Monitorday.com – Media sosial memang ibarat cermin. Setidaknya untuk mendapatkan ukuran tipis-tipis soal situasi ekonomi kita terkini.
Lihatlah bagaimana laku lampah kelas ekonomi atas negeri ini memenuhi time line media sosial kita. Mereka tak segan memperlihatkan kesehariannya yang dipenuhi dengan kemewahan.
Sementaratara kelas ekonomi di bawah mereka [menengah ke bawah] sedang tertekan saat ini. Lha kok bisa?
Salah satu biang keroknya, adalah adanya Inflasi harga pangan yang membuat penghasilan warga Indonesia habis buat makan dan minum.
Bahkan, ada sebagian warga Indonesia yang terpaksa harus menguras celengannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Andry Asmoro adalah kepala Ekonom Bank Mandiry, saat berbicara di acara Asian Development Outlook 2024 Discussion di Perpustakaan nasional, Jakarta, Kamis [16/5] dia mengatakan, tekanan yang menghimpit ekonomi kelas menengah dan bawah tersebut terlihat dari data Mandiri Spending Index.
Menurut Andy, pengeluaran masayarakat saat ini lebih terarah pada kebutuhan yang terkait supermarket.
“Supermarket ini biasa kami gunakan sebagai proxy untuk belanja makan dan minuman,” kata Andry.
Lalu, kelompok mana yang paling tertekan daya belinya? Andry menyebut kelompok itu adalah kelas menengah dan kelas bawah.
Andry mengatakan data simpanan masyarakat di bank menunjukkan tabungan kelompok masyarakat terbawah sempat turun ketika harga makanan pokok naik. Namun, belakangan angka itu melandai seiring dengan pengucuran bantuan sosial dari pemerintah.
Sementara itu, untuk kelompok menengah-bawah, Andry mengatakan indeks belanja mereka stagnan. Artinya, mayoritas penghasilan kelompok ini masih tergerus oleh kenaikan harga bahan pangan. Di lain sisi, jumlah tabungan kelompok ini juga berkurang.
“Ini yang kita sebut makan tabungan, jadi kalau mau belanja keluarin dulu tabungannya,” kata dia.
Terakhir untuk kelompok atas, Andry mengatakan tabungan kelompok ini justru mengalami kenaikan dengan daya beli yang terjaga. Dia mengatakan kenaikan tabungan kelompok ini ditopang oleh pendapatan dari investasi yang mereka lakukan di saham maupun obligasi.