MONITORDAY.COM- Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio (Hensat) mengatakan Kader PDIP yang bukan trah Sukarno seperti Presiden Jokowi tetap berpeluang menjadi ketum. Namun, menurut dia, itu akan menjadi sesuatu yang aneh.
“Akan aneh (kalau Pak Jokowi jadi ketum PDIP), karena kalau dikatakan apakah kader ideologis, ya Pak Jokowi memang kader yang paling banyak menerima nikmat dari PDIP,” kata Hensat.
“Tapi, Pak Jokowi masuk PDIP kan karena waktu itu dia maju sebagai calon wali kota Solo. Tiba-tiba menjadi kader karena diajak Pak FX Rudy, tapi kemudian jadi kader terbaik,” ujarnya menambahkan.
Terpisah, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut, penentuan ketum akan dilakukan dalam kongres partai pada 2025. Menurut dia, kini pengurus daerah PDIP di seluruh Indonesia menginginkan partai tetap dipimpin oleh Megawati pasca-Pemilu 2024. Sebab, pengurus daerah menilai Megawati merupakan sosok yang kuat dan punya kedekatan emosional dengan pengurus ranting, kader, dan simpatisan.
Ketika diminta penegasannya, apakah ketum PDIP harus keturunan atau trah Soekarno, Hasto menyatakan bahwa arus bawah PDIP menempatkan keluarga Bung Karno sebagai ideolog dan tokoh sentral partai.
“Arus bawah yang kami tangkap itu menempatkan keluarga Bung Karno sebagai ideolog, Bung Karno sebagai proklamator, dan bapak bangsa. Sehingga partai ID itu salah satu strong poinnya memang dari Bung Karno,” kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Jokowi diketahui bukan keturunan Bung Karno. Adapun trah Sukarno yang kini menduduki posisi strategis di PDIP ada tiga orang, yakni Megawati dan dua anaknya, Puan Maharani dan Prananda Prabowo.
Usulan untuk menjadikan Jokowi sebagai ketum PDIP datang dari Guntur Soekarnoputra, yang merupakan kakak Megawati. Guntur juga mengusulkan agar Megawati diangkat sebagai dewan pembina. Ketua DPC PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mendukung usulan tersebut.
Usulan itu semakin kencang dibahas seusai putra Jokowi, Kaesang Pangarep, diangkat menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kaesang menjadi ketum hanya berselang dua hari setelah dirinya bergabung dengan partai anak muda itu. Sedangkan bapaknya sudah puluhan tahun menjadi kader PDIP, tapi tak punya jabatan apa pun di partai.