Monitorday.com – Program transisi energi yang digagas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum mencapai target yang ditetapkan. Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi. Ia menekankan bahwa presiden yang terpilih dalam Pilpres 2024 harus melanjutkan dan mengakselerasi program tersebut.
“Siapa pun presiden terpilih yang menggantikan Jokowi, harus melanjutkan dan mengakselerasi program transisi energi. Target yang harus dicapai dalam program transisi energi itu adalah pencapaian net zero emission pada 2060,” ujar Fahmy dalam keterangan di Jakarta, Senin (15/1).
Fahmy menjelaskan bahwa program transisi energi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Namun, hingga akhir 2023, bauran EBT baru mencapai 12,8 persen, jauh dari target 23 persen pada 2025 dan 44 persen pada 2030.
Menurut Fahmy, PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah berupaya untuk mendorong transisi energi dengan berbagai program. Di antaranya adalah program dedieselisasi, pengembangan hidrogen hijau, dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung Cirata.
“Salah satu upaya transisi energi yang paling fenomenal yakni diresmikannya proyek PLTS terapung Cirata dengan kapasitas 192 megawatt peak (MWp). Namun, program pensiun dini PLTU batu bara belum diselesaikan lantaran kesulitan penyediaan dana,” tuturnya.
Fahmy juga mengkritik program biodiesel dan gasifikasi batu bara yang dijalankan oleh Pertamina. Ia menilai program tersebut tidak efektif dan berpotensi menimbulkan masalah lain.
“Pengembangan biodiesel selain tidak dapat dicapai, program EBT berbasis sawit juga berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng. Demikian juga dengan program gasifikasi batu bara, yang mengalami kegagalan setelah mitra usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia,” paparnya.
Oleh karena itu, Fahmy mengimbau presiden terpilih untuk melanjutkan dan mengakselerasi program transisi energi dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Ia mengatakan bahwa hal ini penting untuk menunjang target netral karbon pada 2060.