Monitorday.com – Pagi itu, di sebuah ruang konferensi yang dipenuhi suara klik keyboard dan bisik-bisik serius, Presiden Prabowo Subianto berbicara dengan penuh semangat di hadapan ribuan peserta Musrenbang Nasional. Dalam suasana yang seolah mengundang banyak pertanyaan, Presiden menyatakan sesuatu yang mungkin mengejutkan banyak pihak: “Kebun kelapa sawit harus ditambah. Tak usah takut membahayakan deforestasi.” Tidak hanya sekadar berbicara, Prabowo juga menegaskan bahwa Indonesia harus menjaga komoditas kelapa sawit sebagai aset strategis yang sangat dibutuhkan dunia.
Bagi sebagian orang, pernyataan tersebut mungkin terdengar kontroversial. Mengingat, kelapa sawit kerap kali menjadi sorotan banyak pihak yang memperdebatkan dampaknya terhadap lingkungan, terutama deforestasi. Namun, Prabowo dengan yakin menanggapi kekhawatiran tersebut dengan pandangan yang berbeda. Menurutnya, kelapa sawit adalah pohon yang memiliki daun lebar dan berperan dalam menyerap karbondioksida—bukan hanya menyuburkan ekonomi, tetapi juga membantu dalam menyerap polusi udara. Selain itu, kelapa sawit adalah komoditas strategis yang memberi manfaat besar bagi Indonesia.
Pernyataan tegas dari Presiden tersebut segera disambut baik oleh berbagai pihak. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) merasa gembira dengan dukungan pemerintah terhadap sektor sawit. “Sawit adalah anugerah Tuhan bagi Indonesia,” ungkap Gulat ME Manurung, Ketua Umum Apkasindo, yang juga menyatakan bahwa kelapa sawit menjadi kekuatan tawar bagi Indonesia di pasar internasional. Indonesia, yang terletak di garis khatulistiwa, memiliki kondisi ideal untuk menumbuhkan kelapa sawit dengan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain yang mencoba menanamnya di iklim yang kurang mendukung.
Namun, dukungan terhadap industri kelapa sawit tak hanya datang dari dalam negeri. Presiden Prabowo juga menyatakan bahwa negara-negara Eropa yang berencana membatasi impor kelapa sawit dari Indonesia justru hanya akan membuat sektor industri mereka kacau. Menurutnya, negara-negara tersebut tidak bisa begitu saja melupakan ketergantungan mereka pada kelapa sawit Indonesia yang menjadi bahan baku utama untuk produk-produk seperti cokelat, detergen, dan kosmetik.
Prabowo menambahkan bahwa Indonesia harus menjaga kebun kelapa sawit dari ancaman luar dan mengoptimalkan kebun sawit yang ada. Tak hanya sekadar menjaga, tetapi juga mengembangkan. Salah satunya adalah dengan menambah luas lahan untuk kelapa sawit, terutama pada lahan-lahan yang terdegradasi, seperti bekas pertambangan atau lahan yang tidak lagi berfungsi sebagai hutan. Langkah ini, menurutnya, bisa meningkatkan produktivitas kelapa sawit dan memberi dampak positif pada perekonomian Indonesia.
Namun, Prabowo juga mengingatkan pentingnya pengawasan ketat terhadap kebun kelapa sawit yang ada. Dalam pidatonya, Presiden meminta agar TNI dan Polri turut menjaga aset-aset sawit di seluruh Indonesia. Ini mengingat kelapa sawit kini menjadi komoditas yang tidak hanya diperjuangkan oleh petani Indonesia, tetapi juga diburu oleh negara-negara luar.
Apkasindo pun memberikan apresiasi terhadap arah kebijakan yang dipaparkan oleh Presiden. Mereka berharap agar ada regulasi yang mendukung perlindungan terhadap industri kelapa sawit yang selama ini kerap dipandang sebelah mata. Bahkan, Gulat menyarankan agar Indonesia segera membentuk Badan Otoritas Sawit Indonesia untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, sekaligus meningkatkan pemasukan negara dari sektor sawit.
Sektor kelapa sawit memang memiliki tantangan, terutama terkait dengan isu lingkungan. Namun, Prabowo berpendapat bahwa dengan pengelolaan yang tepat, Indonesia bisa memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh kelapa sawit tanpa harus merusak alam. Menurutnya, pemerintah harus memastikan agar semua kebun sawit yang ada bisa terus berkembang secara berkelanjutan.
Industri kelapa sawit Indonesia tampaknya akan terus menjadi topik hangat di kancah politik dan ekonomi internasional. Dalam waktu dekat, Indonesia akan terus memperjuangkan posisi strategis kelapa sawit, dengan dukungan dari kebijakan yang lebih berorientasi pada perlindungan dan peningkatan produktivitas.