Monitorday.com – Bayangkan Anda adalah seorang keluarga muda yang tengah mencari hunian pertama. Harga rumah terus melambung, dan impian untuk memiliki tempat tinggal yang nyaman terasa semakin jauh.
Namun, tiba-tiba, sebuah program pemerintah muncul dengan solusi jitu: Program 3 Juta Rumah. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), inisiatif ini bukan hanya secercah harapan, tetapi juga peluang emas untuk mewujudkan impian memiliki rumah.
Sementara itu, sektor pembiayaan rumah yang sempat tertekan kini mendapat angin segar. Program besar ini, diprakarsai oleh Presiden Prabowo Subianto, bukan hanya menjanjikan tempat tinggal bagi jutaan orang, tetapi juga berpotensi menggairahkan industri pembiayaan, khususnya perusahaan multifinance yang bergerak di sektor perumahan.
Dengan tujuan utama mengatasi masalah backlog perumahan di Indonesia, Program 3 Juta Rumah bertujuan untuk membangun tiga juta unit rumah setiap tahunnya. Ini adalah langkah revolusioner untuk memberikan akses lebih luas bagi masyarakat berpenghasilan rendah terhadap kepemilikan rumah.
Sebagai salah satu pendorong utama ekonomi, program ini tidak hanya menjadi solusi perumahan, tetapi juga membuka peluang bisnis yang luar biasa bagi sektor perusahaan pembiayaan (PP) atau multifinance yang berperan dalam pembiayaan rumah.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Agusman, sebanyak 50 perusahaan pembiayaan yang aktif di bidang perumahan di Indonesia memiliki potensi besar untuk berperan dalam suksesnya program ini. Perusahaan-perusahaan tersebut menyalurkan pembiayaan untuk berbagai jenis properti, mulai dari rumah tinggal hingga apartemen dan ruko.
Dengan adanya Program 3 Juta Rumah, sektor ini akan menjadi semakin vital, mengingat adanya kebutuhan besar akan pembiayaan untuk mewujudkan program ini.
“Ini akan menjadi segmen yang potensial bagi perusahaan pembiayaan di tahun 2025 dan tahun-tahun mendatang,” jelas Agusman dalam konferensi pers OJK pada 14 Januari 2025.
Meski demikian, tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh perusahaan pembiayaan adalah ketersediaan dana yang memadai. Oleh karena itu, Agusman juga mengimbau agar perusahaan pembiayaan mencari sumber pendanaan alternatif yang aman dan efektif guna mendukung keberhasilan program ini.
Terlepas dari itu, peran lembaga-lembaga keuangan seperti PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) dan BP Tappera menjadi sangat penting. Kedua lembaga ini telah membuktikan kontribusinya dalam mendukung program perumahan sejak beberapa tahun terakhir.
PT SMF, misalnya, telah menyalurkan pembiayaan sebanyak 709.956 unit dengan nilai Rp26,33 triliun sepanjang 2018 hingga 2024.
Sementara BP Tappera, yang berperan dalam penyaluran FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), telah mendukung pembiayaan sebanyak 655.300 unit dengan nominal Rp76,05 triliun dari 2022 hingga 2024.
Peningkatan target penyaluran FLPP yang diusulkan untuk 2025, yang semula 220.000 unit menjadi 320.000 unit, menunjukkan besarnya potensi pasar yang terbuka bagi perusahaan pembiayaan.
Namun, tantangan tak berhenti sampai di situ. Agar pencapaian tersebut dapat terwujud, dibutuhkan peningkatan porsi dana yang disalurkan oleh lembaga jasa keuangan (LJK) yang berperan sebagai penyalur. Dalam hal ini, usulan untuk meningkatkan porsi dana yang harus disediakan oleh LJK dari sebelumnya 25% menjadi 50% menjadi langkah strategis untuk memastikan kelancaran pendanaan.
Dengan peran serta sektor keuangan yang semakin diperkuat, Program 3 Juta Rumah memiliki potensi untuk meraih kesuksesan yang luar biasa.
Dalam beberapa tahun ke depan, Program 3 Juta Rumah ini diperkirakan akan menjadi salah satu tonggak penting dalam sektor perumahan Indonesia.
Bagi masyarakat, ini adalah kesempatan untuk memiliki rumah dengan harga yang terjangkau. Bagi perusahaan pembiayaan, ini adalah peluang untuk meraih pasar baru yang lebih luas. Inilah saat yang tepat bagi Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini dan memastikan bahwa setiap keluarga berhak atas tempat tinggal yang layak.