Monitorday.com – Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2024 akan tumbuh sekitar 5,02 persen secara year on year (yoy).
“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat, namun tetap berkisar 5 persen yoy di kuartal II-2024,” kata Josua di Jakarta, Sabtu (3/7).
Pertumbuhan PDB pada kuartal II-2024 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 5,11 persen yoy.
Meskipun demikian, pertumbuhan yang masih berada di sekitar 5 persen ini didukung oleh permintaan domestik yang tetap kuat meskipun ada penurunan permintaan eksternal.
Josua menjelaskan, melemahnya permintaan eksternal terutama disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, khususnya di Tiongkok, yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Perekonomian Tiongkok tumbuh 4,7 persen yoy pada kuartal II-2024, turun dari 5,3 persen pada kuartal I-2024, yang berdampak negatif pada kinerja ekspor Indonesia.
Selain itu, permintaan domestik juga diperkirakan akan melambat pada kuartal II-2024 akibat beberapa faktor, termasuk pergeseran bulan Ramadhan ke kuartal pertama tahun ini yang diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari separuh perekonomian Indonesia berpotensi mempengaruhi PDB secara keseluruhan.
Di sisi lain, belanja pemerintah diperkirakan akan melambat setelah Pemilu 2024 pada 24 Februari, sementara investasi swasta juga diproyeksikan akan tetap lemah.
Hal ini tercermin dari penurunan PMI manufaktur Indonesia yang menurut data S&P Global pada Juli 2024 terkontraksi 1,4 poin secara bulanan menjadi 49,3 dari 50,7 pada Juni.
Penurunan tersebut menunjukkan adanya pendekatan “wait and see” di kalangan produsen yang dipicu oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi pemerintah baru serta dampak perlambatan ekonomi global dan kebijakan suku bunga tinggi oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) yang melemahkan rupiah.
Sementara itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2024 akan berada dalam rentang 5,0 hingga 5,2 persen, dengan perkiraan triwulan II berada pada level 5,0 persen.
Meskipun pertumbuhan melambat dibandingkan triwulan I, sektor konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi pendorong utama kinerja ekonomi.
Pemerintah juga akan terus mendorong program perlindungan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama bagi masyarakat rentan.