di Myanmar, sebuah negara yang belakangan dikenal karena perlakuan kejam terhadap Muslim Rohingya. Saat bumi berguncang, sebagian orang melihatnya sebagai peringatan, sebagian lagi menganggapnya sekadar kebetulan. Tapi, apakah alam bisa marah? Ataukah ini hanya hukum sebab-akibat yang bekerja dalam dimensi yang belum sepenuhnya kita pahami?

Para ilmuwan akan berkata bahwa gempa terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik, tekanan yang terakumulasi selama bertahun-tahun akhirnya dilepaskan dalam sekejap. Sebuah proses alami yang terjadi sejak awal zaman. Tapi, bagaimana jika ada pola tersembunyi dalam bencana-bencana ini? Bagaimana jika ada sesuatu yang lebih dari sekadar tekanan geologi?

Dalam sejarah, banyak gempa besar yang terjadi bersamaan dengan peristiwa sosial dan politik yang dramatis. Ingat gempa dahsyat yang menghancurkan Lisboa pada tahun 1755? Peristiwa itu mengguncang bukan hanya kota, tetapi juga keyakinan manusia terhadap Tuhan dan takdir. Beberapa orang melihatnya sebagai hukuman atas dosa-dosa penduduknya, sementara ilmuwan mencoba menjelaskannya dengan rasionalitas dingin.

Kembali ke Myanmar, ada yang berargumen bahwa kehancuran yang terjadi merupakan konsekuensi dari kebrutalan terhadap minoritas Rohingya. Di sisi lain, skeptis akan menyebutkan bahwa bumi tidak peduli dengan politik manusia. Tapi, jika itu benar, mengapa sering kali bencana datang seakan menjawab tragedi kemanusiaan?

Tak bisa disangkal bahwa manusia dan alam memiliki hubungan yang lebih kompleks daripada sekadar angka dan statistik. Beberapa budaya percaya bahwa bumi menyimpan kesadaran, bahwa alam memiliki caranya sendiri untuk berbicara. Jika ini benar, mungkinkah gempa adalah caranya memberi peringatan, menunjukkan ketidakseimbangan, atau bahkan menuntut keadilan?

Namun, di sisi lain, kepercayaan semacam ini bisa berbahaya. Menghubungkan bencana alam dengan moralitas bisa berujung pada penyederhanaan yang menyesatkan. Jika benar ada hubungan antara keburukan manusia dan reaksi alam, mengapa banyak orang tak berdosa yang ikut menjadi korban? Apakah alam juga bertindak membabi buta?

Misteri gempa tetap menggantung di udara. Di antara rekahan tanah dan puing-puing yang berserakan, kita bertanya-tanya: apakah kita hanya saksi dari kekuatan alam yang acak, atau ada pesan yang ingin disampaikan kepada kita?

Satu hal yang pasti—gempa bukan sekadar getaran di tanah. Ia adalah pengingat, entah dari Tuhan, dari bumi, atau dari sejarah itu sendiri, bahwa manusia tak pernah bisa benar-benar mengendalikan segalanya.

Continue Reading

News

Gempa Myanmar, Inilah Pemicunya

Gempa Myanmar 2025 membuka tabir misteri Sesar Sagaing yang aktif. Meski teknologi berkembang, prediksi gempa masih sulit. Apakah kita belum memahami bahasa bumi sepenuhnya?

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Raungan bumi menggema, gedung-gedung bergoyang seakan tak berdaya, dan dalam hitungan detik, ribuan nyawa terancam. Jumat, 28 Maret 2025, Myanmar bergetar hebat. Sesar Sagaing, sang raksasa yang terlelap, kembali menunjukkan taringnya. Tetapi, di balik gemuruh itu, tersimpan misteri yang belum sepenuhnya terpecahkan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini sekadar peristiwa alam, atau ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di bawah kaki kita?

Gempa bermagnitudo 7,6 yang mengguncang Myanmar pada hari itu bukanlah peristiwa biasa. Ini adalah skenario yang telah lama disusun oleh kekuatan tektonik yang tak terlihat. Sesar Sagaing, yang membentang sepanjang 1.200 kilometer, telah menjadi ancaman laten bagi kota-kota besar seperti Mandalay, Naypyidaw, hingga Yangon. Seperti seutas benang kusut yang ditarik perlahan, sesar ini terus bergerak dengan kecepatan 18–22 mm per tahun, menyimpan energi yang suatu saat akan dilepaskan dengan dahsyat. Namun, apakah kita benar-benar memahami bagaimana dan kapan energi itu akan meluap?

Para ilmuwan selama puluhan tahun telah mencoba memahami pola gempa bumi di kawasan ini. Sejarah mencatat bahwa Sesar Sagaing telah beberapa kali melepaskan energi besar: pada tahun 1931, 1946, 1956, dan 2012. Kini, 2025 menjadi saksi kembali bagaimana kekuatan yang terpendam itu melepaskan diri. Tetapi ada satu pertanyaan yang belum bisa dijawab: mengapa kita belum bisa memprediksi gempa secara akurat?

Di balik teknologi yang semakin canggih, bumi masih menyimpan rahasianya. Ilmuwan telah mengembangkan berbagai metode untuk membaca ‘bahasa’ bumi, mulai dari pemantauan gelombang seismik, pergerakan lempeng, hingga analisis perubahan medan magnet. Namun, gempa tetap datang tanpa peringatan yang cukup. Apakah kita telah salah membaca tanda-tandanya? Ataukah ada faktor lain yang belum kita ketahui?

Satu hal yang menambah misteri adalah hubungan antara gempa bumi dengan aktivitas geofisika lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan keterkaitan antara perubahan medan magnet bumi dengan aktivitas seismik. Apakah ini bisa menjadi kunci dalam meramal gempa? Seandainya benar, apakah kita telah terlalu lama mengabaikan sinyal-sinyal yang dikirimkan alam kepada kita?

Selain itu, ada pula teori tentang ‘efek domino’ dalam aktivitas tektonik. Beberapa ilmuwan percaya bahwa gempa besar di satu tempat bisa memicu gempa di wilayah lain melalui pelepasan tekanan yang berantai. Jika benar demikian, apakah gempa di Myanmar kali ini hanya permulaan dari sesuatu yang lebih besar? Mungkinkah kita akan melihat rentetan gempa lain dalam waktu dekat?

Dunia seismologi memang telah berkembang pesat, tetapi satu hal yang pasti: kita masih jauh dari mampu mengendalikan kekuatan alam ini. Yang bisa kita lakukan adalah memahami lebih dalam, membaca tanda-tanda dengan lebih jeli, dan menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

Namun, di tengah segala misteri yang menyelimuti gempa bumi, satu pertanyaan tetap mengusik: apakah bumi benar-benar tak bisa diprediksi, atau justru manusialah yang belum cukup cerdas untuk memahami pesan yang ia sampaikan?

Continue Reading

Monitor Saham BUMN



Sportechment4 hours ago

Marc Marquez Kampium Sprint Race MotoGP Amerika 2025

News6 hours ago

Tampar Wajah Trump, Pimpinan Politik Greenland Justru Lebih Pilih China

News6 hours ago

Sambut Kemenangan! Idul Fitri 1446 H Jatuh pada 31 Maret 2025

News10 hours ago

Jembatan Kaca Waduk Gajah Mungkur Resmi Dibuka Saat Lebaran 2025

Sportechment10 hours ago

Google Umumkan Tanggal Perilisan Pixel 9a di Sejumlah Negara, Termasuk Indonesia?

Telekomunikasi10 hours ago

Telkom Sediakan Wifi Gratis di Lokasi Mudik Lebaran 2025

News10 hours ago

Ini Klaim Trump Soal Rencana Akuisisi Greenland

News11 hours ago

Dinamika Rutan: Keputusan Hasto dan Solidaritas di Balik Jeruji

News11 hours ago

Korea Utara Kirim Pekerja ke Ukraina? Semakin Seru!

Sportechment11 hours ago

Jay Idzes Yakin Timnas Indonesia Bakal Tampil di Piala Dunia

News11 hours ago

Idul Fitri 2025 ini Serempak, Kok Bisa?

Ruang Sujud13 hours ago

Peran Ilmu Falak dalam Penentuan Kalender Islam

Sportechment17 hours ago

Antar Red Sparks ke Final Liga Voli Korea, Megawati Sujud Syukur

Ruang Sujud17 hours ago

Pengaruh Ilmu Falak dalam Penentuan Arah Kiblat dan Waktu Shalat

Review17 hours ago

Shahid Khan: Dari Cuci Piring ke Miliarder

News18 hours ago

Mudik 2025: Antara Penghematan dan Harapan

Sportechment18 hours ago

Master Limbad Konfirmasi Ruben Onsu Jadi Mualaf, Doakan Agar Tetap Istiqomah

Sportechment18 hours ago

Armand Maulana Siap Ciptakan Lagu untuk Dukung Palestina

News19 hours ago

Misteri Gempa Myanmar: Bencana atau Karma

Sportechment19 hours ago

Jadi Pacar Brondong Agnez Mo, Ini Sumber Kekayaan Adam Rosyadi