Ruang Sujud
Pulang Dari Tanah Suci Jadi Haji Mabrur, Apa Cirinya?
Published
5 months agoon
By
Robby KarmanMonitorday.com – Haji mabrur tentu menjadi dambaan setiap jemaah haji. Kendati tidak bisa dipastikan, terdapat beberapa tanda atau perubahan sikap yang terlihat dari orang yang hajinya mabrur.
Dikutip dari buku Tuntunan Super Lengkap Haji & Umrah karya Sholihin As Suhaili, mabrur berasal dari kata barra yang artinya mendapat kebaikan atau menjadi baik.
Adapun Ibnu Mandzur dalam Lisananul Arab menjelaskan bahwa kata mabrur memiliki dua makna.
Pertama, mabrur berarti baik, suci, dan bersih. Kedua, mabrur berarti maqbul atau mendapat rida Allah SWT.
Dari pengertian tersebut, definisi haji mabrur adalah haji yang dikerjakan seorang muslim dengan memperoleh kebaikan setelahnya.
Kebaikan ini dapat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain sebagai bukti bahwa hajinya telah diterima dan mendapat rida di sisi Allah SWT.
Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh as-Sunnah yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap dkk menjelaskan bahwa salah satu keutamaan haji mabrur adalah mendapat balasan surga.
Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda,
“Umrah dan umrah yang akan datang dapat menghapus dosa di antara keduanya. Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ada sejumlah perubahan sikap dari orang yang meraih haji mabrur yang diketahui sepulang dari Tanah Suci.
Pertama, perubahan perilaku menjadi lebih baik.
Mengutip buku Fikih Kontemporer Haji dan Umrah karya Ahmad Kartono, jemaah haji yang mabrur mengalami perubahan perilaku menjadi lebih baik dari sebelum berangkat haji saat kembali ke tempat asalnya.
Hal ini dituturkan oleh para ulama, salah satunya dalam kitab al-Qira Liqasidi Ummil Qira.
“Yang dimaksud mabrur adalah haji yang dilaksanakan tanpa dicampur perbuatan dosa atau riya, sum’ah, rafas, dan fusuq. Dan tanda haji mabrur adalah bertambahnya perilaku yang lebih baik setelah haji dan tidak mengulangi perbuatan maksiat setelah kembali dari ibadah haji.”
Orang yang meraih haji mabrur juga mengalami peningkatan rasa kepedulian sosial dan sifat kedermawanannya. Hal ini bersandar pada sabda Rasulullah SAW.
“Tidak ada balasan bagi haji yang mabrur selain surga.” Para sahabat bertanya, “Apa haji mabrur itu, wahai Rasulullah?”
Beliau pun menjawab, “Memberikan makan (sikap kedermawanan) dan menyebarkan kesejahteraan (kedamaian).” Dalam riwayat lain, “Baik tutur katanya.”
Diterangkan dalam buku Ibadah Haji: Proses Perjalanan, Pelaksanaan dan Keutamaan Tempat & Ritual karya Abbas Jumadi dkk, sebutan lain dari tanda tersebut adalah ith’amu ath-tha’am, ifsyau al-salam, dan thayyibu al-kalami.
Ith-tha’am adalah memberi makan atau peduli pada pengentasan kemiskinan dan masalah sosial kemasyarakatan.
Ifsyau al-salam adalah senantiasa menebarkan salam dan kedamaian. Adapun, thayyibu al-kalami adalah bijak dalam bicara, santun dalam berbuat, dan baik dalam bersikap.
Tanda haji mabrur lainnya adalah semakin semangat mengejar amalan akhirat. Tanda ini disampaikan oleh Hasan al-Bashri.
“Orang yang ketika kembali dari ibadah haji menjadi makin zuhud (tidak rakus) dalam masalah duniawi dan semakin bertambah semangat dalam amalan akhirat. Adapun yang dimaksud balasan surga adalah haji mabrur tidak hanya menghapus dosa, tetapi juga menjadikan seseorang sampai ke surga.”